Memasuki usia kepala empat atau empat puluhan, para Bunda sebaiknya lebih sadar lagi mengenai gejala-gejala dan dampak yang terjadi pada masa premenopause dan menopause.
Apa saja yang akan terjadi pada kedua masa tersebut dan apa yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala dan dampaknya? Berikut adalah ulasannya.
Artikel Terkait: 7 Rekomendasi Produk untuk Wanita Menopause, Jadi Lebih Nyaman
Mengenal Masa Premenopause dan Menopause
Sumber: xFrame
Seorang perempuan akan mengalami beberapa tahapan hormonal dalan kehidupannya. Tahapan hormonal tersebut dimulai dari masa pubertas atau dimulainya menstruasi, kehamilan dan melahirkan, kemudian masuk ke masa premenopause, perimenopause, dan terakhir pada periode menopause.
Premenopause
Gejala menopause akan mulai timbul pada masa premenopause. Pada masa ini, psikologis dan suasana hati seseorang sangat terpengaruh karena adanya perubahan hormon dan fisik.
Premenopause sendiri terbagi menjadi dua tahap, yaitu:
- Early premenopause: Di mana hormon gonadotropin dan estradiol meningkat. Siklus menstruasi masih teratur dan siklusnya masih berkisar kurang dari atau sama dengan 7 hari.
- Late premenopause: Hormon gonadotropin meningkat dan hormon estradiol menurun. Siklus menstruasi mulai tidak lancar, bisa jadi terlewati satu atau dua kali, dan jarak antara siklus kurang dari atau sama dengan 60 hari.
Artikel Terkait: 9 Cara Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Menopause
Menopause
Setelah melewati masa premenopause dan perimenopause, tibalah masa menopause. Menopause sendiri adalah masa di mana berhentinya siklus menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikel ovarium.
Berhentinya siklus menstruasi ini umumnya terjadi pada usia sekitar 45 hingga 55 tahun, tergantung kadar hormon estrogen yang terdapat pada tubuh.
Seorang perempuan bisa saja mengalami premature menopause (yang terjadi sebelum usia 40 tahun) dan early menopause (yang terjadi sebelum usia 45 tahun). Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor kesehatan misalnya insufisiensi ovarium primer, penyakit idiopatik, penyakit genetik, penyakit autoimun, operasi (oophorectomy, hysterectomy), dan lain-lain yang menyebabkan penurunan estradiol sistemik.
Dampak Menopause pada Fisik, Fungsi Kognitif, dan Psikologis
Sumber: xFrame
Pada kenyataannya, menopause adalah proses alami yang melibatkan hormon dalam tubuh kita, dan tentunya menimbulkan dampak baik fisik maupun psikologis. Beberapa dampak menopause pada tubuh di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Dampak Fisik
Saat seorang perempuan mengalami menopause, terjadi perubahan hormon pada tubuhnya. Ada pernurunan estrogen, fluktuasi prolaktin dan kortisol, dan lain sebagainya. Ada beberapa gejala yang dapat diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut:
- Mengalami hot flashes, yaitu sensasi rasa panas pada tubuh yang muncul tiba-tiba dan tidak diketahui penyebabnya
- Sering berkeringat di malam hari
- Masalah muskuloskeletal
- Gangguan kardiovaskular
- Atropi kulit dan payudara
- Vaginitis senilis
Selain gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, perempuan yang memasuki masa menopause juga akan mengalami perubahan pada bentuk tubuh.
Dr. dr. Tita Husnitawati, Sp.OG (K)-Fer, Presiden Perkumpulan Menopause Indonesia(PERMINESIA) dalam acara ‘Virtual Press ConferenceWorld Menopause Day 2022: Cognition and Mood – Life After 40 Happy and Healthy KESEMPATAN (Kehidupan Setelah Empat Puluh Tahun): Sehat dan Bahagia’ menjelaskan bahwa tibanya menopause dapat menyebabkan gejala atau sindroma metabolik yang berpengaruh pada kualitas hidup.
“Kondisi menopause menyebabkan gejala atau sindroma metabolic yang terdiri dari obesitas perut yang ditandai lingkar perut lebih dari 80 cm, tekanan darah meningkat, dan pemeriksaan laboratorium menunjukan profil lemak abnormal dan gula darah meningkat. Hal ini terjadi karena konsumsi makanan berkalori tinggi, kebiasaan merokok, dan pertambahan usia,” ungkapnya.
Artikel Terkait: Tunda Menopause dengan Rutin Berhubungan Intim, Mungkinkah?
2. Dampak Fungsi Kognitif di Masa Menopause
Perubahan hormon estrogen pada perempuan dalam masa menopause menyebabkan penurunan kemampuan kognitif. Hal ini terjadi karena disfungsi mitokondria pada sel dan gangguan pembentukan energi pada otak. Akibatnya, perempuan dapat mengalami gangguan pemrosesan memori dan menurunnya perlindungan saraf terhadap kerusakan dan kematian sel.
Menurut penelitian, 44 hingga 62% perempuan menopause mengalami penurunan fungsi kognitif yaitu gangguan memori (menjadi pelupa dan turunnya kemampuan untuk belajar), brain fog (lupa sesaat), dan gangguan komunikasi verbal yaitu kesulitan dalam memahami dan mengeluarkan kata-kata.
3. Dampak Psikologis
Dr. dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K), MPd.Ked, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, menjelaskan bahwa perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause menyebabkan gejala-gejala yang menganggu produktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup.
Perempuan menopause diketahui lebih rentan mengalami gangguan mood berupa perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif (mood swing). Tak sedikit perempuan di masa menopause yang mengeluhkan perubahan tubuhnya misalnya menjadi keriput, tambah gemuk, dan kehilangan kepercayaan diri karena merasa tidak cantik lagi.
“Penurunan hormon estrogen memegang peranan pentingdalam perubahan mood, terkait dengan fungsinya dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine. Disregulasi dari berbagai neurotransmitter tersebut pada daerah hipothalamus, korteks prefrontal, dan sistem limbik dapat menyebabkan gangguan mood dan perasaan lelah (fatigue),” jelas dr. Natalia.
Perubahan psikologis yang negatif tersebut jika dibiarkan dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala lain seperti kecemasan berlebih hingga depresi.
“Berbagai faktor lain seperti keadaan ekonomi, dukungan sosial yang rendah, kondisi medis tertentu, riwayat gangguan mental, dan kepribadian individu juga dapat berpengaruh terhadap perubahan mood,” sambungnya.
Artikel Terkait: Penting untuk Diketahui 7 Efek Menopause pada Tubuh Perempuan
Sehat dan Bahagia di Masa Menopause
Sumber: xFrame
Indonesia termasuk dalam negara dengan peningkatan populasi penduduk lansia setiap tahunnya. Pada tahun 2010, penduduk lansia mengalami peningkatan sebesar 18 juta jiwa (7,56%), menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019 dan diprediksi akan terus menigkat menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%) pada tahun 2035.
Hal ini tentu menjadi alasan yang kuat akan perlunya kesadaran masyarakat dalam hal kesehatan jasmani dan kesehatan mental bagi penduduk usia 40 tahun ke atas, terutama perempuan dalam masa premenopause dan menopause.
Risiko perubahan tubuh (fisik) akibat menopause dapat dihindari dengan kebiasaan hidup sehat yaitu dengan berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi sehat dan gizi seimbang, dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok. Menurut para ahli, olahraga yang paling tepat dilakukan di usia 40 tahun ke atas adalah aerobik.
“Jenis olahraga yang tepat adalah olahraga yang membuat lancar atau tidak menghambat pertukaran udara (aerobik) adalah jenis olahraga yang dianjurkan, sebaiknya dilakukan setiap hari selama 30 menit, minimal 4 kali seminggu, dengan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan usia,” papar dr. Tita.
Sementara itu, dampak psikologis dan penurunan kognitif mungkin memang tidak bisa dicegah sepenuhnya, tetapi hubungan dalam keluarga dan pasangan yang baik dapat membantu meringankan stres akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih resilien dalam melewati fase menopause.
Menopause pasti terjadi, tetapi kita dapat mengelola gejalanya dengan baik agar tidak berkembang menjadi kondisi parah yang berkelanjutan misalnya depresi. Peran support system sangat penting dalam membantu perempuan menjalankan masa menopause dengan tetap sehat dan bahagia. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi Parents semua!
Baca Juga:
Wah, ternyata ini 8 penyebab dan gejala menopause dini yang bisa terjadi di usia muda
Simak Penjelasan Dokter Tentang Hoax Vaksin HPV Menyebabkan Menopause Dini
Menopause Dini: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.