Diare adalah suatu kondisi di mana buang air besar berlangsung sering dengan konsistensi feses lembek atau cair. Tentunya, kondisi ini bisa mengganggu apabila tidak diobati segera. Untuk mencegahnya, ada beberapa obat diare yang bisa Anda beli di apotek.
Lalu, jenis obat-obatan seperti apa yang dapat membantu mengatasi masalah ini? Berikut penjelasan selengkapnya, Parents!
Daftar Obat Diare yang Efektif dan Bisa Dibeli di Apotik
Umumnya, sebagian besar kasus diare hanya berlangsung beberapa hari dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan tertentu. Namun, penggunaan obat-obatan dapat membuat Anda merasa lebih nyaman. Apalagi, bila diare disertai dengan nyeri atau kram perut.
Obat yang tergolong antidiare memiliki beberapa cara kerja. Ada yang berfungsi untuk memperlambat pergerakan usus sehingga frekuensi diare berkurang, ada pula yang membuat feses menjadi lebih padat. Biasanya, obat-obatan ini digunakan untuk diare akut (kurang dari 1 minggu) yang tidak mengancam nyawa.
Selengkapnya, berikut adalah daftar obat diare yang dijual di apotik dan bisa dibeli secara bebas:
1. Karbon aktif (activated charcoal)
Sebuah kajian studi di tahun 2017 mendapati bahwa penggunaan karbon aktif untuk diare dapat menangkap racun, bakteri, dan obat-obatan pemicu diare pada permukaan karbon yang berpori dan bertekstur sehingga tidak diserap ke dalam usus. Meski bisa mengurangi diare, penggunaan karbon aktif juga dapat mencegah tubuh menyerap obat-obatan dan zat-zat gizi yang penting.
2. Kaolin pectin
Merupakan kombinasi yang berfungsi menangkap dan membawa keluar bakteri, racun, dan zat penyebab diare dari dalam usus. Kaolin pectin juga akan menyerap kelebihan air di usus sehingga konsistensi feses memadat. Obat ini banyak dimanfaatkan untuk mengobati diare akibat kolera.
3. Attapulgite
Attapulgite bekerja dengan memperlambat kerja usus besar agar dapat menyerap lebih banyak air. Tujuannya, agar tekstur feses menjadi lebih padat. Obat ini juga biasanya meredakan nyeri perut pada diare. Meski demikian, penggunaannya bisa memicu sembelit setelah diare mereda.
4. Bismuth subsalicylate
Bismuth subsalicylate bekerja sebagai antidiare dan antiradang. Obat ini menurunkan frekuensi diare dengan mengurangi jumlah air di dalam usus. Efek samping yang sering yakni sembelit, feses menjadi kehitaman dan lidah kehitaman. Penggunaan bismuth subsalicylate dalam dosisi yang berlebih dapat berbahaya, oleh sebab itu hanya gunakan sesuai yang dianjurkan.
5. Loperamide
Obat ini mampu menurunkan kecepatan dan jumlah kontraksi usus, sehingga berefek memperlambat atau menjarangkan frekuensi diare. Efek sampingnya yakni nyeri perut, mulut kering, rasa kantuk, melayang, sembelit, mual dan muntah. Individu yang mengalami efek samping loperamide biasanya tidak mampu mengemudikan kendaraan atau melakukan aktivitas lain yang membutuhkan konsentrasi.
6. Oralit
Ini merupakan larutan gula garam yang tersedia dalam bentuk serbuk. Oralit sebetulnya bukan obat, tapi dipakai untuk menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare.
Sebelum digunakan, larutkan terlebih dulu dengan air matang. Minum oralit atau cairan sejenis yang mengandung elektrolit lebih baik untuk mengatasi diare ketimbang minum air putih saja.
7. Suplemen Zinc
Suplemen ini berperan dalam proses penyembuhan usus kala diare dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Jenis suplemen ini biasanya tersedia dalam bentuk tablet dan sirup. Dosisnya untuk diare akut adalah sebagai berikut:
- Dewasa: 10-20 mg sekali sehari
- Anak-anak usia ≥ 6 bulan: 20 mg per hari
- Anak-anak usia <6 bulan: 10 mg per hari
Untuk semua kelompok usia ini, durasi penggunaan suplemen zinc selama 10-14 hari.
8. Suplemen probiotik
Probiotik adalah koloni bakteri baik yang membantu melawan bakteri penyebab diare dan peradangan usus. Probiotik juga berfungsi menyeimbangkan jumlah dan jenis bakteri yang secara alami hidup di dalam usus agar sistem pencernaan kembali lancar.
Suplemen ini kerap digunakan pada individu dewasa maupun anak-anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri. Suplemen probiotik tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, bubuk, dan drops.
Komposisi probiotik bisa berbeda-beda untuk tiap merek dagang. Untuk itu, diskusikan dengan dokter probiotik mana yang paling baik untuk kasus diare Anda.
Obat Antidiare Tidak Mengobati Penyebab
Secara umum ada beberapa kondisi yang menjadi faktor penyebab diare. Beberapa penyebab yang tersering, yaitu:
- Keracunan makanan
- Infeksi virus, bakteri atau parasit
- Obat-obatan seperti antibiotik
- Intoleransi laktosa
- Konsumsi fruktosa atau pemanis buatan
- Gangguan saluran cerna seperti penyakit Celiac atau sindrom iritasi usus
Nah, perlu diketahui, mengonsumsi obat antidiare yang sudah dijelaskan sebelumnya tidak akan mengobati penyebab yang mendasarinya. Obat-obat ini hanya mengurangi ketidaknyaman yang terjadi akibat nyeri perut atau sering buang air besar.
Selain itu, hindari penggunaan obat-obatan ini bila diare disertai dengan demam, penyakit berat, nyeri perut hebat, serta bila feses berdarah atau berlendir. Pada kasus-kasus seperti ini, penggunaan obat-obat tersebut justru dapat memperberat diare dan penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya segera konsultasikan ke dokter bila Anda mengalami diare yang seperti ini.
Demikian pula, bila frekuensi diare terlalu sering—lebih dari 10 kali per hari—atau berlangsung lebih dari satu minggu. Mungkin saja ada infeksi yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik atau pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab pasti dari diare yang dialami.
Itulah informasi mengenai obat diare yang efektif dan bisa dibeli di apotek. Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
Garam Himalaya untuk MPASI Bayi, Benarkah Lebih Sehat?
Mungkinkah Terinfeksi COVID-19 Setelah Divaksin? 4 Penyebab Ini Perlu Dipahami
10 Keluhan Ibu Hamil 5 Bulan yang Sering Terjadi, Bunda Mengalaminya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.