Penyakit Autoimun Kulit: Gejala, Penyebab, Jenis, dan Pengobatannya

Penyakit autoimun kulit cenderung kronis jangka panjang dan bersifat kambuhan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bukan hanya batuk dan sesak napas, penyakit autoimun kulit juga perlu diwaspadai. Penyakit ini kerap muncul, salah satunya dipicu oleh stres. Terlebih saat pandemi tingkat stres cenderung naik karena orang-orang diminta untuk membatasi aktivitas di luar rumah.

Autoimun kulit dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya karena sifatnya kronis jangka panjang dan dan kambuhan. Namun, banyak orang tidak menyadari dirinya memiliki penyakit autoimun kulit.

Hal itu karena gejala yang muncul sering mirip dengan penyakit kulit biasa maupun gejala alergi yang muncul pada kulit. Pengobatan terhadap penyakit ini juga masih sebatas untuk mengatasi peradangan dan mengendalikan sistem imun yang terlalu aktif. 

Itulah sebabnya deteksi dini penyakit autoimun kulit perlu dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui gejala serta penyebab penyakit tersebut. 

Artikel Terkait: Jenis-Jenis Penyakit Autoimun Yang Sering Menyerang Wanita

Gejala Penyakit Autoimun Kulit 

Sumber: Unsplash

Autoimun merupakan penyakit yang terjadi karena adanya gangguan pada sistem imun tubuh manusia. Salah satu organ yang dapat mengalami gangguan adalah kulit yang selanjutnya disebut sebagai penyakit autoimun kulit.

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Dermato-venereologi) Klinik Pramudia dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV menyebutkan gejala penyakit tersebut dapat muncul pada permukaan kulit, rambut, kuku, bahkan kelamin.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Secara umum, gejala autoimun kulit yang biasa ditemukan adalah berupa bercak kemerahan atau bercak berwarna putih yang dapat terjadi pada permukaan kulit, rambut, maupun kuku.

Kadang disertai dengan lepuhan dan keterlibatan mukosa seperti mukosa mulut, mata maupun kelamin,” jelas dr. Amelia dalam Virtual Media Briefing bersama Klinik Pramudia, Rabu (3/11/2021).

Dokter Amelia menyebut penyakit tersebut tergolong penyakit yang kronis dan sifatnya kambuhan. Hal tersebut menjadi poin yang perlu digarisbawahi. 

“Perjalanan penyakit autoimun kulit ini cenderung kronis jangka panjang dan bersifat kambuhan,” ujarnya lagi. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apa Penyebabnya?

Sumber: freepik

Telah dijelaskan, penyakit autoimun muncul karena adanya gangguan dalam sistem imun. Sistem kekebalan tubuh normalnya akan menghasilkan antibodi, yakni suatu protein yang bereaksi terhadap bakteri, virus, dan racun.

Pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh justru  mengenali sel tubuhnya sendiri sebagai benda asing dan berusaha untuk menyingkirkannya. Penyakit autoimun dapat menyerang berbagai organ, sendi dan otot, atau jaringan tubuh lainnya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyakit autoimun bukanlah penyakit menular. Terkait faktor risiko penyakit autoimun kulit, dr. Amelia menjelaskan bahwa hal ini terbagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. 

“Penyakit autoimun kulit pada dasarnya bukan penyakit yang menular. Secara internal, autoimun kulit bisa terjadi karena faktor genetik, misalnya ada anggota keluarga yang juga mengidap penyakit yang sama.

Secara eksternal, autoimun kulit ini bisa terjadi akibat faktor lingkungan seperti infeksi, obat-obatan, merokok, obesitas, pajanan sinar UV yang berlebihan, dan lain-lain,” imbuhnya. 

Artikel Terkait: Tubuh Sering Kaku, Nyeri, dan Bengkak? Waspada Penyakit Autoimun Arthritis!

Jenis-Jenis Penyakit Autoimun Kulit 

Dokter Amelia menyebut ada tiga jenis autoimun kulit yang kerap muncul selama masa pandemi, yakni Psoriasis, Vitiligo, dan Urtikaria (biduran). Berikut penjelasan selengkapnya. 

1. Vitiligo

Sumber: unsplash

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Vitiligo merupakan kelainan kulit akibat kurangnya pigmen melanin dalam tubuh. Dampaknya, kulit menjadi lebih terang atau pucat.

Pigmen ialah zat warna tubuh yang bertugas memberi warna untuk kulit, mata, dan rambut. Warna kulit manusia dipengaruhi oleh pigmen bernama melanin. Pada kondisi vitiligo, sel-sel pembentuk melanin berhenti berfungsi atau mati. 

Penderita vitiligo umumnya masih memiliki warna kulit alami. Ketika sel-sel pembentuk melanin berhenti berfungsi, saat itulah bercak-bercak putih pada kulit muncul.

Penderita terlihat memiliki dua warna kulit, yang lebih gelap yaitu warna kulit asal dan putih pucat akibat vitiligo. Kebanyakan penderita vitiligo masih memiliki warna rambut alami.

2. Penyakit Autoimun Kulit Psoriasis 

Sumber: healthline

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Psoriasis umumnya ditandai dengan bercak kemerahan akibat proses peradangan disertai sisik berwarna keperakan. Sisik tersebut menebal dan dapat disertai oleh rasa gatal hingga panas atau perih.

Sel-sel kulit biasanya mengalami pergantian setiap 3-4 minggu. Namun pada penderita psoriasis, proses tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 3-7 hari. Hasilnya, terjadi penumpukan sel kulit yang membuat kulit terlihat seperti bersisik, mengelupas seperti ketombe, bahkan ruam-ruam. 

3. Urtikaria/Biduran

Sumber: medicalnewstoday.com

Biduran atau urtikaria pada umumnya disebabkan oleh reaksi alergi terhadap suatu benda atau zat yang mengakibatkan sistem imun mengeluarkan zat histamin. Zat histamin inilah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala biduran.

Biduran yang timbul umumnya berupa lesi tersebut berwarna merah, merah muda, atau sewarna kulit, dan terkadang juga dapat terasa perih. Berdasarkan durasinya, biduran dibagi menjadi 2:

  • Biduran akut, yakni biduran yang muncul secara tiba-tiba, tetapi akan sembuh dan reda dalam hitungan hari, terjadi selama kurang dari 6 minggu.
  • Biduran kronis, yakni biduran yang bertahan lebih lama (lebih dari 6 minggu).

Pengobatan Penyakit Autoimun Kulit

Sumber: freepik

Setiap jenis penyakit autoimun kulit memiliki cara pengobatan spesifik masing-masing. Namun, secara umum penyakit tersebut ditangani dengan beberapa cara, yakni pemberian obat oles (topikal), obat minum (oral), obat suntik, maupun fototerapi atau foto kemoterapi. Pengobatan tersebut disesuaikan dengan kondisi penderitanya. 

“Pertimbangan pemberian terapi ini tentu disesuaikan dengan jenis penyakit, luas, dan derajat keparahan penyakit, serta kondisi penyertanya atau komorbiditas,” ungkap dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV. 

Selain mengobati, penderita juga perlu menghindari garukan, trauma, dan menerapkan manajemen stres yang baik untuk membantu mengendalikan penyakit tersebut. 

Artikel Terkait: Panduan Lengkap Pola Makan untuk Atasi Autoimun, Apa yang Boleh dan Tak Boleh?

Bolehkah Penderitanya Meneriman Vaksinasi COVID-19?

Sumber: freepik

Penderita penyakit autoimun memang perlu penanganan khusus. Saat ini juga belum terdapat vaksin khusus untuk penderita autoimun, termasuk dengan kondisi penyakit autoimun kulit.

Pemberian vaksin COVID-19 untuk pasien autoimun kulit diperbolehkan apabila kondisi kesehatan pasien stabil. Selain itu, vaksin juga dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi dari dokter yang merawat.

“Sampai akhirnya jika semuanya sudah ter-skrining dengan baik, dokter akan bisa memberikan saran kapan mereka bisa melakukan vaksinasi COVID-19. Tentu bisa divaksin, tapi pastinya ada pemeriksaan terlebih dahulu,” ujar dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia. 

Penyakit autoimun kulit perlu diwaspadai terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat penyakit tersebut. Konsultasikan ke dokter bila mengalami gejala penyakit tersebut. Sebab, penanganan yang salah justru dapat memperparah keadaan.

Baca Juga: