Parents, baru-baru ini presenter Kiky Saputri mengalami keguguran akibat kelelahan dan kista ovarium. Bahkan, akibat kondisi ini, ovarium sebelah kiri Kiky perlu diangkat.
Lantas, sebenarnya apa itu kista ovarium? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini. Dari gejala, cara mengatasi, hingga upaya pencegahannya.
Mengenal Apa Itu Kista Ovarium
Parenst, kista ovarium adalah tumor jinak yang terbentuk akibat pembesaran atau benjolan pada ovarium (indung telur) atau di permukaannya. Kista ini bisa memengaruhi kedua ovarium secara bersamaan, atau hanya memengaruhi salah satunya.
Kista yang umum terjadi pada perempuan ini biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderitanya seperti nyeri perut.
Sebenarnya, kista ovarium tidak berbahaya, dan kebanyakan hilang tanpa harus operasi. Namun, kondisi ini juga tidak bisa diabaikan begitu saja, Parents.
Hal ini karena, kista dapat menimbulkan gejala parah apabila bengkok atau pecah (ruptur). Serta, beberapa kasus kista yang tidak ditangani dengan tepat, bisa juga menyebabkan masalah serius dan berkembang menjadi kanker ovarium.
Artikel terkait: Ingin hamil tapi punya kista? Begini cara menyiasatinya!
Ciri dan Gejala yang Perlu Diwaspadai
Sering kali, kondisi ini tidak menimbulkan gejala apa pun. Menurut National Health Service, gejala baru bisa dirasakan bila kista pecah (ruptur), sudah berukuran sangat besar, atau menghalangi suplai darah ke ovarium.
Berikut ini beberapa gejala yang biasanya dirasakan:
- Nyeri atau kembung di perut, atau perut terasa buncit.
- Kesulitan buang air kecil, atau sering buang air kecil.
- Rasa sakit di punggung bagian bawah.
- Nyeri selama hubungan seksual.
- Nyeri haid dan perdarahan yang tidak biasa.
- Meningkatnya berat badan secara drastis.
- Mual atau muntah.
- Kehilangan nafsu makan, perut terasa penuh dengan cepat (padahal makan hanya sedikit).
- Nyeri panggul, rasanya muncul tiba-tiba, parah, dan tajam.
- Sulit hamil.
Jika memiliki salah satu dari gejala di atas, penting untuk periksa ke dokter.
Dampaknya pada Kesuburan
Mengutip dari laman Mayo Clinic, beberapa kasus kista ini dapat dikaitkan dengan penurunan kesuburan. Namun, itu pun tergantung pada jenisnya yang Anda miliki. Berikut ini beberapa jenis kista ovarium dan penyebabnya.
Jenis dan Penyebab
1. Kista Fungsional
Kista fungsional biasanya timbul atau berkembang akibat dari ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium).
Ini merupakan jenis kista indung telur paling umum dan tidak berbahaya. Sebaliknya, adanya kista fungsional ini menjadi tanda bahwa indung telur berfungsi sebagaimana mestinya.
Serta, kista fungsional juga umumnya menyusut dari waktu ke waktu. Benjolannya akan menyusut dalam 60 hari atau dalam 2-3 kali siklus haid tanpa pengobatan khusus.
Kista fungsional terbagi lagi dalam 2 jenis, yaitu:
Kantung kecil di ovarium yang disebut folikel, melepaskan sel telur setiap bulan sebagai bagian dari siklus menstruasi.
Kista folikel terbentuk ketika folikel tidak melepaskan sel telur. Sebaliknya, folikel terisi dengan cairan dan tumbuh lebih besar.
Setelah folikel melepaskan sel telur, ia membentuk kelompok sel penghasil hormon yang disebut korpus luteum. Kista terbentuk ketika cairan terkumpul di korpus luteum dan menyebabkannya tumbuh.
2. Kista Lainnya
Selain kista fungsional yang timbul karena siklus mensturasi dan tidak berbahaya, berikut ini jenis kista ovarium lainnya yang perlu diketahui:
- Kistadenoma. Kista ini terbentuk di permukaan ovarium yang berisi cairan tipis dan berair atau lebih tebal dan seperti lendir.
- Kista dermoid (teratoma) yang terdiri dari sel-sel yang menyusun semua jenis jaringan dalam tubuh manusia, mulai dari kulit, rambut, gigi bahkan jaringan otak.
- Endometrioma. Kista yang juga disebut endometriosis ini diisi dengan jaringan endometrium, jaringan serupa yang Anda keluarkan setiap bulan selama menstruasi. Endometriosis dapat sangat menyakitkan dan memengaruhi kesuburan.
- Ovarium polikistik. Penyakit ini disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS), folikel di mana telur biasanya matang gagal untuk membuka sehingga menyebabkan kista terbentuk. Kondisi ini berarti ovarium mengandung sejumlah besar kista kecil yang kemudian dapat menyebabkan ovarium membesar. Jika tidak diobati, ovarium polikistik dapat menyebabkan kemandulan.
Artikel terkait: Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) yang menyebabkan perempuan sulit hamil.
Faktor Risiko
Mengutip laman Mayo Clinic, siapa saja bisa mengalami kista. Namun, orang dengan faktor risiko tertentu bisa lebih rentan mengalaminya, seperti:
- Perempuan yang belum mengalami menopause.
- Kehamilan.
- Perlvic inflammatory disease (PID) atau penyakit radang panggul yang parah dapat menyebar ke ovarium dan menyebabkan kista.
- Riwayat kista sebelumnya. Jika pernah memiliki satu kista indung telur sebelumnya, besar kemungkinan Bunda akan memiliki lebih banyak lagi.
- Riwayat endometriosis. Beberapa jaringan dapat menempel pada ovarium dan membentuk kista.
- Mengonsumsi obat kesuburan untuk membantu ovulasi, seperti clomiphene atau letrozole.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Kondisi ini bisa saja menyebabkan komplikasi, seperti:
1. Ovarian Torsion (Torsi Ovarium)
Kista yang menjadi besar dapat menyebabkan ovarium bergeser/bergerak yang sebabkan nyeri (torsi ovarium).
Jika ini terjadi, Bunda mungkin mengalami nyeri panggul yang parah, mual, dan muntah. Torsi ovarium juga dapat mengurangi atau menghentikan aliran darah ke ovarium.
2. Cyst Rupture
Kista yang pecah (ruptur) dapat menyebabkan nyeri hebat dan pendarahan di dalam panggul.
Semakin besar kista, semakin besar risiko pecahnya. Aktivitas berat yang memengaruhi panggul, seperti seks vaginal, juga meningkatkan risiko ruptur.
3. Kista Ovarium yang Terinfeksi
Melansir laman WebMD, kista dapat berkembang sebagai respons terhadap infeksi panggul dan membentuk abses. Jika abses pecah, bakteri berbahaya dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Artikel terkait: Endometriosis, Penyakit yang Membuat Wanita Sulit Punya Anak
Diagnosis
Bila dari gejala yang Anda laporkan, dokter menaruh kecurigaan adanya kista ovarium di rahim, ia mungkin akan merekomendasikan satu atau lebih dari tes berikut ini:
- Tes kehamilan untuk memastikan Anda tidak hamil. Bila hasilnya positif mungkin, mungkin Anda memiliki kista korpus luteum.
- USG panggul menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar rahim dan ovarium Anda, apakah ada kista atau tidak, lokasi kista, dan mencari tahu jenisnya.
- Uji tingkat hormon untuk memeriksa masalah yang terkait dengan hormon, seperti terlalu banyak estrogen atau progesteron.
- Laparoskopi. Melalui sayatan kecil di bawah perut, dokter akan memasukkan instrumen tipis dengan lampu dan kamera ke dalam perut Anda sehingga ia dapat melihat ovarium.
- Tes darah CA-125 untuk memastikan kanker ovarium. Jika Anda memiliki kista yang sebagian padat, dokter mungkin akan menganalisi darah untuk mengetahui kadar protein yang disebut CA 125 (antigen kanker 125). Kanker ovarium umumnya lebih berisiko terjadi pada mereka yang memiliki kondisi fibroid rahim, endometriosis, dan penyakit radang panggul (PID).
Artikel terkait: Cerita Shireen Sungkar Mengalami Kista Dermoid Setelah Melahirkan Anak Pertama
Cara Menangani
Dalam kebanyakan kasus, kista menghilang dalam beberapa bulan tanpa perlu pengobatan. Namun, dokter perlu melakukan pemeriksaan USG beberapa minggu atau bulan setelahnya untuk melihat apakah kista menghilang atau tidak.
Jika tidak menghilang, dokter akan melakukan beberapa perawatan, seperti:
Jika memiliki kista ovarium berulang, dokter dapat meresepkan kontrasepsi oral untuk menghentikan ovulasi dan mencegah perkembangan kista baru, bukan untuk membuat kista hilang.
Kontrasepsi oral juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Risiko kanker ovarium lebih tinggi pada perempuan pascamenopause.
Beberapa kondisi memerlukan pembedahan untuk mengambil sampel kista. Kondisi kista yang memerlukan penanganan ini adalah kista yang ukuranya besar dan tidak hilang. Apakah kista diambil sebagian atau seluruhnya, tergantung pada kasus yang Anda alami.
Jika kista kecil dan hasil tes pencitraan adalah kanker, dokter dapat melakukan prosedur laparoskopi (sayatan kecil di perut bawah) sebagai proses pembedahan pengangkatan kista.
Jika kista besar, dokter akan melakukan pembedahan laparotomi dengan mengangkat kista melalui sayatan yang besar di perut. Dokter akan melakukan biopsi langsung untuk menentukan bahwa kista adalah kanker.
Artikel terkait: Dapat Mengganggu Kesuburan Perempuan, Kenali Perbedaan Tumor, Miom, dan Kista
Tanda Kista Ovarium Pecah
Lantas, bagaimana kita bisa tahu jika kista ovarium telah pecah?
Laman Hopkins Medicine menjelaskan, tidak semua perempuan merasakan kista ovarium pecah. Namun, umumnya sebagian besar merasakan sakit pada saat pecah dan kemudian merasa tidak nyaman selama beberapa hari sesudahnya. Biasanya, gejalanya bisa diredakan dengan obat-obatan yang dijual bebas.
Tanda yang mungkin dialami jika kista ovarium pecah meliputi:
- Nyeri tajam dan tiba-tiba di perut bagian bawah atau punggung
- Bercak atau pendarahan vagina
- Perut kembung.
Cari pertolongan medis darurat jika Anda juga mengalami sakit perut dengan:
- Mual dan muntah yang parah (dapat mengindikasikan torsi ovarium)
- Demam (dapat mengindikasikan infeksi)
- Pendarahan vagina yang berat
- Pingsan atau pusing
Operasi Kista Ovarium
Jika kista ovarium sudah di tingkat parah dan pecah, dokter Anda mungkin menyarankan operasi.
Beberapa kista dapat diangkat tanpa mengangkat ovarium (sistektomi). Dalam beberapa kasus, ovarium dengan kista ikut diangkat (ooforektomi).
Pembedahan seringkali dapat dilakukan dengan menggunakan pembedahan laparoskopi dengan laparoskop dan instrumen yang dimasukkan melalui sayatan kecil di perut.
Kista yang berkembang setelah menopause terkadang bisa menjadi kanker. Dalam hal ini, Anda mungkin perlu menemui spesialis kanker ginekologi. Operasi pembedahan untuk mengangkat rahim, leher rahim, saluran tuba dan ovarium mungkin diperlukan untuk mengatasi kondisi ini.
Berapa Biaya untuk Operasi Kista Ovarium?
Biaya operasi kista ovarium di 2024 sangat bergantung pada rumah sakit yang dipilih.
Di Indonesia, operasi kista ovarium biayanya kisaran Rp 5 juta hingga Rp 7 juta, ada juga yang sampai hingga puluhan juta rupiah tergantung jenis perawatan, tindakan dan rumah sakit.
Apakah Kista Ovarium Ditanggung BPJS?
Operasi kista dan miom termasuk dalam daftar 19 layanan operasi medis yang biayanya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Jadi, operasi kista ovarium termasuk tindakan yang di-cover BPJS.
Upaya Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar kista ini. Namun, pemeriksaan panggul secara teratur dapat membantu memastikan bahwa perubahan pada ovarium dapat didiagnosis sedini mungkin.
Waspadai setiap perubahan dalam siklus menstruasi bulanan juga. Catat gejala menstruasi yang tidak biasa, terutama yang berlangsung lebih dari beberapa siklus.
Setelah itu, konsultasikan dengan dokter tentang perubahan atau gejala yang membuat Anda khawatir.
Artikel Terkait: 6 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 2 Rekomendasi, Cek!
Makanan Penyebab Kista Ovarium
Jika Anda mempunyai kista ovarium, berikut adalah daftar makanan yang harus dihindari agar gejalanya tidak semakin parah. Berikut selengkapnya sebagaimana dikutip laman Super Food Sanctuary:
1. Daging Merah
Cobalah untuk menghindari makan daging merah seperti daging babi, sapi dan kambing.
Jika Anda tidak bisa menghindarinya, setidaknya batasi konsumsinya. Makanan ini dapat menyebabkan terbentuknya kista dan memperparah kista yang sudah ada juga.
Daging gelap juga tinggi lemak yang merupakan alasan lain mengapa Anda harus menghindarinya.
2. Gorengan
Jenis makanan yang digoreng seperti kentang goreng, ayam goreng, dan lainnya, adalah beberapa makanan yang harus dihindari penderita kista ovarium.
Ini karena makan banyak gorengan bisa menyebabkan kenaikan berat badan berlebih dengan cepat.
Minyak nabati olahan yang digunakan untuk menggoreng makanan ini buatan dan mengandung bahan kimia yang mengganggu hormon.
3. Makanan yang Tinggi Lemak Jenuh
Lemak jenuh adalah jenis lemak makanan yang tidak sehat jika dikonsumsi berlebihan. Hal ini dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh.
Yang termasuk makanan kaya lemak jenuh adalah mentega, keju & krim, daging sapi dan kambing, makanan kemasan & permen, junk food dan banyak lagi.
4. Makanan Tinggi Gula
Gula rafinasi adalah salah satu makanan terburuk yang dapat menjadi penyebab munculnya kista ini.
Makanan tinggi gula rafinasi termasuk minuman ringan, jus olahan, kue, kue kering, biskuit, dan manisan.
Gula rafinasi menyebabkan ketidakseimbangan besar dalam kadar hormon yang menyebabkan pembentukan kista atau mengiritasi kista yang sudah ada.
5. Alkohol
Minuman keras seperti alkohol adalah yang harus dihindari pasien dengan kista ovarium. Makanan ini mengganggu keseimbangan hormon tubuh kita yang menyebabkan kista ovarium diproduksi. Hindari alkohol sepenuhnya saat mencoba mengecilkan kista jenis ini.
6. Minuman Berkafein
Kafein adalah penyebab utama dehidrasi tubuh dan peningkatan peradangan. Jika Anda rentan terhadap kista ovarium, harap hindari minuman berkafein seperti kopi, soda teh, dan minuman ringan.
Minuman tersebut sangat mungkin menyebabkan kista baru sekaligus memperburuk yang sudah ada.
7. Makanan Bertepung
Kategori makanan lain yang harus dihindari termasuk makanan bertepung seperti kentang, jagung, pasta, roti, dan lainnya. Anda dapat membatasi konsumsi makanan ini karena menyebabkan lonjakan insulin dalam waktu singkat dan menyebabkan pembentukan kista ovarium.
***
Demikian penjelasan terkait kista ovarium. Jangan sampai terlambat ditangani, ya. Sehat-sehat selalu Bunda.
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang & Kalamula Sachi
Baca juga:
Hamil dengan kista, berbahayakah bagi kesehatan janin?
Punya Kista Bisakah Hamil? Simak Penjelasannya
Rachel Goddard Pernah Jalani Operasi Angkat Rahim, Bagaimana Kisahnya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.