Muntah bayi kuning adalah kondisi berbahaya yang harus diwaspadai orangtua. Muntah bayi biasanya berwarna putih yang disebut gumoh, karena kekenyangan ASI atau lainnya. Namun jika muntahannya berwarna kuning, Bunda harus segera membawa si kecil ke dokter.
Seorang ibu membagikan pengalamannya menangani muntah bayi kuning, saat usia anaknya 10 hari. Hal tersebut hampir saja merenggut nyawa buah hatinya. Hingga diapun ingin memberi peringatan pada orangtua lainnya, agar tidak meremehkan gejala muntah bayi kuning.
Pada usia 10 hari, bayiku dilarikan ke rumah sakit anak Sydney dengan ambulans. Itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Di usianya yang baru 10 hari, putraku jarang sekali menangis. Dia tenang saat menyusui, dipeluk dan tidur.
Tiba-tiba saja dia memuntahkan cairan berwarna putih kekuningan. Seperti warna highlighter kuning. Saat itu kami hendak pergi tidur, dan terakhir kali dia menyusui adalah beberapa jam lalu. Jadi kami sangat kaget melihatnya.

Aku segera menghubungi kontak kesehatan darurat. Iya, aku tahu seharusnya aku segera membawa bayiku ke UGD, tapi aku tidak melakukannya.
Perawat yang menerima teleponku tidak memberi kesempatan padaku untuk menjelaskan lebih jauh. Dia langsung menyuruhku membawa si kecil ke UGD secepatnya, karena muntah bayi kuning adalah hal serius.
Aku meninggalkan suamiku bersama anak kami yang masih balita, dan membawa bayiku ke UGD terdekat. Namun, tidak lama setelah diperiksa di sana, bayiku segera dirujuk ke RS Anak Sydney. Semuanya tampak tidak nyata bagiku.
Sesampainya di rumah sakit, bayiku segera dipasangi berbagai alat untuk memantau kondisinya. Tetapi, mereka tidak bisa menemukan pembuluh darah di tubuh kecilnya untuk memasang infus.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya infus dipasang di kepala bayiku. Ini seperti mimpi buruk bagiku. Aku tak bisa menyentuhnya, jadi aku hanya bisa mencoba menenangkannya dengan suaraku.
Dia menangis dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku mencoba untuk tetap tegar demi bayiku, meskipun itu sulit sekali.
Kemudian perawat membawakanku pompa ASI. Saat aku sedang memompas ASI sambil menangis, perawat itu duduk bersamaku dan menghapus airmataku dengan tisu.
Dia mengatakan padaku dengan suara pelan, bahwa warna kuning pada muntahan bayiku bisa disebabkan oleh kondisi ususnya yang terlilit. Mereka akan melakukan serangkaian tes untuk memastikannya. Dan jika ususnya sudah parah, bayiku harus dioperasi. Kalau tidak dia bisa meninggal seketika.
Aku tidak apa saja yang terjadi saat itu, kecuali kamar gelap tempat mereka melakukan pemeriksaan sinar X pada perut bayiku. Menunggu hasil tesnya adalah penantian terpanjang dalam hidupku.
Bayiku terbaring di sana, dengan berbagai mesin yang menempel di tubuhnya. Dan aku tidak bisa menyentuhnya sama sekali.
Dan 24 jam kemudian hasil tesnya keluar. Ususnya baik-baik saja. Aku sungguh lega. Begitu semua alat yang dipasang di tubuh bayiku dilepas, aku memeluknya dengan erat seolah tak mau melepaskannya lagi.
Beberapa bulan kemudian, aku menerima telepon dari ibuku. Seorang anak dari teman keluarga kami, bayinya yang bernama Alexander juga mengalami muntah kuning. Mereka menjalani apa yang kami lewati sebelumnya.
Sayangnya, usus bayi Alexander tersimpul. Dia sangat kesakitan dan namun akhirnya meninggal.
Sampai saat ini, kami tidak tahu mengapa bayi kami muntah kuning. Tapi sejujurnya aku tidak peduli. Selama aku masih bisa memeluk bayiku setiap hari, aku tetap bersyukur. Sesuatu yang tidak akan pernah bisa dilakukan lagi oleh ibu bayi Alexander.
Aku berharap, dengan membagikan kisah ini, orangtua bisa mengenali gejala muntah bayi kuning. Agar bisa menyelamatkan anak mereka tepat pada waktunya.
Gejala muntah bayi kuning yang harus diwaspadai
Usus terlilit atau tersimpul pada bayi adalah kelainan yang disebut intestinal malrotation. Dan sering berubah menjadi komplikasi volvulus pada tahun pertama setelah kelahiran bayi.
Gejala yang harus diwaspadai orangtua:
- Bayi muntah warna kuning atau hijau
- Sakit di bagian perut
- Sembelit atau susah buang air besar
- Kotoran bayi bernoda merah seperti darah
- Bayi mudah tersentak atau terkejut
Apabila bayi Anda mengalami gejala di atas, segeralah membawanya ke dokter. Jangan tunggu sampai bayi lemas dan tidak menangis lagi. Penanganan dini meningkatkan peluang bayi untuk selamat.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Berbagai Penyebab Bayi Muntah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.