Sebagian besar dari Anda tentu pernah mengalami diare, bukan? Ya, hampir setiap orang pernah mengalami paling tidak satu episode diare dalam hidupnya. Tidak hanya itu, penyebab diare juga beragam.
Ada pun diare diartikan sebagai buang air besar (BAB) yang lembek atau berair sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari. Rata-rata, orang dewasa mengalami 4 kali episode diare dalam setahun.
Diare pada umumnya hanya berlangsung selama beberapa hari dan menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Namun, pada sebagian kasus, diare bisa tak kunjung sembuh sampai penyebabnya diketahui dan diobati.
Penyebab Diare, Gejala, dan Cara Mengobatinya
Berdasarkan durasi penyakit dan gejala yang muncul, diare digolongkan menjadi diare akut dan kronis. Diare disebut akut bila berlangsung kurang dari 2 minggu dan disebut kronis bila berlangsung selama 4 minggu atau lebih.
Gejala diare dapat bervariasi dan tergantung pada penyebab. Anda mungkin mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala berikut:
- BAB lembek atau berair
- Kram perut
- Nyeri perut
- Demam > 38°C
- Tinja berdarah
- Tinja berlendir
- Kembung
- Mual
- Keinginan untuk BAB yang tidak bisa ditahan
Dari luar, penderita diare dapat terlihat sakit ringan atau berat. Yang sakit ringan, biasanya hanya mengalami diare beberapa kali (<8 kali) per hari dan tidak tampak gejala-gejala lainnya. Sedangkan yang sakit berat, dapat mengalami diare hingga lebih dari 20 kali per hari, yang terjadi setiap 20-30 menit. Pada kondisi ini, banyak air dan garam yang hilang dari tubuh sehingga rentan terjadi dehidrasi.
Gejala dehidrasi dapat berupa rasa lemas, mulut kering, detak jantung cepat, sakit kepala atau rasa melayang, kehausan, jarang buang air kecil (BAK), urin sedikit dan berwarna pekat. Hubungi dokter sesegera mungkin bila diare menyebabkan dehidrasi.
Diare bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit. Oleh sebab itu, perlu ditentukan apa penyebabnya agar pengobatannya tepat sasaran.
Untuk menentukan penyebab diare, dokter akan melakukan wawancara mendalam dan pemeriksaan fisik. Kadang-kadang, diperlukan pula pemeriksaan urin dan darah. Pemeriksaan tambahan lain yang mungkin dilakukan yakni:
- Pemeriksaan untuk menentukan apakah alergi atau intoleransi makanan adalah penyebab diare
- Radiologi, untuk memeriksa peradangan dan kelainan anatomi usus
- Pemeriksaan dan kultur tinja untuk melihat adanya bakteri, jamur, parasit atau kuman lain
- Kolonoskopi untuk memeriksa usus besar
- Sigmoidoskopi untuk memeriksa rektum dan bagian bawah usus besar
Kolonoskopi dan sigmoidoskopi sangat membantu pada individu yang mengalami diare berat atau kronis.
Beberapa Faktor Penyebab
Pada kasus yang akut, diare dapat disebabkan oleh:
- Keracunan akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri atau parasit. Gejala infeksi biasanya mulai dirasakan 12 jam hingga 4 hari setelah paparan dan membaik dalam waktu 3-7 hari.
- Intoleransi makanan, seperti intoleransi laktosa. Laktosa adalah gula yang ada di dalam susu dan produk olahannya. Individu yang sulit mencerna laktosa dapat mengalami diare setelah mengonsumsi produk-produk ini.
- Alergi makanan.
- Infeksi virus. Virus penyebab diare mencakup virus norwalk, sitomegalovirus, dan virus hepatitis. Virus yang menyebabkan COVID-19 juga dapat menyebabkan diare dan keluhan pencernaan lainnya seperti mual dan muntah. Pada anak balita, Rotavirus merupakan penyebab tersering diare akut.
- Obat-obatan. Antibiotik dapat menyebabkan diare karena penggunaannya akan mematikan bakteri baik dan jahat di dalam usus. Selanjutnya, ini mengganggu keseimbangan alami flora normal di dalam usus. Obat-obatan lain yang juga menyebabkan diare yakni obat kanker dan obat maag antasid yang mengandung magnesium.
- Fruktosa. Fruktosa adalah gula yang secara alami ditemukan pada buah dan madu. Gula ini juga kadang-kadang ditambahkan sebagai pemanis dalam minuman kemasan. Individu yang sulit mencerna fruktosa dapat mengalami diare setelah mengonsumsinya.
- Pemanis buatan. Sorbitol dan manitol, yang kerap ditemukan dalam permen karet dan produk bebas gula, dapat menyebabkan diare pada sebagian individu sehat.
- Operasi kandung empedu dan lambung. Pengangkatan kandung empedu dan operasi pada lambung kadang-kadang dapat menyebabkan diare.
Sedangkan diare kronis, disebabkan oleh penyakit yang lebih serius seperti penyakit Crohn, kolitis ulseratif, penyakit Celiac, dan sindrom iritasi usus.
Cara Mengobati Diare
Prinsip pengobatan diare mencakup:
1. Mengganti Cairan dan Garam yang Hilang
Jenis cairan dapat berupa air minum, jus, air tajin atau air kaldu. Untuk diare ringan-sedang, cairan pengganti harus mengandung air, gula, dan garam. Larutan gula garam seperti Oralit, yang mengandung glukosa dan natrium, adalah yang terbaik. Hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol.
2. Perhatikan Apa yang Dimakan
Kecukupan nutrisi amat penting selama mengalami diare. Konsumsi karbohidrat seperti pati dan serealia rebus (kentang, mie, nasi, gandum, dan oat) dengan garam sangat dianjurkan pada diare yang berair. Kue kering tanpa rasa (plain crackers), pisang, sup dan sayuran rebus juga bisa dikonsumsi.
Bila gejala berangsur membaik, tambahkan makanan semipadat dan rendah serat. Anda bisa mengonsumsi roti panggang, telur, nasi atau ayam. Selama diare, hindari makanan yang berasal dari produk olahan susu, makanan berlemak, tinggi serat, atau yang berbumbu tajam.
3. Obat-obatan
Obat antidiare dapat digunakan bila tidak ada demam (suhu tubuh > 38°C) dan tinja tidak berdarah atau berlendir. Obat-obatan ini tidak menyembukan penyebab diare, tetapi membantu mengurangi frekuensinya:
- Loperamide. Obat ini dapat diperoleh tanpa resep dokter. Dosis pertama 2 tablet (4 mg), diikuti 1 tablet (2 mg) setiap setelah BAB. Dosis maksimum 16 mg per hari. Hindari menggunakan dosis lebih besar dari yang tertulis pada petunjuk penggunaan kecuali dianjurkan oleh dokter.
- Diphenoxylate-atropine. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Fungsinya mirip dengan loperamide, tetapi efek sampingnya lebih mengganggu.
- Bismuth subsalicylate. Obat ini tidak seefektif loperamide tetapi dapat digunakan bila diare diserta demam atau tinja yang berdarah. Meski demikian, hindari penggunaannya pada ibu hamil. Dosis obat ini adalah 30 mL atau 2 tablet setiap 30 menit dengan maksimum 8 dosis (16 tablet).
4. Konsumsi Probiotik
Probiotik mengandung bakteri baik yang dapat membantu mengembalikan keseimbangan flora normal usus. Probiotik tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau cairan dan juga ditambahkan pada makanan seperti yogurt.
5. Antibiotik
Penggunaan antibiotik tidak diperlukan pada sebagian besar kasus diare akut dan justru dapat memperburuk diare bila tidak tepat pemakaiannya. Antibiotik umumnya baru direkomendasikan bila diare terjadi lebih dari 8 kali sehari, mengalami dehidrasi, gejala menetap hingga lebih dari satu minggu, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan pada individu yang membutuhkan rawat inap.
6. Mengobati Penyakit yang Mendasari
Beberapa penyakit yang mendasari seperti pada diare yang disebabkan oleh penyakit radang usus atau gangguan autoimun.
Selama diare, penting untuk melihat status hidrasi (kecukupan cairan) dengan mengamati warna urin dan frekuensi BAK. Bila BAK jarang atau urin pekat dan berwarna kuning gelap, artinya Anda perlu minum lebih banyak. Urin normal berwarna kuning muda atau hampir bening dan frekuensi BAK normalnya setiap 3-5 jam.
Pada dasarnya, sebagian besar kasus diare dapat ditanggulangi di rumah. Namun sebaiknya, segera kunjungi dokter apabila diare berlangsung lebih dari tiga hari, mengalami dehidrasi, tedapat nyeri perut atau nyeri pada dubur yang berat, BAB berdarah atau kehitaman, serta mengalami demam di atas 39 derajat celcius.
Itulah beberapa penyebab, gejala, dan pengobatan penyakit diare. Semoga bermanfaat, Parents!
***
Baca juga:
9 Keluhan Tersering Kala Hamil 3 Bulan, Bunda Pernah Merasakannya?
Garam Himalaya untuk MPASI Bayi, Benarkah Lebih Sehat?
Folavit Kaya Asam Folat, Ketahui Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.