Parents, penggunaan garam himalaya untuk MPASI bayi kian populer akhir-akhir ini.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, garam bewarna merah muda ini dinilai lebih alami dan memiliki banyak manfaat kesehatan.
Namun, benarkah demikian? Yuk, cari tahu informasi selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Artikel Terkait: Aturan Gula dan Garam untuk MPASI Bayi, Ini Penjelasan Dokter!
Penggunaan Garam Himalaya untuk MPASI Bayi
Secara umum, garam himalaya atau himalayan salt merupakan jenis garam yang berbentuk kristal kecil.
Garam ini berasal dari tambang garam Khewra di Pakistan dan diekstraksi secara manual menggunakan tangan.
Rangkaian pembuatannya terbilang sederhana dan minimal, sehingga dapat menghasilkan produk garam murni serta bebas zat tambahan.
Oleh sebab itu, garam ini dianggap lebih alami ketimbang table salt atau garam dapur biasa.
Secara kimia, struktur garam himalaya mirip dengan garam dapur. Kandungan natrium kloridanya, nama lain dari garam, mencapai 98 persen.
Tak hanya itu, proses pembuatan yang alami pun memungkinkan garam himalaya mengandung mineral yang tidak ditemukan pada garam dapur.
Bahkan, ada yang mengklaim bahwa garam ini mengandung 84 jenis mineral.
Ada pun mineral yang kadarnya cukup banyak ditemukan dalam garam himalaya adalah kalsium, zat besi, kalium, dan magnesium.
Menariknya, kadar mineral tersebutlah yang membuat warna garam himalaya tampak merah muda dan rasanya berbeda dari garam dapur biasa.
Sebagai perbandingan, berikut beberapa kadar mineral penting yang terkandung di dalam garam himalaya dan garam dapur:
- Garam Himalaya
- Natrium: 368 mg
- Kalsium: 1,6 mg
- Kalium: 2,8 mg
- Magnesium: 1,06 mg
- Zat besi: 0,037 mg
- Garam dapur
- Natrium: 381 mg
- Kalsium: 0,4 mg
- Kalium: 0,9 mg
- Magnesium: 0,014 mg
- Zat besi: 0,01 mg
Dari perbandingan tersebut, bisa dilihat bahwa kadar natrium pada garam himalaya sedikit dari garam dapur.
Namun, kadar mineral lainnya lebih banyak terkandung pada garam himalaya.
Meski demikian, jumlah mineral-mineral ini sesungguhnya sangat kecil, kok, Parents.
Manfaat Garam Himalaya, Benarkah Lebih Sehat?
Beberapa ahli menyebutkan bahwa garam himalaya memberikan sejumlah manfaat kesehatan, seperti:
Namun, sebenarnya manfaat tersebut merupakan fungsi umum dari senyawa natrium klorida di dalam tubuh.
Artinya, beberapa khasiat tersebut masih bisa kita dapatkan dari jenis garam apa pun, kok.
Perlu diketahui juga, untuk menyeimbangkan pH dalam darah, tubuh menggunakan paru-paru dan ginjal tanpa perlu dibantu oleh garam himalaya.
Kadar mineral dalam garam himalaya pun jumlahnya tidak cukup bermakna untuk memberikan efek tersebut.
Sementara itu, kadar gula darah, penuaan, dan libido utamanya dikendalikan oleh faktor-faktor lain di luar garam yang dikonsumsi.
Jadi, klaim-klaim tersebut bisa dibilang kurang tepat.
Terlebih, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa konsumsi garam himalaya dapat memberikan beragam manfaat kesehatan yang telah disebutkan.
Bahkan, studi ilmiah yang membandingkan manfaat kesehatan garam himalaya dengan garam dapur pun belum dilakukan.
Bila ada, kecil kemungkinan kedua garam ini akan memberikan perbedaan manfaat yang bermakna.
Karena pada dasarnya, yang paling diperlukan tubuh adalah senyawa natrium klorida.
Senyawa ini bisa ditemui pada garam jenis apa pun, termasuk garam himalaya maupun garam dapur biasa.
Garam Himalaya untuk MPASI
Parents, penggunaan garam himalaya untuk MPASI tidak lebih sehat ketimbang garam dapur.
Memang, kadar natriumnya lebih rendah ketimbang garam dapur biasa. Namun, perlu diingat juga bahwa kandungan yodium dalam garam ini cenderung rendah.
Sebaliknya, garam dapur yang ada di pasaran rata-rata sudah difortifikasi dengan yodium.
Kandungan yodium dalam jenis garam ini biasanya berkisar antara 30 – 80 ppm.
Jumlah tersebut sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Oleh sebab itu, karena kadar yodiumnya terbilang rendah, maka si Kecil tetap membutuhkan asupan makanan sumber yodium lain bila Anda memberinya MPASI dengan garam himalaya.
Beberapa makanan yang bisa dikonsumsi antara lain seperti rumput laut, telur, hingga produk susu dan ikan.
Sementara itu, di awal pemberian MPASI sebenarnya Anda tidak perlu menambahkan garam terlebih dulu, Parents.
Pasalnya, penambahan penyedap tambahan seperti gula atau garam dilakukan sekedar untuk memberi sedikit rasa atau agar si Kecil mau makan.
Sebagai informasi, jumlah kebutuhan garam pada bayi juga terbilang sangat sedikit.
Hingga berusia 12 bulan, bayi hanya membutuhkan kurang dari 1 gram garam (atau 0,4 gram Natrium) setiap harinya.
Sedangkan pada usia 1-3 tahun, ia membutuhkan 2 gram garam per hari (0,8 gram Natrium).
Kebutuhan ini pun sebetulnya sudah bisa terpenuhi dari pemberian ASI atau susu formula.
Selain itu, garam juga banyak ditambahkan pada berbagai jenis makanan seperti roti, biskuit, sereal, dan yang lainnya sehingga tidak perlu kita tambahkan lagi.
Tidak hanya itu, pemberian garam dalam MPASI juga perlu diperhatikan.
Faktanya, konsumsi garam yang berlebihan pada bayi justru berisiko karena akan membuat ginjalnya bekerja keras dalam memproses zat ini.
Jadi, Mana Garam Terbaik untuk MPASI?
Bisa disimpulkan, sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara menggunakan garam himalaya maupun garam dapur untuk MPASI. Keduanya sama-sama bisa diberikan asal dengan takaran tepat.
Bila Anda memilih garam himalaya, itu semata-mata karena garam ini lebih alami, tidak mengandung zat tambahan dan antigumpal yang kerap ditemukan dalam garam dapur biasa.
Tapi sebenarnya, efek zat-zat tambahan ini pun tidak bermakna karena penggunaan garam dapur untuk bumbu masak sehari-hari hanya sedikit, apalagi untuk makanan bayi.
Kemudian, perlu diingat bahwa garam dapur adalah sumber utama mineral yodium bagi tubuh.
Artikel Terkait: Garam untuk MPASI Bayi, Berapa Takaran yang Sesuai?
Jadi, bila Anda memakai garam himalaya untuk MPASI bayi, pastikan si Kecil mendapat kecukupan yodium dari sumber lainnya, ya, Parents!
***
Baca juga:
9 Keluhan yang Dialami Ibu Hamil 6 Bulan dan Cara Mengatasinya
Obat Dexamethasone, Amankah Dikonsumsi Ibu Hamil?
9 Keluhan Ibu Hamil 3 Bulan yang Sering Terjadi, Ini Cara Mengatasinya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.