Pernah mendengar istilah afasia? Kondisi gangguan berbicara, menulis, dan memahami bahasa akibat kerusakan pada otak yang terjadi secara tiba-tiba.
Afasia sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala dari adanya kerusakan pada bagian otak yang mengatur bahasa dan komunikasi. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk memilih dan merangkai kata menjadi kalimat yang benar. Meski begitu, afasia tidak memengaruhi tingkat kecerdasan dan daya ingat penderitanya.
Kondisi ini biasanya terjadi secara tiba-tiba, misalnya karena stroke atau cedera kepala, tetapi juga dapat berkembang secara perlahan akibat tumor otak atau penyakit saraf lainnya.
Apa Saja Gejalanya?
Individu dengan afasia biasanya akan mengalami tanda dan gejala berikut:
- Berbicara dalam kalimat pendek, tidak lengkap hingga tidak masuk akal.
- Kata-kata yang diucapkan seringkali tidak jelas.
- Kesulitan atau bahkan tidak dapat memahami pembicaraan orang lain.
- Salah dalam merangkai kata, baik secara tertulis maupun lisan.
- Menulis kalimat yang tidak masuk akal.
Gejalanya dapat berbeda tergantung pada jenisnya. Berikut ini tiga jenis afasia paling umum beserta perbedaannya:
- Afasia Broca (ekspresif) umumnya disebabkan karena kerusakan otak di bagian kiri depan. Kondisi ini membuat penderitanya sulit berbicara dengan jelas, meski ia tahu apa yang ingin disampaikan kepada lawan bicaranya.
- Afasia Wernicke (reseptif) yang disebabkan karena kerusakan otak di bagian kiri tengah. Orang dengan afasia jenis ini tidak dapat memahami orang lain, atau bahkan diri mereka sendiri, ketika mereka berbicara.
- Afasia global, merupakan jenis afasia paling berat karena biasanya terjadi ketika seseorang baru mengalami serangan stroke. Orang dengan afasia global tidak dapat memahami bahasa lisan atau berbicara sama sekali.
Penyebab Afasia
Penyebab paling umum adalah kerusakan otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak (stroke). Kondisi ini menyebabkan kematian sel-sel otak atau kerusakan di area yang mengendalikan bahasa akibat hilangnya aliran darah ke otak.
Kerusakan otak yang disebabkan oleh cedera kepala yang parah, tumor, infeksi atau proses degeneratif juga dapat menyebabkan afasia. Dalam kasus ini, afasia biasanya terjadi dengan jenis masalah kognitif lainnya, seperti gangguan memori atau kebingungan.
Diagnosis
Dokter akan melakukan rangkaian pemeriksaan untuk diagnosis secara tepat, di antaranya:
- Pemeriksaan fisik dan saraf
- Menguji kekuatan, perasaan, dan refleks
- Mendengarkan jantung dan pembuluh darah di leher
- Pemeriksaan radiologi seperti MRI atau CT scan kepala
Bila dicurigai terdapat afasia, dokter akan merujuk Anda ke ahli patologi wicara dan bahasa untuk pemeriksaan yang lebih menyeluruh terkait kemampuan berkomunikasi seseorang.
Pengobatan yang Bisa Dilakukan
Bila kerusakan otak bersifat ringan, seseorang dapat memulihkan keterampilan bahasa tanpa penanganan khusus. Namun secara umum, perawatan untuk mengobati afasia mencakup:
1. Rehabilitasi bicara dan bahasa
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan memulihkan bahasa sebanyak mungkin. Termasuk, mengajarkan bagaimana memulihkan keterampilan berbahasa yang hilang dan menemukan metode komunikasi lain.
Terapi dapat dimulai sesegera mungkin setelah terjadi cedera otak. Bisa juga dilakukan secara berkelompok (bila dibutuhkan) maupun menggunakan bantuan komputer atau aplikasi untuk mempelajari kata kerja dan bunyi kata.
2. Obat-Obatan
Ini termasuk obat-obatan untuk melancarkan aliran darah ke otak, meningkatkan kemampuan pemulihan otak, mencegah kerusakan otak yang berlanjut, dan menambah senyawa kimia yang berkurang di otak (neurotransmitter). Konsumsi obat dapat menyebabkan efek samping sehingga Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
3. Stimulasi otak
Stimulasi otak hingga kini masih dipelajari untuk mengobati. Pengobatan ini bertujuan untuk merangsang sel-sel otak yang rusak. Metodenya dapat berupa stimulasi magnetik transkranial dan stimulasi arus searah transkranial. Kedua metode tersebut dilakukan tanpa memasukkan alat ke dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan (non invasif).
4. Operasi
Operasi (pembedahan) dapat dilakukan bila afasia disebabkan oleh tumor otak. Pengangkatan tumor diharapkan dapat membantu mengatasinya.
Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Hingga kini, belum diketahui cara pasti untuk mencegahnya. Namun, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, antara lain:
- Tidak merokok.
- Membatasi konsumsi alkohol harian.
- Menjaga berat badan tetap ideal sesuai indeks massa tubuh.
- Olahraga teratur minimal 30 menit per hari atau 150 menit per minggu.
- Menjaga pikiran tetap aktif dengan membaca atau menulis.
Semega informarsi terkait afasia ini bisa bermanfaat.
Baca Juga:
Tubuh Terasa Bau Amis? Cek, Apakah Termasuk Sindrom Bau Amis
Asites: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Frozen Shoulder, Saat Bahu Terasa Nyeri Hingga Terasa Kaku
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.