Parents, penyakit hepatitis pada anak merujuk kepada kondisi organ hati yang meradang. Biasanya, ini disebabkan oleh infeksi virus. Namun, ada juga penyebab lain seperti hepatitis yang diakibatkan reaksi autoimun dan penyalahgunaan obat, racun, atau alkohol.
Tadi itu hanya sebagian kecil penyebab dari hepatitis pada anak. Berikut ini penjelasan lengkap lainnya mengenai gejala dan cara mengatasinya
Penyakit Hepatitis pada Anak
Sumber: Freepik
Hepatitis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan peradangan hati –yang dapat merusak dan menghancurkan sel-sel hati.
Penyebab peradangan hati ini ada banyak. Ada yang disebabkan oleh beberapa virus (hepatitis virus) dan juga nonvirus, seperti obat-obatan, bahan kimia, alkohol, kelainan genetik tertentu atau lainnya.
Tergantung pada perjalanannya, hepatitis bisa akut, yang muncul tiba-tiba dan kemudian hilang. Lalu kronis, yang merupakan kondisi jangka panjang yang biasanya menghasilkan gejala yang lebih halus dan kerusakan hati yang progresif.
Organ hati berada di sisi perut kanan atas. Organ ini menjalankan berbagai fungsi penting berikut, yang berkaitan dengan metabolisme tubuh:
- Produksi asam empedu yang penting untuk pencernaan
- Menyaring racun dari dalam tubuh –terutama darah.
- Mengeluarkan bilirubin (hasil penguraian sel darah merah), kolesterol, hormon, dan obat-obatan
- Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein
- Aktivasi enzim-enzim, yakni protein khusus yang berperan penting dalam fungsi-fungsi tubuh
- Menyimpan glikogen (cadangan gula), mineral, dan vitamin (A, D, E, dan K)
- Pembentukan protein darah, seperti albumin
- Pembentukan faktor pembekuan darah
- Mengatur hormon
Nah, jika hati terpengaruh atau terluka karena peradangan atau infeksi, organ ini tidak dapat melakukan semua tugasnya secara efektif.
Artikel terkait: Hepatitis A dan Hepatitis B, mana yang lebih berbahaya?
Jenis Penyakit Hepatitis dan Faktor Risiko Penyebarannya
Sumber: Freepik
Ada 5 virus yang menyebabkan berbagai bentuk hepatitis virus, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Berikut ini penjelasannya, melansir laman Johns Hopkins Medicine:
1. Hepatitis A
Sebagian besar merupakan penyakit yang ditularkan melalui kontak fekal-oral yakni makanan yang terkontaminasi dengan kotoran manusia. Jenis hepatitis ini adalah yang paling mudah untuk menular, terutama pada anak-anak, tetapi juga paling kecil kemungkinannya untuk merusak hati dan biasanya ringan dan benar-benar sembuh dalam waktu 6 bulan.
Penyebarannya pada anak-anak dengan cara berikut:
- Makan makanan yang dibuat oleh orang yang terinfeksi yang tidak mencuci tangan dengan baik setelah menggunakan kamar mandi.
- Minum air yang terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi –masalah di negara berkembang.
- Menyentuh kotoran orang yang terinfeksi atau popok kotor dan kemudian meletakkan tangan Anda di dekat mulut Anda. Wabah dapat terjadi di pusat penitipan anak.
- Perjalanan internasional ke daerah di mana hepatitis A sering terjadi.
- Menggunakan obat-obatan terlarang.
- Transfusi darah (sangat jarang).
2. Hepatitis B
Dapat ditularkan melalui paparan darah dari orang yang terinfeksi. Misalnya melalui jarum suntik, pisau cukur dan sikat gigi. Bayi dapat tertular virus selama kehamilan jika ibu mereka memiliki virus ini.
Ini adalah gangguan kronis dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kerusakan hati jangka panjang, kanker hati, dan sirosis hati setelah bertahun-tahun membawa virus.
Berikut anak-anak yang berisiko terkena hepatitis B:
- Anak-anak yang lahir dari ibu dengan hepatitis B.
- Anak-anak yang lahir dari ibu yang berasal dari negara di mana hepatitis B tersebar luas. Termasuk Asia Tenggara dan Cina.
- Anak-anak yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang atau yang cacat.
- Anak-anak yang tinggal di rumah, di mana ada seseorang terinfeksi virus. Lalu, anak-anak yang memiliki masalah pembekuan darah dan membutuhkan produk darah, bisa termasuk hemofilia.
- Anak-anak yang membutuhkan cuci darah untuk gagal ginjal.
- Remaja yang melakukan aktivitas berisiko tinggi, termasuk penggunaan narkoba IV (intravena) dan seks tanpa kondom.
3. Hepatitis C
Hanya ditularkan melalui darah yang terinfeksi atau dari ibu ke bayi baru lahir saat melahirkan, juga bisa melalui kontak seksual. Virus ini juga dapat menyebabkan kanker hati dan sirosis dalam jangka panjang.
Berikut anak-anak yang berisiko terkena hepatitis C:
- Anak-anak yang lahir dari ibu yang memiliki virus.
- Anak-anak yang memiliki masalah pembekuan darah, seperti hemofilia.
- Anak-anak yang membutuhkan cuci darah untuk gagal ginjal.
- Remaja yang melakukan aktivitas berisiko tinggi, termasuk penggunaan narkoba IV (intravena) dan seks tanpa kondom.
4. Hepatitis D
Hepatitis D dapat terjadi pada saat yang sama ketika anak terinfeksi hepatitis B. Hepatitis D tidak dapat ditularkan dari ibu ke bayinya selama kehamilan.
5. Hepatitis E
Masa inkubasi setelah terpapar Hepatitis E antara 2 hingga 10 minggu, dengan rata-rata 5-6 minggu. Orang yang terinfeksi mengeluarkan virus mulai dari beberapa hari sebelum sampai 3-4 minggu setelah timbulnya penyakit.
Penyakit ini sering menyerang orang yang tinggal dengan endemisitas penyakit infeksi simtomatik yang tinggi (seperti di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan), dan paling sering terjadi pada orang dewasa muda berusia 15-40 tahun. Meskipun infeksi terjadi juga pada anak-anak, tetapi sering tidak terdiagnosis karena tidak memiliki gejala atau hanya penyakit ringan tanpa penyakit kuning.
Obat-obatan tertentu yang umumnya aman juga dapat menjadi racun bagi hati dan menyebabkan hepatitis bila dikonsumsi secara berlebihan atau dalam dosis yang sangat tinggi, termasuk acetaminophen (Tylenol) dan bahkan vitamin A. Peringatan: Obat harus diminum sesuai anjuran dokter.
Gejala pada Masing-Masing Penyakit Hepatitis
Tiap anak yang terinfeksi hepatitis menunjukkan gejala yang berbeda. Hepatitis dapat bersifat akut maupun kronis. Hepatitis akut umumnya menunjukkan gejala berat dan membaik dalam waktu 6 bulan. Sedangkan pada hepatitis kronis, gejala bisa tidak tampak pada awalnya dan baru muncul ketika kerusakan sudah mengganggu fungsi-fungsi hati.
Gejala hepatitis akut muncul secara cepat dan mencakup:
- Kelelahan
- Gejala serupa flu
- Urine gelap
- Tinja pucat
- Nyeri atau sakit perut
- Hilang nafsu makan
- Penurunan berat badan yang tidak disengaja
- Kekuningan pada kulit dan mata (jaundice)
- Demam
- Mual atau muntah
- Tidak enak badan
- Diare
- Nyeri sendi dan otot
- Gatal-gatal merah pada kulit
Gejala kondisi ini mungkin terlihat seperti gejala masalah kesehatan lainnya. Jadi pastikan memeriksakan kondisi anak untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Pada hepatitis yang kronis, penyakit akan berkembang secara perlahan sehingga gejala-gejala di atas juga tidak terlalu jelas.
Gejala Hepatitis A
National Health Service (NHS) menjabarkan gejala hepatitis sebagai berikut:
- Gejala awal biasanya berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu. Di antaranya merasa lelah dan tidak enak badan, nyeri sendi dan otot, demam, kehilangan selera makan, sakit di bagian kanan atas perut, sakit kepala, sakit tenggorokan dan batuk, sembelit atau diare, ruam yang menonjol dan gatal.
- Gejala lanjutan: Menguningnya kulit dan mata (jaundice), air seni berwarna gelap, feses pucat, kulit gatal, perut bagian kanan atas bengkak. Kebanyakan anak sembuh total setelah beberapa bulan, meskipun gejalanya bisa datang dan pergi hingga 6 bulan.
- Gejala serius: Tiba-tiba muntah parah, kulit cenderung mudah memar dan berdarah (misalnya, sering mimisan atau gusi berdarah), anak mudah marah, bermasalah dengan memori dan konsentrasi, lemah, sering mengantuk dan merasa bingung. Hepatitis A biasanya tidak serius, tetapi dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan hati berhenti bekerja (gagal hati).
Gejala Hepatitis B
LamanMayo Clinic menjelaskan tanda dan gejala hepatitis B berkisar dari ringan hingga berat. Gejalanya biasa muncul sekitar 1-4 bulan setelah anak terinfeksi, bisa juga 2 minggu setelah infeksi. Pada beberapa orang, biasanya anak kecil, mungkin tidak memiliki gejala apa pun.
Gejala hepatitis B adalah:
- Sakit perut
- Urine gelap
- Demam
- Nyeri sendi
- Kehilangan selera makan
- Mual dan muntah
- Kelelahan
- Menguningnya kulit dan bagian putih mata (jaundice)
Gejala Hepatitis C
Tanda dan gejalanya antara lain:
- Mudah mengalami berdarah (seperti mimisan) dan memar pada kulit
- Kelelahan
- Nafsu makan buruk
- Kulit dan mata menguning (jaundice)
- Urine berwarna gelap
- Kulit gatal
- Penumpukan cairan di perut (asites)
- Bengkak pada kaki
- Penurunan berat badan
- Sering bingung, mengantuk, dan bicara cadel (ensefalopati hepatik)
- Pembuluh darah seperti laba-laba pada kulit (angioma laba-laba)
Gejala Hepatitis D
Gejalanya mirip hepatitis B, yaitu kulit dan mata kuning (jaundice), sakit perut, muntah, kelelahan, kurang nafsu makan, nyeri sendi, urine gelap, feses pucat.
Gejala Hepatitis E
Tanda dan gejala khas hepatitis E meliputi:
- Fase awal demam ringan, nafsu makan berkurang (anoreksia), mual dan muntah yang berlangsung selama beberapa hari.
- Sakit perut, gatal, ruam kulit, atau nyeri sendi.
- Penyakit kuning (warna kulit kuning), urin gelap dan tinja pucat.
- Hati yang sedikit membesar dan lunak (hepatomegali).
Dalam kasus yang jarang terjadi, hepatitis E akut dapat menjadi parah dan mengakibatkan hepatitis fulminan (gagal hati akut) di mana pasiennya berisiko meninggal.
Diagnosis Hepatitis pada Anak
Untuk menentukan apakah seseorang mengalami hepatitis, dokter akan melakukan wawancara medis secara mendalam untuk mengetahui riwayat penyakit anak dan juga keluarganya.
- Tes darah. Dokter akan melakukan tes darah untuk melihat fungsi hati dan menentukan penyebabnya juga mengetahui kondisi enzim hati, reaksi berantai antibodi dan polimerase (untuk memeriksa jenis hepatitis), menghitung darah seluler, dan tes koagulasi (termasuk rasio normalisasi internasional).
- CT scan. CT scan menunjukkan gambar rinci dari setiap bagian tubuh. Tes ini akan menunjukkan tulang, otot, lemak, dan organ anak Anda. CT scan lebih detail daripada rontgen umum.
- USG abdomen. Ultrasound menggunakan gelombang suara untuk memeriksa bagian-bagian tubuh, terutama organ hati. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah terdapat cairan di dalam perut, kerusakan atau pembesaran hati, kemungkinan kanker hati dan kelainan pada kandung empedu. Bila ada, dokter akan melakukan biopsi.
- MRI. Tes ini menggunakan magnet besar, gelombang radio, dan komputer untuk menunjukkan gambar detail organ dan struktur di dalam tubuh anak.
- Biopsi hati. Penyedia layanan kesehatan anak mengambil sampel jaringan dari hati anak kemudian melihatnya dari dekat dengan mikroskop. Tujuannya untuk menentukan seberapa jauh kerusakan hati yang sudah terjadi.
Penyebab Hepatitis pada Anak
Sumber: Freepik
Ada berbagai cara bagaimana anak bisa mengidap hepatitis. Melansir laman Kids Health, dua yang paling umum adalah:
Hepatitis Toksik
Ini bukan hepatitis yang disebabkan infeksi. Namun, lebih karena kebiasaan yang buruk seperti mengonsumsi banyak alkohol, mengonsumsi obat-obatan terlarang atau obat-obatan tertentu, atau terpapar racun.
Ini juga bisa disebabkan oleh respons autoimun, di mana tubuh membuat antibodi yang melawan sel-sel hati dan menyebabkan peradangan yang mengarah ke hepatitis. Dalam hal ini, tubuh salah mengenali hati sebagai benda asing yang berbahaya.
Kondisi yang disebut dengan hepatitis autoimun ini 3 kali lipat lebih banyak dialami oleh perempuan ketimbang pria. Respons autoimun menyebabkan peradangan yang terus-menerus sehingga hati sulit untuk menjalankan fungsi-fungsinya.
Hepatitis Virus
Di Amerika Serikat, sebagian besar kasus hepatitis berasal dari virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), atau virus hepatitis C (HCV). Meskipun virusnya berbeda, mereka memiliki satu kesamaan, yakni menyebabkan infeksi dan peradangan yang berbahaya bagi sel-sel hati.
Dijelaskan URMC (University of Rochester Medical Center) di lamannya, penyebab hepatitis pada anak ada banyak. Buah hati Anda bisa terkena hepatitis dengan terpapar virus yang menyebabkannya. Virus ini dapat mencakup:
- Virus hepatitis. Ada 5 jenis utama virus hepatitis: A, B, C, D, dan E.
- Sitomegalovirus, virus dari bagian keluarga virus herpes.
- Virus Epstein-Barr, virus yang menyebabkan mononukleosis.
- Virus herpes simpleks, virus yang menyerang wajah, kulit di atas pinggang, atau alat kelamin.
- Varicella zoster virus (cacar air), komplikasi dari virus ini adalah hepatitis. Namun, ini sangat jarang terjadi pada anak-anak.
- Enterovirus. Ini adalah kelompok virus yang sering terlihat pada anak-anak, termasuk coxsackievirus dan echovirus.
- Rubella. Ini adalah penyakit ringan yang menyebabkan ruam.
- Adenovirus, kelompok virus yang menyebabkan pilek, radang amandel, dan infeksi telinga pada anak-anak. Mereka juga dapat menyebabkan diare.
- Virus parvo. Virus ini menyebabkan fifth disease di mana gejalanya meliputi ruam pipih di wajah.
Artikel terkait: Si Kecil Terinfeksi Hepatitis A, Haruskah Khawatir?
Cara Mengobati Hepatitis
Perawatan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan anak secara umum. Ini juga tergantung pada jenis hepatitis yang dialami anak, dan apakah infeksinya bersifat akut atau kronis.
- Hepatitis A dan E biasanya tidak membutuhkan pengobatan khusus karena penyakitnya dapat sembuh sendiri dalam jangka pendek. Individu mungkin dianjurkan untuk melakukan tirah baring (bed rest) bila gejala sangat mengganggu. Selain itu, harus cukup minum, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan menghindari alkohol. Khusus untuk hepatitis E pada ibu hamil, dibutuhkan perawatan dan pengawasan yang ketat.
- Hepatitis B yang bersifat akut tidak membutuhkan pengobatan khusus. Sedangkan hepatitis B kronis diobati dengan antivirus. Pengobatan ini cukup memakan biaya karena harus dilanjutkan selama beberapa bulan hingga tahun. Pengobatan hepatitis B kronis juga memerlukan evaluasi medis berkala dan pemantauan untuk menentukan apakah virusnya berespon terhadap pengobatan.
- Hepatitis C, baik yang akut maupun kronis, membutuhkan pengobatan antivirus. Dan yang mengalami sirosis hati akibat hepatitis C kronis dapat dipertimbangkan untuk menjalani transplantasi hati.
- Hepatitis D belum ada antivirusnya hingga saat ini. Menurut sebuah studi di tahun 2013, sebuah obat yang disebut interferon alfa dapat digunakan untuk mengobati hepatitis D, tetapi perbaikan hanya didapat pada 25-30 persen penderita.
- Hepatitis akibat penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan diatasi dengan berhenti mengonsumsi zat-zat tersebut dan menjalani terapi untuk mengurangi gejala kerusakan hati.
- Hepatitis autoimun diatasi dengan obat steroid seperti prednisone atau budesonide. Obat-obat ini sangat penting diberikan di awal pengobatan karena efektivitasnya mencapai 80 persen. Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh seperti azathioprine juga kerap dimasukkan ke dalam regimen pengobatan. Obat lain yang berefek sama seperti mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporine juga dapat digunakan sebagai alternatif.
Artikel terkait: 5 Hal yang Parents Wajib Tahu tentang Virus Hepatitis A
Kemungkinan Komplikasi Penyakit Hepatitis
Komplikasi utama hepatitis termasuk gagal hati, kanker hati, atau kematian. Ini lebih mungkin terjadi pada hepatitis B atau C.
Upaya Pencegahan Penyakit Hepatitis
Mempraktikkan higiene atau kebersihan pribadi yang baik merupakan cara utama menghindari infeksi hepatitis A dan E. Ini mencakup sering mencuci tangan, mengonsumsi air bersih yang matang, dan menghindari konsumsi makanan setengah matang.
Untuk hepatitis B, C, dan D yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi, pencegahan dilakukan dengan cara tidak berbagi jarum suntik atau pisau cukur, tidak menggunakan sikat gigi bersama, tidak menyentuh bercak darah, serta menggunakan pengaman seperti kondom ketika berhubungan intim.
Di samping cara-cara di atas, pencegahan juga dapat dilakukan melalui vaksinasi. Saat ini, baru tersedia vaksin untuk mencegah hepatitis A dan B.
Itulah informasi seputar gejala, penyebab, pengobatan, dan upaya pencegahan penyakit hepatitis, termasuk hepatitis pada anak, yang perlu Parents ketahui. Semoga bermanfaat!
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Baca juga:
Sariawan pada Anak, Ketahui Cara Mengobati dan Pencegahannya
Bisa Menyerang Siapa Saja, Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Leukemia
Amankah Aloclair untuk Anak? Ini Penjelasan Dokter, Parents
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.