Stres dan cemas adalah hal yang sulit untuk dihindari, apalagi bila Bunda sedang hamil. Perubahan hormon dan fisik selama hamil, juga aktivitas harian bisa menjadi kombinasi yang memungkinkan Bunda merasa stres dan cemas. Tahukah Bunda bagaimana reaksi janin saat Bunda sering cemas?
Ternyata, ada banyak bukti ilmiah bahwa stres dan cemas selama kehamilan dapat memengaruhi janin, bahkan mengakibatkan efek jangka panjang. Efeknya tidak hanya dirasakan saat di dalam rahim, tapi juga ketika sang bayi lahir.
Agar lebih jelas bagaimana pengaruh emosi ibu hamil terhadap janin, simak informasi selengkapnya, Bunda!
Emosi Ibu Hamil dapat Memengaruhi Janin
Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa stres selama kehamilan memberikan pengaruh kuat pada perkembangan janin. Studi terbaru juga menggarisbawahi reaksi ini memengaruhi beberapa perkembangan anak, seperti fungsi metabolisme, perkembangan kognitif dan sosial-emosionalnya.
Stres pada ibu hamil juga didefinisikan sangat luas. Ini termasuk tekanan psikologis seperti kecemasan, gejala depresi, dan peristiwa kehidupan (trauma, kehilangan, atau bencana alam).
Peningkatan kadar kortisol sebagai respon akibat stres dapat memengaruhi fungsi hipotalamus di dalam otak janin. Sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal (HPA axis) ini adalah salah satu sistem pengatur utama untuk mengatasi stres pada tingkat hormonal. Kadar kortisol dari stres dapat memengaruhi fungsi sumbu HPA pada janin.
Konsekuensi meningkatnya kortisol juga berisiko terhadap masalah perkembangan anak dalam jangka panjang. Namun, bukti penelitian ini masih belum konsisten dan memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
Di sisi lain, tingkat kecemasan yang tinggi selama kehamilan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena preeklamsia, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat rendah pada bayi prematur telah dikaitkan dengan perubahan morfologi otak anak.
Daerah otak yang paling terpengaruh oleh kecemasan itu berfungsi untuk kinerja kognitif, pemrosesan sosial dan emosional, dan pemrosesan bahasa pendengaran. Hingga akhirnya, para peneliti menyimpulkan bahwa stres dan kecemasan saat hamil dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan bayi, prestasi akademik yang lebih rendah, reaktivitas emosional yang lebih besar, dan masalah emosional/perilaku yang bertahan hingga masa remaja.
Itulah mengapa sangat penting untuk mengatasi kecemasan yang muncul selama kehamilan agar risiko perkembangan jangka panjang tidak dialami bayi.
Artikel terkait: Ibu hamil jangan stres, pengaruhnya bisa buruk pada anak perempuan
Bagaimana Reaksi Janin saat Bunda Sering Cemas?
Stres dan cemas yang berkepanjangan tentu saja bisa memberikan efek pada Bunda dan janin. Saat stres dan cemas, tubuh masuk ke mode “fight or flight”, lalu mengirim ledakan kortisol dan hormon stres lainnya. Ketika hormon kortisol ini memberi bahan bakar untuk otot, sehingga jantung memompa darah lebih cepat.
Janin akan bereaksi ketika otot-otot menegang dan jantung memompa darah lebih cepat. Meskipun Anda tidak menyadarinya, namun beberapa reaksi ini mungkin terjadi selama stres.
1. Detak Jantung Janin
Aliran darah dari ibu ke janin yang cepat juga membuat detak jantung janin meningkat. Perubahan detak jantung janin yang tidak diprediksi ini akan memengaruhi perkembangannya di dalam rahim. Bahkan, pola ini juga bisa terbawa sampai bayi lahir hingga dewasa.
Dalam sebuah penelitian, janin dari ibu yang depresi menunjukkan detak jantung janin awal yang lebih tinggi, kemudian reaksi detak jantung yang lebih lambat terhadap stimulus eksternal, dan waktu yang lebih lama untuk mengembalikan DJJ kembali normal setelah reaksi stres, dibandingkan dengan janin dengan ibu yang tidak stres.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan peningkatan denyut jantung yang lebih besar pada masa bayi memprediksi peningkatan perilaku takut dan peningkatan risiko gangguan kecemasan pada anak usia sekolah.
Artinya, ada kontinuitas dalam neurobehavior janin hingga bayi, bila sang ibu mengalami stres dan cemas saat hamil.
2. Aktivitas Janin
Selain detak jantung janin, pola tidur dan gerakan telah terbukti dipengaruhi oleh keadaan psikologis ibu. Ternyata, suasana hati ibu juga dapat memengaruhi perkembangan sistem saraf pusat.
Ketika ibu di kehamilan 18 dan 36 minggu diamati melalui USG selama 5 menit, janin dari ibu yang depresi menghabiskan persentase waktu aktif yang lebih besar daripada janin dari ibu yang tidak depresi.
Stres ibu juga telah terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan aktivitas motorik janin pada 24, 30, dan 36 minggu kehamilan. Sebaliknya, janin dari ibu dengan kecemasan tinggi juga ditemukan menghabiskan lebih banyak waktu quiet sleep (tidur dalam/nyenyak) dan kurang aktif dalam active sleep (tidur ringan) dibandingkan janin dari ibu tanpa kecemasan tinggi.
3. Pertumbuhan Janin Terhambat
Saat stres, tubuh manusia melepaskan hormon untuk menangani stres yang lebih tinggi, seperti yang disebut hormon pelepas kortikotropin (CRH), yang menghasilkan peningkatan hormon stres kortisol.
Mekanisme ini juga berlangsung selama kehamilan, dan plasenta, yang memasok nutrisi ke janin, juga dapat mengeluarkan hormon stres CRH. Akibatnya, sejumlah kecil hormon ini memasuki cairan ketuban dan metabolisme janin.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa hormon ini memang bisa meningkatkan perkembangan anak yang belum lahir. Terlebih bila terjadi kelahiran prematur. Namun dalam keadaan tertentu, bagaimana pun juga peningkatan ini dapat memiliki konsekuensi negatif.
“Percepatan pertumbuhan yang berlebihan juga dapat terjadi dengan mengorbankan pematangan organ yang tepat,” kata Ulrike Ehlert, psikolog dan koordinator program dikutip dari Science Daily.
4. Kadar Oksigen Janin Menurun
Ibu yang mengalami kecemasan dan stres tubuhnya akan memproduksi hormon epinephrine dan norepinephrine. Hormon ini membuat pembuluh darah menyempit, sehingga suplai darah dan oksigen ke janin menjadi berkurang.
Penelitian jangka panjang juga menunjukkan bahwa stres saat hamil, terutama di trimester pertama bisa membuat anak memiliki risiko penyakit jantung, diabetes, atau tekanan darah tinggi.
5. Reaksi Janin saat Bunda Sering Cemas adalah Kelahiran Prematur
Saat mengalami stres, plasenta bayi akan memproduksi hormon CRH yang berfungsi mengatur waktu kehamilan. Kadar hormon CRH yang terlalu tinggi inilah yang bisa mempercepat durasi kehamilan, sehingga bisa menyebabkan bayi lahir prematur sebagai reaksi terhadap stres dan cemas berkepanjangan.
Artikel terkait: Tangani sebelum terlambat, kenali gejala depresi ibu hamil berikut ini
Bagaimana Kecemasan dan Stres yang Normal saat Hamil?
Efek dan reaksi diatas bisa terjadi bila ibu mengalami kecemasan dan stres yang terus menerus dan tidak diatasi dengan tepat. Lantas, bagaimana Bunda bisa mengetahui seperti apa kecemasan dan stres yang normal saat hamil?
Studi menunjukkan bahwa sekitar 15 persen ibu hamil memiliki gangguan kecemasan, sama seperti depresi selama kehamilan.
Beberapa perempuan, terutama mereka yang pernah mengalami keguguran atau masalah kesuburan sebelumnya, khawatir tentang apakah bayi mereka sehat. Orang lain mungkin khawatir tentang apakah mereka akan menjadi orang tua yang baik, bagaimana hubungan mereka dengan pasangan mereka akan berubah. Bahkan, jika Anda mengkhawatirkan semua hal ini, itu juga normal.
Tetapi, ada perbedaan antara kecemasan yang normal dan kecemasan yang berlebihan selama kehamilan, yang juga dikenal sebagai kecemasan antenatal.
Kecemasan dan stres yang tidak normal adalah bila sudah memengaruhi aktivitas keseharian Anda. Misalnya, Anda sulit berkonsentrasi, terus merasa murung dan sedih sampai tidak bisa melakukan apapun, menimbulkan gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, sesak napas, pusing, dan nyeri pada tubuh.
Segeralah periksakan ke tenaga ahli profesional untuk membantu dan mencari tahu bagaimana cara mengatasinya.
Tips Meredakan Kecemasan saat Hamil
Faktanya, berkonsultasi ke psikolog, psikiater, atau konselor biasanya merupakan cara pertama dan terbaik untuk membantu menentukan penyebab kecemasan dan cara untuk meredakannya. Namun, beberapa cara ini juga bisa mengurangi kecemasan, berikut di antaranya:
1. Tidur dan Istirahat yang Cukup
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa kurang tidur dapat memperburuk kecemasan, jadi usahakan tidur selama tujuh hingga delapan jam setiap malam jika memungkinkan.
Jika perubahan gaya hidup tidak membantu Anda tidur lebih nyenyak atau masalah tetap ada, bicarakan dengan dokter Anda tentang alat bantu tidur. Beberapa obat selama kehamilan, termasuk Unisom, Tylenol PM, Sominex dan Nytol, umumnya dianggap baik-baik saja untuk penggunaan sesekali selama kehamilan tetapi pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan sebelum mengonsumsi obat apa pun.
2. Cukupi Kebutuhan Nutrisi
Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa apa yang Anda makan memiliki efek besar pada kesehatan mental Anda. Makan makanan seimbang seperti buah-buahan, sayuran, ikan, kacang-kacangan, susu dan biji-bijian, diketahui dapat membantu bakteri sehat di usus, dibandingkan dengan makanan cepat saji. Seperti diketahui banyak kecemasan terjadi juga karena masalah pencernaan yang tidak sehat.
3. Olahraga Ringan Secara Rutin
Olahraga yang mudah dilakukan seperti berjalan kaki selama 10 menit dapat menurunkan tingkat ketegangan. Orang yang berolahraga secara teratur cenderung tidak mengalami kecemasan atau depresi. Banyak pula penelitian yang mengatakan bahwa olahraga membantu tubuh mengeluarkan hormon endorfin sebagai hormon kesenangan.
4. Mencari Support System dari Orang Terdekat
Habiskan waktu bersama orangtua atau teman yang juga sedang hamil. Mendapatkan support system, dukungan dan bantuan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Anda bisa menceritakan apa pun dengan suami atau sahabat dan meminta bantuan mereka agar situasi menjadi lebih baik.
5. Luangkan Waktu Me Time
Para ilmuwan telah menemukan bahwa meditasi dan akupunktur secara teratur memiliki manfaat bagi orang-orang dengan kecemasan. Atau cobalah yoga, dengarkan musik atau pijat dari seorang profesional atau bahkan dari pasangan Anda. Meditasi dan latihan pernapasan dalam juga dapat membantu.
Itulah pembahasan tentang reaksi janin bila Bunda sering cemas. Semoga Bunda bisa menjalani kehamilan yang sehat dan bahagia, ya!
***
Baca juga
Stres Saat Hamil Bisa Akibatkan Berat Badan Bayi Rendah saat Lahir
Mengapa Ibu Hamil Sering Merasa Cemas? Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya
Menjaga Kesehatan Mental Ibu Hamil, Si Ayah Punya Peran Penting!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.