Sering kali preeklamsia tidak menunjukkan gejala, termasuk PEB kehamilan.
Oleh karena itu, jangan pernah melewatkan perawatan prenatal Bunda setiap bulan agar dokter bisa memeriksa kondisi tekanan darah dan kadar protein dalam urine Anda.
Bila tidak, Bunda tidak akan tahu apakah mengalami PEB kehamilan atau tidak.
Ini dia penjelasan mengenai PEB kehamilan, gejala, penyebab, dan bahayanya pada ibu hamil.
Artikel terkait: Preeklamsia Saat Hamil: Kenali Penyebab, Gejala, Komplikasi, hingga Cara Mencegahnya
Apa Itu Preeklamsia dan PEB Kehamilan?
Menurut Preeclampsia Foundation melansir Verywell Family, sampai dengan 8% kehamilan mengalami masalah yang dinamakan preeklamsia dan gangguan hipertensi lainnya.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menjelaskan preeklamsia sebagai kondisi kehamilan serius yang dapat memengaruhi setiap organ dalam.
Tanda umumnya, kata Sherry Ross, MD, OBGYN dan pakar kesehatan perempuan di Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica, California, adalah tekanan darah tinggi (secara medis dikenal sebagai hipertensi) di atas 130/80, kadar protein yang tinggi di dalam urine, dan pembengkakan (edema) di kaki atau pergelangan kaki, tangan, dan atau wajah.
Sementara preeklampsia berat atau PEB adalah sebuah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai dengan gejala proteinuria dan/atau edema saat kehamilan berusia 20 minggu atau lebih.
Selain tanda-tanda di atas, preeklamsia juga ditandai dengan gejala:
- Kenaikan berat badan drastis dalam 1 atau 2 hari karena peningkatan besar cairan dalam tubuh
- Sakit pada bahu
- Sakit perut, terutama di sisi kanan atas
- Pusing
- Sakit kepala parah
- Perubahan refleks atau kondisi mental
- Kencing lebih sedikit atau tidak sama sekali
- Kesulitan bernapas
- Muntah dan mual yang parah
- Penglihatan berubah seperti lampu berkedip, floaters, atau penglihatan kabur.
Beberapa perempuan dengan preeklamsia malah ada yang tidak memiliki gejala apa pun.
Nah, ini mengkhawatirkan, karena si ibu jadi tidak bisa mendapatkan perawatan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu hamil secara rutin menemui dokter dan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan tes urine.
Artikel terkait: Sudah Alami Pergeseran Tren, Deteksi Dini Preeklampsia Diperlukan
Apa Ciri-Ciri Preeklamsia Berat (PEB) Saat Masa Kehamilan?
Gejala preeklamsia dimulai dari gejala ringan dan juga berat. Pada preeklamsia berat (PEB) kehamilan, gejalanya ditandai dengan:
- Tekanan darah ibu hamil lebih dari 160/110
- Proteinuria urine 2+ atau lebih besar pada dipstik urine
- Sulitnya buang air kecil
- Nyeri pada perut kanan atas
- Hasil abnormal pada tes fungsi lever
- Trombosit rendah
- Perubahan penglihatan
- Edema pada paru (ketika cairan terkumpul di banyak kantung udara di paru-paru, sehingga sulit untuk bernapas)
- Pertumbuhan janin yang buruk
“Preeklamsia berat (PEB) kehamilan dapat menyebabkan kejang pada ibu, solusio plasenta, dan kematian janin dan ibu, jadi diagnosis dan intervensi dini adalah masalah hidup dan mati,” Dr. Sherry memperingatkan.
Christina Buchanan, MD., OBYGN di Providence St. Jude Medical Center di Orange County, California, mencatat, kadang-kadang orang dengan PEB tidak memiliki gejala lain meski tekanan darahnya sangat tinggi atau ada kelainan di darahnya.
Pada kasus preeklamsia yang paling parah, satu-satunya pengobatan adalah melahirkan bayi, tanpa memandang usia kehamilan.
Artikel terkait: Catat 5 Jenis Hipertensi yang Terjadi pada Ibu Hamil, Hati-hati Bun!
Seperti Apa Gejala Preeklamsia Ringan?
Hampir sama dengan PEB, ibu hamil dengan preeklamsia ringan sering kali tidak menunjukkan gejala.
“Tanda pertama preeklamsia mungkin dialami adalah peningkatan tekanan darah dan tingginya protein dalam urine saat melakukan pemeriksaan prenatal bersama dokter,” kata Dr. Christina.
Hasil pemeriksaan tekanan darah pada preeklamsia ringan adalah lebih dari 140/90, dan protein urine lebih dari atau sama dengan 300 mg/24 jam, kata Dr. Sherry.
Preeklamsia tidak selalu memerlukan rawat inap.
“Preeklamsia ringan dapat dipantau secara ketat dan pasien dapat melakukan perawatan di rumah dengan sering mengunjungi dokter kandungan sampai bayi siap untuk dilahirkan,” kata Dr. Sherry lagi.
Kapan Preeklamsia Muncul?
Preeklamsia dapat muncul dini, sekitar usia kehamilan 20 minggu, tetapi sering kali setelah usia kehamilan 34 minggu.
Malah pada beberapa kasus, ada yang gejalanya muncul setelah persalinan –biasanya dalam 48 jam setelah melahirkan.
Akan tetapi, tanda dan gejala ini, dijelaskan Christina, akan hilang setelah bayi lahir.
Mengutip dari situ WebMD, satu-satunya obat untuk preeklamsia adalah melahirkan, meski ada juga yang setelah melahirkan gejala preeklamsia bertahan 6 minggu atau lebih.
“Preeklamsia juga dapat memengaruhi sistem organ lain dalam tubuh, seperti hati dan ginjal, membuat penyakit ini berbahaya bagi ibu dan bayi,” tambah Dr. Sherry.
Selain itu, bisa juga menyebabkan kejang yang disebut dengan istilah eklamsia, di mana kondisi ini sangat serius dan berisiko kematian (dalam kasus yang jarang terjadi).
Ini dapat berkisar dari ringan hingga parah. Ini biasanya terjadi di akhir kehamilan, meskipun bisa datang lebih awal atau tepat setelah melahirkan.
Artikel terkait: Kisah RA Kartini, Meninggal Setelah Melahirkan karena Preeklampsia
Apa Penyebab Preeklamsia?
Banyak ahli kesehatan yang berpendapat preeklamsia dan eklamsia terjadi ketika plasenta ibu hamil tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Selain itu, tidak diketahui secara persis apa penyebabnya.
Ada juga yang berpendapat lain. Di antaranya:
- Buruknya gizi ibu hamil
- Lemak tubuh yang terlalu tinggi menjadi pemicunya
- Kurangnya aliran darah ke rahim.
- Faktor riwayat keluarga (genetik)
Sementara hal-hal yang dapat meningkatkan peluang ibu hamil terkena preeklamsia meliputi:
- Hamil di usia remaja atau di atas 40 tahun
- Keturunan Afrika-Amerika
- Hamil untuk pertama kalinya
- Memiliki bayi dengan jarak kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
- Kehamilan dengan pasangan baru, bukan ayah dari anak-anak sebelumnya
- Tekanan darah tinggi sebelum hamil
- Riwayat preeklamsia
- Memiliki ibu atau saudara perempuan yang mengalami preeklamsia
- Riwayat obesitas
- Menggendong lebih dari satu bayi
- Fertilisasi in-vitro
- Riwayat diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis
Diagnosis Preeklamsia
Image: iStockphoto
Anda berisiko mengalami preeklamsia jika memiliki tekanan darah tinggi juga beberapa dari tanda-tanda berikut ini:
- Tingkat protein tinggi dalam urine
- Jumlah trombosit dalam darah tidak cukup
- Tingginya kadar bahan kimia terkait ginjal dalam darah
- Tingginya kadar bahan kimia terkait lever dalam darah
- Cairan di paru-paru
- Sakit kepala yang tidak hilang saat Anda minum obat
Untuk mengonfirmasi diagnosis, dokter umumnya akan melakukan tes pada Anda:
- Tes darah untuk memeriksa trombosit dan untuk mencari bahan kimia pada ginjal atau lever
- Tes urine untuk mengukur jumlah protein.
- Ultrasound, tes nonstres, atau profil biofisik untuk melihat bagaimana janin Bunda tumbuh di dalam kandungan
Artikel terkait: 4 Manfaat DHA Bagi Ibu Hamil, Salah Satunya Cegah Risiko Preeklampsia
Komplikasi Apa Saja yang Diakibatkan Preeklamsia?
Preeklamsia dapat membuat plasenta ibu hamil tidak mendapatkan cukup darah, yang kemudian dapat menyebabkan bayi lahir sangat kecil (fetal growth restriction).
Ini juga salah satu penyebab paling umum dari kelahiran prematur dan komplikasi lainnya seperti ketidakmampuan belajar, epilepsi, cerebral palsy, serta masalah pendengaran dan penglihatan.
Preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi yang jarang tetapi serius yang meliputi:
- Stroke
- Kejang
- Penumpukan cairan di dada Anda
- Gagal jantung
- Kebutaan reversibel
- Pendarahan dari lever
- Perdarahan setelah melahirkan
Ketika preeklamsia atau eklamsia merusak lever dan sel darah, Anda bisa mendapatkan komplikasi yang disebut sindrom HELLP. Ini merupakan singkatan dari:
- Hemolisis, yaitu saat sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh Anda rusak.
- Elevated Liver Enzymes (peningkatan enzim hati). Tingginya kadar bahan kimia ini dalam darah Anda menandakan masalah pada liver.
- Low Platelet Counts (jumlah trombosit rendah). Ini adalah saat Anda tidak memiliki cukup trombosit sehingga darah Anda tidak menggumpal sebagaimana mestinya.
Sindrom HELLP adalah keadaan darurat medis, segera pergi ke ruang gawat darurat jika Bunda memiliki gejala termasuk:
- Penglihatan kabur
- Sakit dada atau perut
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Sakit perut atau muntah
- Pembengkakan di wajah atau tangan Anda
- Pendarahan dari gusi atau hidung
Preeklamsia juga dapat menyebabkan plasenta Anda tiba-tiba terpisah dari rahim Anda, yang disebut solusio plasenta. Hal ini dapat menyebabkan kematian janin.
Artikel terkait: Apa Itu Plasenta? Kenali Fungsinya dan Gangguan yang Bisa Terjadi
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Bila Bunda merasakan gejala di atas, dan bila saat pemeriksaan prenatal hasil tekanan darah dan protein dalam urine Anda tinggi, itu tanda Anda sudah harus memerlukan perhatian medis.
“Jika ibu hamil dengan preeklamsia mengalami sakit kepala yang tidak kunjung hilang, melihat bintik-bintik atau mengalami perubahan penglihatan, mengalami nyeri di perut bagian atas atau bahu, mual dan muntah terus-menerus, atau kesulitan bernapas, mereka harus segera menindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjutan oleh tenaga kesehatan atau layanan darurat,” terang Dr. Sherry.
Jangan abaikan gejala-gejala di atas, Bunda, karena bisa berakibat fatal bagi kesehatan Anda dan janin, lebih parahnya berisiko kematian.
Disarankan juga untuk membeli alat pengukur tekanan darah, dan ukurlah tekanan darah Anda pada waktu yang sama setiap hari dan pada posisi yang sama.
Catat hasilnya dan bagikan kepada dokter kandungan atau bidan Anda setiap melakukan pemeriksaan prenatal.
“Bila hasilnya sangat tinggi (160/110 atau lebih tinggi), segera datangi dokter,” kata Dr. Ross.
ACOG mengatakan, bila saat itu Anda hamil setidaknya 34 minggu, dokter kandungan mungkin akan menyarankan untuk segera melakukan persalinan selama kondisi Anda stabil.
Sekali lagi, perawatan pranatal yang tepat sangat penting untuk memastikan tanda-tanda peringatan dini preeklamsia, jadi jangan lewatkan temu janji Anda dengan dokter kandungan setiap bulannya.
Semoga Anda selalu sehat dan terhindar dari PEB kehamilan, Bunda.
***
Baca Juga:
Preeklamsia Saat Hamil, Kenali Penyebab hingga Cara Mencegahnya
Preeklampsia dan Melahirkan Bayi Prematur hingga Dua Kali, Ibu Ini Bagikan Kisahnya
Bisa Tingkatkan Risiko Bayi Prematur, Waspadai 8 Penyebab Hipertensi Saat Hamil Ini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.