Di tengah berkembang pesatnya dunia digital, sektor kesehatan merupakan salah satu bidang yang memiliki perkembangan yang menjanjikan. Tengok saja, masyarakat kini semakin akrab dengan layanan telemedisin, misalnya konsultasi dengan dokter secara online.
Hal ini sangat membantu masyarakat luas untuk memperoleh layanan kesehatan secara cepat. Para pasien penyakit kronis, termasuk penyandang diabetes, pun dapat memperoleh manfaat dari penyediaan layanan kesehatan berbasis digital.
Artikel terkait: Waspada! Penderita Diabetes Berisiko Mengalami Kebutaan 25 Kali Lebih Tinggi
Tingginya Jumlah Penyandang Diabetes di Indonesia
Diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan gula darah yang tidak terkontrol. Oleh masyarakat luas, penyakit ini disebut juga dengan nama kencing manis.
Secara umum, diabetes tipe 2 adalah yang paling banyak diderita. Kondisi ini dapat dipicu oleh gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan yang tidak seimbang dan malas berolahraga.
Tahukah Parents, angka penyandang diabetes di Indonesia cukup besar. Bahkan, berada di posisi kelima sebagai negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak.
Data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 menunjukkan bahwa jumlah pasien diabetes di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 19.47 juta orang. Jumlah penyandang diabetes terus meningkat dari tahun ke tahun. IDF pun memperkirakan jumlahnya bisa mencapai 28,57 juta pada tahun 2045.
Data tersebut tentunya menjadi warning bagi semua pihak. Namun, bukan hanya berfokus pada perawatan pasien dengan diabetes, penting juga untuk menerapkan pola hidup sehat sebagai langkah pencegahan.
Artikel terkait: 17 Makanan Minuman untuk Penderita Diabetes, Bantu Jaga Kadar Gula Darah
Layanan Telemedisin Bermanfaat bagi Pasien Diabetes
Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) belum lama ini melakukan sebuah studi percontohan dalam kerangka sketsa Prolanis (Program Layanan Penyakit Kronis). Studi percontohan tersebut diharapkan dapat mendorong penggunaan telemedisin dalam penanganan penyakit kronis.
Studi percontohan ini dilakukan di beberapa klinik daerah Bekasi dan Depok dengan peserta yang memiliki rentang usia dari 24 tahun hingga 79 tahun. Dalam studi tersebut, klinik BPJS mendapatkan dukungan dari penyedia telemedisin Good Doctor.
Tujuannya untuk mengukur efektivitas telekonsultasi dalam pemantauan glukosa darah pasien diabetes di klinik BPJS. Dukungan yang diberikan meliputi pengingat/pemberitahuan otomatis secara reguler, kontak/tindak lanjut secara reguler, konsultasi online, dan informasi edukatif yang telah dikurasi.
Dalam kurun waktu tiga bulan, pasien mendapat pengingat dari platform telehealth untuk memeriksa dan mengukur glukosa darahnya. Hasil studi percontohan ini mendapati temuan yang menarik. Ternyata, ada perbedaan antara pasien yang menggunakan telemedisin dan yang tidak.
Penggunaan telekonsultasi dinilai dapat meningkatkan kepatuhan pasien selama masa observasi. Hal itu pun memberikan kontribusi yang tinggi terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien secara signifikan.
“Dari hasil uji percontohan ini, kami dapat melihat pentingnya peran strategis telemedisin dalam pengelolaan kesehatan. Maka dari itu, kami mendorong telemedisin untuk mendapat dukungan berupa regulasi yang menyeluruh, terutama dalam penanganan penyakit kronis,” kata ketua Pengurus Besar IDI, dr. Daeng M. Faqih, SH, MH dalam acara Diskusi Publik Layanan Tatalaksana Penyakit Kronis Terintegrasi dan Inovatif yang diselenggarakan secara daring, Rabu (15/12/21).
Artikel terkait: 4 Jenis Senam Diabetes, Lancarkan Peredaran Darah dan Menyehatkan Neuropatik
Pentingnya Rutin Cek Gula Darah
Cek gula darah seharusnya menjadi bagian dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala. Terutama, bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun dan memiliki faktor risiko.
Apalagi bagi penyandang diabates, cek gula darah rutin adalah sebuah keharusan. Pasalnya, kadar gula darah yang terkontrol merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas hidup sekaligus mencegah timbulnya komplikasi akibat penyakit diabetes.
Ada sejumlah tes yang dapat dilakukan untuk mengukur kadar gula darah. Selain dapat dilakukan di klinik atau rumah sakit, Parents juga bisa melakukan tes gula darah mandiri di rumah dengan menggunakan alat cek gula darah yang disebut glukometer.
Hanya saja, cek gula darah mandiri tidak boleh dilakukan sembarangan, ya, Parents. Wajib berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Salah satu metode pemeriksaan gula darah yang banyak dipakai adalah tes gula darah sewaktu (GDS). Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja tanpa harus mempertimbangkan waktu makan terakhir. Apabila hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan angka di bawah 200 mg/dL, itu artinya kadar gula termasuk kategori normal.
Parents, layanan telemedisin terbukti meningkatkan kepatuhan pasien dalam memantau kadar gula darah. Tentunya, agar gula darah bisa terkontrol, maka pola hidup sehat adalah kunci. Konsumsi makanan bergizi seimbang, olahraga rutin, kelola stres, serta menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
Baca juga:
Waspada! Ini Tanda dan Gejala Awal Diabetes yang Sering Tak Disadari
Ketoasidosis Diabetik: Penyebab, Gejala, Faktor Resiko, Diagnosis dan Pengobatan
Bolehkah penderita diabetes makan buah termasuk pisang?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.