Saat batuk mendera, mungkin banyak yang menganjurkan Anda untuk mengonsumsi ambroxol.
Ya, obat ini memang sering dipakai untuk meredakan batuk berdahak.
Dikutip dari National Center for Biotechnology Information, Ambroxol adalah agen sekretolitik yang digunakan untuk mengobati penyakit pernapasan yang Berhubungan denna lendir kental atau berlebihan.
Berdasarkan cara kerjanya, ambroxol digolongkan sebagai agen mukolitik.
Yakni, bertujuan untuk mengencerkan dahak dalam saluran napas sehingga tidak melengket dan akhirnya mudah dikeluarkan.
Manfaat Obat Ambroxol
Obat ini digunakan untuk penyakit paru yang memicu produksi dahak di saluran napas tapi sulit dikeluarkan.
Beberapa contohnya yakni:
- Trakeobronkitis, merupakan kondisi di mana tenggorok (trakea) dan bronkus meradang. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, tetapi juga bisa akibat iritasi asap rokok.
- Emfisema, yakni kondisi melemah dan rusaknya kantong udara. Kondisi ini kerap ditemukan pada perokok berat dengan penyakit paru obstruktif kronis.
- Bronkiektasis, adalah kondisi saluran napas yang rusak, melebar, dan menebal secara permanen. Kondisi ini membuat dahak terakumulasi di dalam paru sehingga rentan mengalami infeksi.
- Bronkitis asmatik, yakni bronkitis yang terjadi pada individu dengan asma.
Kandungan aktif dalam ambroxol akan menguraikan serat mukopolisakarida di dalam dahak agar menjadi lebih encer sehingga mudah dikeluarkan saat batuk.
Obat ini akan mulai bekerja dalam waktu kurang lebih 30 menit setelah dikonsumsi.
Artikel terkait: Digunakan untuk Obat Batuk dan Pengencer Dahak, Apa Saja Efek Samping Acetylcysteine?
Dosis Obat
Ambroxol tergolong obat keras sehingga memerlukan resep dokter untuk mendapatkannya.
Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, yaitu:
- Tablet: 30 mg
- Kapsul lepas lambat: 75 mg
- Sirup : 15 mg/5mL
- Drops: 15 mg/mL
- Larutan untuk nebulisasi atau inhalasi: 7,5 mg/mL
Dosis yang dianjurkan sesuai kelompok usia adalah sebagai berikut:
Untuk Penggunaan Oral
- Usia <2 tahun: 7,5 mg, 2 kali sehari
- Usia 2 sampai <6 tahun: 7,5-15 mg, 3 kali sehari
- Usia 6-12 tahun: 15-30 mg, 2-3 kali sehari
- Usia >12 tahun dan dewasa: 30 mg, 2-3 kali sehari
- Dewasa: 75 mg, 1 kali sehari (kapsul lepas lambat)
Untuk Inhalasi/Nebulisasi
- Usia <6 tahun: 15 mg (2 mL), 1-2 kali sehari atau 0,6 mg per kilogram berat badan, 1-2 kali sehari
- Usia >6 dan dewasa: 15-22.5 mg (2-3 mL), 1-2 kali sehari
Efek Samping
Efek samping akibat penggunaan ambroxol pernah dilaporkan tetapi jarang.
Beberapa efek samping yang bisa muncul yakni gangguan saluran cerna dan reaksi alergi.
Gangguan saluran cerna umumnya bersifat ringan dan dapat berupa mual muntah, diare, rasa tidak nyaman pada perut (nyeri ulu hati, kembung atau begah), serta mulut dan tenggorokan yang kering.
Risiko efek samping ambroxol juga meningkat bila digunakan bersamaan dengan antibiotik seperti cefuroxime, doxycyline, erythromycin, dan amoxicillin.
Ini karena interaksi obat yang terjadi dapat meningkatkan konsentrasi ambroxol di dalam darah.
Perlu diperhatikan pula bahwa ambroxol yang digunakan bersamaan dengan antitusif (obat batuk kering), dapat menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.
Perhatikan Ini Sebelum Menggunakan Ambroxol
Individu dengan kondisi-kondisi berikut sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter sebelum menggunakan jenis obat yang satu ini:
- Mengalami gejala-gejala yang mengarah pada pneumonia atau infeksi paru, seperti sesak napas saat beristirahat, dahak berwarna kuning atau hijau, dahak berdarah, demam di atas 38°C, dan nyeri dada
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat kondisi lain (seperti HIV) atau penggunaan obat-obatan tertentu (kemoterapi, imunomodulator)
- Apabila memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau asma berat yang tidak terkontrol
- Konsultasikan ke dokter terlebih dulu apabila Anda memiliki riwayat perlukaan (ulkus) lambung yang berat
- Adanya riwayat gangguan hati atau ginjal. Pada beberapa kasus dengan penyakit ginjal kronis, sisa metabolisme ambroxol dapat tertimbun di dalam organ hati dan menimbulkan gangguan.
Bila sebelumnya pernah mengalami reaksi alergi terhadap ambroxol atau bromhexine, maka obat ini harus dihindari.
Sebagian tablet ambroxol dapat mengandung laktosa dan karena itu tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh individu yang mengalami intoleransi laktosa.
Pada ibu hamil, khususnya di trimester pertama, ambroxol sebaiknya digunakan hanya bila benar-benar perlu.
Ambroxol juga dikeluarkan di dalam Air Susu Ibu (ASI) sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi selama menyusui.
Hindari pula menggunakan obat ini dalam jangka panjang tanpa anjuran dokter.
***
Baca juga:
Penyakit Bau Mulut – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Mungkinkah Terinfeksi COVID-19 Setelah Divaksin? 4 Penyebab Ini Perlu Dipahami
Perbandingan Jenis Vaksin COVID-19, Manakah yang Terbaik?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.