Banyak orang yang menganggap kesurupan sebagai fenomena horor dan menakutkan. Seperti tubuh manusia dirasuki oleh hantu secara sengaja maupun tidak, hingga bisa bertindak di luar alam sadarnya. Namun, kondisi tersebut tidak selamanya berkaitan dengan hal mistis, pasalnya kesurupan juga bisa dijelaskan dari sisi medis.
Penjelasan Fenomena Kesurupan dari Sisi Medis
Di dalam dunia medis, kondisi kesurupan termasuk ke dalam salah satu jenis gangguan mental bernama Possession Trance Disorder. Termasuk ke dalam gangguan mental dalam kategori diagnostik baru dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV). Klasifikasi tersebut merupakan standar yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental di Amerika Serikat.
Melansir Hello Sehat, Possesion Trance Disorder atau PTD ini termasuk ke dalam kategori dissociative disorder alias gangguan disosiatif. Gangguan ini membuat penderitanya kehilangan sebagian atau seluruh integrasi antara kenangan masa lalu, kesadaran indentitas, serta sensasi dan kontrol dari gerakan tubuh.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh dr. Santi Yuliani, SpKJ, M.Sc, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari RS Jiwa Prof.Dr. Soerojo, Magelang. Ia menjelaskan, PTD merupakan gangguan disosiatif di mana area memori, kesadaran, serta sensori motorik seseorang terganggu.
Santi memaparkan, “Ada banyak area terkait memori, kesadaran, serta sensori motorik yang terganggu pada pasien PTD. Makanya, saat orang mengalami kesurupan atau kami menyebutnya Trance, terkadang seseorang juga tidak mengingat apa yang terjadi pada mereka. Seakan-akan mengalami amnesia sesaat.
“Namun, tidak semua kejadian bisa terlupakan. Ada juga beberapa dari mereka yang mengingat sebagian hal yang dilakukan saat mengalami trance. Misalnya, seseorang kesurupan menjadi macan. Ia bisa saja sadar dan ingat pernah meraung atau meliuk-liuk sebelumnya tapi dia tidak bisa mengendalikan perilakunya. Hal ini karena dia kehilangan yang namanya integrasi antara sensasi atau memori dan kontrol tubuh,” ungkap dokter Santi melalui sesi sharing dalam Instagram TV @santi_psychiatrist.
Penyebab Kesurupan Secara Ilmiah
Dari segi medis, kesupuran bisa disebabkan oleh adanya kelainan pada fungsi gelombang otak. Berdasarkan EEG atau rekaman aktivitas listrik di otak, penderita trance biasanya memiliki gelombang otak theta yang mendominasi.
Ada pun gelombang theta ini merupakan bagian dari gelombang hipnosis yang memiliki hubungan erat dengan memori serta tingkat kesadaran dan siklus tidur alami tubuh. Jenis gelombang ini terjadi ketika manusia sedang tidur. Bisa menyebabkan seseorang bicara atau melakukan sesuatu hal tanpa disadari saat ia terlelap.
Lebih lanjut, ketika orang kesurupan atau trance, perubahan juga kerap ditemukan pada gelombang lambat. Yakni gelombang theta dan delta. Berbeda dengan theta, dalam gelombang delta, biasanya orang bisa dalam keadaan tidur lelap dan hampir tidak sadarkan diri.
“Orang kesurupan ini umumnya mengalami perlambatan di antara kedua gelombang tersebut, yaitu delta dan theta. Mereka seperti berada di antara keduanya. Di satu sisi ia terlelap, tapi di sisi lain dia aktif melakukan hal tanpa disadari. Nah, kondisi inilah yang menyebabkan penderita trance berbuat sesuatu tanpa sadar dan di luar kendalinya selayaknya orang kesurupan,” jelas Santi.
Tak hanya itu, Santi juga menjelaskan bahwa trance bisa terjadi ketika otak seseorang sedang tidak dalam keadaan sehat.
Ia kembali menuturkan, “Ketika kita beberapa hari tidak tidur, kondisi kita sedang tertekan, atau bahkan stres. Maka, kondisi gelombang otak kita otomatis tidak stabil, sehingga ketika kita mendapatkan suatu bentuk perubahan suasana secara tiba-tiba, kita bisa mengalami yang namanya trance. Karena pada saat itu, gelombang theta bisa mendominasi.”
Faktor Penyebab Lainnya
Bukan hanya dipengaruhi gelombang otak, kondisi PTD juga bisa disebabkan oleh beragam faktor. Misalnya, faktor perspektif spiritual, sosiologis, psikologis, hingga fisik.
Faktor sosial juga bisa menjadi penyebab paling umum yang mengakibatkan PTD. Saat di lingkungan seseorang banyak menyebar cerita seram, memori yang terekam di otak mereka adalah hal yang menakutkan. Memori tersebutlah yang bisa membuat penderita trance berubah jadi binatang atau pun melakukan sesuatu yang tak biasa di luar kebiasaannya.
“Memang, pada negara dengan budaya yang masih kental dengan mistis atau kepercayaan tentang kesurupan, kejadian PTD ini lebih tinggi. Hal ini karena ada memori di masyarakat yang tersimpan mengenai kesurupan itu. Jadi PTD ini dipengaruhi oleh persepsi juga, dan persepsi manusia pun dibentuk dari apa yang dia pelajari sejak kecil,” ungkap Santi.
Tanda dan Gejala Kesurupan
Saat orang mengalami trance atau kesurupan, biasanya ia akan mengalami berbagai macam tanda dan gejala seperti:
- Kehilangan kontrol atas tindakannya
- Perubahan perilaku
- Kehilangan kesadaran akan lingkungan dan identitas pribadi
- Kesulitan membedakan mana kenyataan dan mana fantasi
- Mengalami perubahan nada suara
- Kehilangan memori atau ingatan
Biasanya, tanda-tanda tersebut terjadi sementara saja dan tidak menetap. Setelah mengalami kondisi trance, ada kemungkinan juga seseorang mengalami perubahan perilaku.
Menurut penjelasan dokter Santi, saat seseorang mengalami disintegrasi antara sensasi dan kontrol tubuh, dia juga bisa mengalami gangguan pada otaknya. Jika gangguan tersebut menghambat fungsi tubuh lain, maka akan menimbulkan efek samping setelah terjadinya trance.
“Contoh, ketika seorang kena pisau, lalu berdarah. Setelah sembuh, pasti akan timbul bekas luka dulu. Nah, bekas luka itu agaknya bisa menggambarkan kenapa orang setelah mengalami trance, mengalami juga perubahan perilaku,” pungkasnya.
Nah, itulah penjelasan mengenai kesurupan dari sisi medis. Kadang, gejala atau tanda PTD juga sama dengan ganguuan mental lain seperti demensia atau sindrom tourette. Maka dari itu, jika sudah muncul salah satu gejala dari PTD, pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan agar dapat didiagnosis secara tepat. Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
Agar kesehatan mental tetap terjaga, tanamkan 5 kebiasaan sederhana ini dalam keluarga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.