Sebuah studi baru-baru ini dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menunjukkan bahwa ada risiko diabetes pada anak yang terkena COVID-19. Melansir dari CBS News, studi yang diterbitkan pada 7 Januari menemukan bahwa anak-anak dan remaja lebih mungkin didiagnosis menderita diabetes, sebulan atau lebih setelah mereka terinfeksi COVID-19, daripada yang tidak.
Artikel terkait: 4 Fakta Varian Lambda, Disebut Lebih ‘Kebal’ Vaksin COVID-19!
Risiko Diabetes pada Anak yang Terkena COVID-19
Dengan menggunakan dua database kesehatan yang berbeda, IQVIA dan HealthVerity, para peneliti mengevaluasi data dari ribuan pasien di bawah 18 tahun, antara 1 Maret 2020 hingga 26 Februari 2021. Mereka membandingkan data anak yang telah didiagnosis dengan COVID-19, data anak yang memiliki infeksi pernapasan non-COVID, dan juga data anak yang tidak memiliki keduanya.
Mereka menemukan bahwa anak-anak dalam database IQVIA yang didiagnosis dengan COVID-19 selama waktu itu, 166 persennya lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidak pernah terinfeksi COVID-19. Sementara dalam database HealthVerity, anak-anak dengan COVID-19, 31 persen lebih mungkin untuk mendapatkan diagnosis diabetes baru.
Para peneliti mengatakan, anak-anak yang terinfeksi COVID-19 juga, 116 persen lebih mungkin mengembangkan diabetes daripada mereka yang memiliki infeksi pernapasan non-COVID-19 sebelum pandemi. Para peneliti menekankan bahwa, infeksi pernapasan non-COVID-19 tidak terkait dengan diabetes.
Penyebab Risiko Diabetes pada Anak yang Terinfeksi COVID-19 Lebih Tinggi
Terkait hal ini, dr Mary Pat Gallagher, direktur NYU Langone’s Pediatric Diabetes Center, mengatakan bahwa diyakini infeksi tertentu dapat menciptakan “badai” yang berkontribusi pada perkembangan diabetes.
“Jika Anda sedang dalam risiko diabetes, akankah infeksi benar-benar mendorong Anda ke diagnosis lebih cepat daripada yang mungkin Anda alami?” katanya.
“Berdasarkan penelitian kami, kita mengetahui bahwa COVID-19 adalah salah satu virus yang mungkin bisa meningkatkan risiko diabetes daripada virus lain,” lanjutnya.
“Belum ada data pasti, tetapi ada kemungkinan yang tinggi pada anak-anak ini untuk mengembangkan diabetes (setelah terinfeksi COVID-19). Mungkin dalam dua tahun, mungkin dalam lima tahun lagi. Dan mungkin memiliki infeksi COVID-19 ini mendorong mereka ke arah diagnosis yang lebih awal (karena prosedur pemeriksaan kesehatan yang mereka lalui saat terinfeksi),” tambahnya.
Artikel terkait: Parents, Ini Makanan yang Disarankan untuk Anak Sebelum dan Sesudah Vaksinasi COVID-19
Kemungkinan Ada Faktor Lain
Risiko diabetes pada anak yang terkena COVID-19 juga dilihat oleh Dr. Sheela Natesh Magge, direktur divisi endokrinologi pediatrik di Johns Hopkins.
“Kami melihat lebih banyak anak-anak yang menderita diabetes,” katanya.
Magge menjelaskan, studi ini didasarkan pada data dari klaim asuransi dan tidak mencakup informasi tentang faktor risiko demografis yang dapat berkontribusi pada diagnosis diabetes, termasuk status kesehatan, berat badan, dan lingkungan sebelumnya.
Magge secara khusus menunjukkan fakta bahwa pandemi telah meningkatkan angka kekurangan bahan makanan, meningkatnya stres dan obesitas selama dua tahun terakhir.
Faktor-faktor tersebut secara signifikan pada akhirnya dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
“Ada beberapa bukti bahwa infeksi COVID-19 dapat memengaruhi sekresi insulin,” katanya.
“Jadi, kami hanya belum tahu apa efek pandemi yang menjadi penyebabnya. Apakah itu benar-benar infeksi, atau hanya pandemi itu sendiri dan semua faktor sosial yang terkait dengannya?” lanjutnya.
“Risiko diabetes ini sebenarnya dipengaruhi oleh berbagai hal. Misalnya, bahan makanan yang secara terus-menerus menurun, para orang tua kehilangan pekerjaan mereka, atau bahkan anak menjadi tidak aktif selama pandemi ini. Semua faktor ini bisa memengaruhi risiko diabetes pada anak,” lanjut Magge.
Pandemi Bisa Juga Memperburuk Risiko Diabetes Seseorang
Selain itu, para peneliti juga mencatat dalam penelitian mereka bahwa perkembangan diabetes dapat dikaitkan dengan bagaimana COVID-19 memengaruhi organ tubuh. Mereka mengatakan, kemungkinan juga beberapa pasien yang termasuk dalam penelitian ini sudah memiliki pradiabetes ketika mereka tertular COVID-19.
“Jika Anda sudah berisiko, pandemi mungkin bisa memperburuknya,” jelas Magge.
“Stres dari infeksi apa pun dapat meningkatkan gula darah dan membuat Anda berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi diabetes karena gula darah Anda bisa meningkat,” ujar Magge.
Para peneliti juga mengatakan kenaikan berat badan pandemi dan pengobatan steroid yang mungkin diterima pasien saat dirawat di rumah sakit dapat berkontribusi pada gula darah tinggi dan diabetes. Namun, mereka menambahkan, hanya 1,5 persen hingga 2,2 persen dari pasien yang mereka teliti, yang diyakini menderita diabetes akibat obat atau bahan kimia.
Studi lebih lanjut menjelaskan tentang faktor-faktor yang terlibat dengan diagnosis diabetes, dan tingkat keparahan penyakit, perlu dilakukan. Terlepas dari apakah kasus diabetes pediatrik berasal langsung dari virus itu sendiri atau dari konsekuensi yang lebih luas ini, Magge mengatakan bahwa masih perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mempertimbangkan pengaruh jangka panjangnya.
“Saya pikir itu menekankan bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang virus ini,” tambahnya. “Itu menggarisbawahi pentingnya pencegahan, pentingnya semua orang mendapatkan vaksinasi dan semua hal itu karena ada banyak hal yang tidak kita ketahui, dan itu pasti mengkhawatirkan.”
COVID-19 Membuat Seseorang Lebih Sulit Mengelola Diabetes
Memiliki COVID-19 atau infeksi virus lainnya dan juga menderita diabetes dapat membuat lebih sulit untuk mengelola diabetes, tambah Dr. Gallagher.
“COVID, khususnya, tampaknya benar-benar menempatkan anak-anak pada risiko ketoasidosis diabetik lebih sering ketika mereka menderita diabetes tipe 2 daripada yang kita lihat dengan infeksi virus lain di masa lalu,” katanya.
Ketoasidosis diabetik terjadi ketika tidak ada cukup insulin dan hati mulai memecah lemak untuk bahan bakar. Proses ini menghasilkan asam yang disebut keton, yang dapat menumpuk hingga tingkat berbahaya.
“Itu sedikit menakutkan,” kata Gallagher, “karena itu mengancam jiwa.”
Banyak laporan menunjukkan, gejala COVID-19 umumnya lebih ringan untuk anak-anak dan varian Omicron juga tampaknya agak kurang parah daripada jenis sebelumnya. Namun, Magge mengatakan bahwa tidak ada cara untuk mengetahui apa efek jangka panjang dari terinfeksi virus COVID-19, terlepas dari gejalanya.
Dr. Gallagher mendorong orang-orang “untuk tidak panik” tentang temuan penelitian ini, tetapi menggunakannya sebagai pengingat untuk bekerja lebih baik dalam mencegah infeksi COVID-19. Orang tua pun diharapkan mewaspadai gejala diabetes, berupa peningkatan rasa haus, buang air kecil lebih sering, dan penurunan berat badan. Gejala yang lebih parah termasuk mual, muntah, dan lesu.
Artikel terkait: Mulai 12 Januari, Simak Informasi Lengkap Vaksin COVID-19 Booster dan Cara Daftarnya
Perlu Penelitian Lebih Lanjut
Menanggapi temuan mengenai risiko diabetes pada anak yang terkena COVID-19, para peneliti mendesak untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Melansir dari Healthline, Dr. Jenise Wong, ahli endokrinologi pediatrik dari University of California San Francisco mengatakan bahwa perlu penelitian lebih lanjut mengenai temuan ini.
“Bagi saya, laporan tersebut menyoroti perlunya studi prospektif dan penelitian longitudinal berkualitas tinggi tentang efek COVID-19 pada anak-anak dan perkembangan diabetes,” kata Wong.
Ketika ditanya mengenai tanggapan hasil penelitian, Wong masih belum bisa menjawab. Menurutnya, terlalu dini untuk mengatakan bahwa anak-anak yang dites positif COVID-19 berisiko terkena diabetes.
Menurut Wong, laporan tersebut tidak memperhitungkan kondisi kesehatan lain, obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar gula darah, ras atau etnis, obesitas, dan faktor penentu kesehatan sosial lainnya yang berkontribusi terhadap diabetes. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi risiko anak-anak tertular virus corona dan diabetes.
Penyakit virus lainnya, melalui kombinasi predisposisi genetik dan pemicu lingkungan, telah dikaitkan dengan diabetes tipe 1 onset baru.
“Secara umum, masih belum jelas apakah infeksi virus ‘menyebabkan’ diabetes pada anak-anak, tetapi diperkirakan bahwa mereka mungkin ‘memicu’ proses diabetes tipe 1 pada mereka yang mungkin sudah rentan,” kata Wong.
Infeksi virus memang bisa berpotensi memicu kondisi kesehatan dengan merusak sel-sel yang memproduksi insulin. Para peneliti perlu memeriksa semua faktor, termasuk pemicu lingkungan, seperti infeksi virus, genetika, dan sistem kekebalan – yang dapat berkontribusi pada perkembangan diabetes.
***
Demikian penjelasan mengenai risiko diabetes pada anak yang terkena COVID-19. Secara garis besar, penelitian yang dikeluarkan oleh CDC tersebut perlu pengkajian lebih lanjut karena adanya banyak keterbatasan pada penelitian. Meski demikian, penelitian tersebut bisa menjadi warning untuk orang tua agar lebih aktif dalam mencegah anak terkena COVID-19 ataupun diabetes itu sendiri.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Muncul Varian Baru COVID-19 IHU Setelah Omicron, Ini Faktanya
Hasil Studi: Orang yang Belum Divaksin Cenderung Abai pada Pencegahan COVID-19
Waspada! Penggunaan Masker Katup Bisa Picu Penularan Varian Covid-19 Omicron
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.