Sebagian dari Anda mungking mengenal obat acetylcysteine (Fluimucil®, Simucil®, Sistenol®, N-Ace®), atau disebut juga N-acetylcysteine (NAC) sebagai obat batuk yang berfungsi mengencerkan dahak. Obat ini juga dipakai pada individu dengan masalah paru dan yang mengalami keracunan paracetamol.
Di masa pandemi COVID-19, acetylcysteine kerap diberikan sebagai antioksidan untuk mencegah perburukan penyakit.
Cara Kerja dan Manfaat Obat Acetylcysteine
Selama berpuluh-puluh tahun, acetylcysteine telah lama digunakan sebagai pengencer dahak dan terapi keracunan paracetamol. Dalam hal ini, acetylcysteine mampu mengikat komponen beracun dari paracetamol, yang terbentuk di organ hati.
Acetylcystein juga merupakan prekursor dari antioksidan glutathione, sehingga memiliki peran dalam mencegah kanker, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menekan replikasi (perkembangbiakan) virus, dan mengurangi peradangan.
Beberapa indikasi penggunaan obat acetylcysteine, yakni:
- Sebagai mukolitik (pengencer dahak) pada masalah-masalah paru seperti pneumonia, bronkitis, fibrosis kistik, komplikasi pasca pembedahan paru, gangguan paru pasca cedrea, dan sebelum prosedur bronkoskopi diagnostik.
- Keracunan paracetamol
- Gagal hati akut
- Pencegahan nefropati (gangguan ginjal) akibat zat kontras
- Terapi topikal untuk keratokonjungtivitis sikka (kelainan pada mata)
- Covid-19 sebagai antioksidan untuk mencegah atau mengurangi efek badai sitokin yang mengancam nyawa pada fase lanjut penyakit. Pada pengujian di laboratorium, acetylcysteine diketahui dapat menurunkan produksi mediator-mediator peradangan yang memicu badai sitokin.
Dosis Acetylcysteine
Acetylcysteine tersedia dalam bentuk kapsul, sirup kering, granul, tablet effervescent, larutan injeksi dan inhalasi (hirup).
-
- Bentuk tablet effervescent, kapsul, sirop kering, dan granul
- Dosis acetylcysteine sebagai pengencer dahak
-
-
-
- Dewasa: 200 mg 3 kali sehari, atau 600 mg (untuk sediaan effervescent) sekali sehari. Dosis maksimal 600 mg per hari
- Anak-anak usia 2–6 tahun: 100 mg, 2–4 kali sehari
- Anak-anak usia >6 tahun: 200 mg, 2–3 kali sehari
- Dosis acetylcysteine untuk mengobati keracunan paracetamol (menggunakan bentuk sediaan tablet effervescent) pada individu dewasa (diberikan sebanyak 18 dosis)
-
-
-
- Dosis pertama: 140 mg/kgBB
- Dosis kedua dan seterusnya: 70 mg/kgBB, diberikan setiap 4 jam
- Dosis acetylcysteine untuk Covid-19 pada individu dewasa
-
-
-
- 600 mg 2 kali sehari untuk kasus ringan
- 1200 mg 2 kali sehari pada kasus yang lebih berat
- Bentuk larutan inhalasi
- Dosis acetylcysteine sebagai pengencer dahak pada individu dewasa
-
-
-
- Bentuk larutan 10%: 6–10 ml, 3–4 kali sehari
- Bentuk larutan 20%: 3–5 ml, 3–4 kali sehari
- Dosis acetylcysteine untuk prosedur bronkogram diagnostik
-
-
-
- Bentuk larutan 10%: 2–4 ml, 2–3 kali sebelum prosedur
- Bentuk larutan 20%: 1–2 ml, 3–4 kali sebelum prosedur
Kontraindikasi dan Peringatan Sebelum Menggunakan Acetylcysteine
Penggunaan acetylcysteine perlu dihindari bila memiliki riwayat alergi terhadap obat ini. Acetylcysteine boleh digunakan pada kondisi-kondisi berikut dengan hati-hati dan setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter:
- Tukak lambung
- Perdarahan lambung atau akibat varises esofagus (kerongkongan)
- Tekanan darah tinggi atau menjalani diet rendah garam
- Gagal jantung kongestif
- Penyakit ginjal
- Asma
- Gangguan pembekuan darah
Acetylcysteine dapat memperlambat pembekuan darah sehingga meningkatkan risiko perdarahan selama dan setelah pembedahan. Oleh sebab itu, konsumsinya perlu dihentikan paling sedikit 2 minggu sebelum dilakukannya pembedahan.
Pada ibu hamil, acetylcysteine aman dikonsumsi secara oral maupun inhalasi (hirup). Obat ini dapat melalui plasenta, namun tidak ada bukti bahwa kandungan aktifnya membahayakan janin. Acetylcysteine hanya boleh digunakan pada ibu hamil atas indikasi medis atau sesuai anjuran dokter.
Sedangkan pada ibu menyusui, hingga kini belum ada bukti ilmiah soal keamanannya pada kelompok ini. Konsultasikan terlebih dulu kepada dokter terkait penggunaannya.
Interaksi Obat Lain dengan Acetylcysteine
Acetylcysteine diketahui berinteraksi dengan beberapa obat berikut bila dikonsumsi bersamaan:
- Memperkuat efek dan meningkatkan risiko efek samping obat lain
- Nitroglycerin. Obat ini berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah meningkat. Konsumsi acetylcysteine bersamaan dengan nitroglycerin akan memperkuat efeknya sehingga meningkatkan risiko efek samping seperti sakit kepala, rasa melayang, dan kepala terasa ringan.
- Obat antihipertensi. Acetylcysteine juga berefek menurunkan tekanan darah sehingga bila dikonsumsi bersamaan dengan obat antihipertensi dapat memicu hipotensi (tekanan darah yang terlalu rendah).
- Obat antipembekuan darah seperti warfarin. Acetylcysteine dapat memperlambat pembekuan darah sehingga bila dikonsumsi bersamaan dengan warfarin dapat meningkatkan risiko memar dan perdarahan.
- Menurunkan efektivitas acetylcysteine
- Karbon aktif. Obat ini kerap digunakan untuk mengatasi keracunan makanan maupun obat-obatan. Efektivitas acetylcysteine diketahui berkurang bila dikonsumsi bersamaan dengan karbon aktif.
- Menurunkan efektivitas obat lain
- Klorokuin. Efek obat malaria ini diketahui berkurang bila dikonsumsi bersamaan dengan acetylcysteine.
Efek Samping Acetylcysteine
Efek samping acetylcysteine yang umum terjadi, yaitu:
- Mual dan muntah
- Diare atau konstipasi
- Ruam kulit
- Demam
- Sakit kepala
- Mengantuk
- Tekanan darah rendah
- Gangguan hati
Bila digunakan secara inhalasi (hirup), efek samping dapat berupa mulut yang membengkak, hidung meler, mengantuk, dan rasa sesak di dada,
Segera dapatkan bantuan medis darurat bila mengalami tanda-tanda reaksi alergi berat seperti biduran (urtikaria), sulit bernafas, pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorok. Di samping itu, carilah pertolongan medis bila mengalami:
-
- Muntah-muntah hebat atau tak kunjung berhenti
- Batuk darah atau muntah berwarna hitam seperti bubuk kopi
- Tanda-tanda gangguan hati, seperti nyeri ulu hati, nafsu makan menghilang, urin berwarna kecoklatan, tinja berwarna tanah liat, kuning pada mata atau kulit.
Konsumsi acetylcysteine umumnya aman bila digunakan atas izin dokter. Oleh sebab itu, hindari menggunakannya sebagai obat bebas dan hanya konsumsi seperlunya sesuai indikasi.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.