Sudahkah Parents memberikan imunisasi lengkap untuk buah hati yang saat ini sudah berusia 18 bulan? Imunisasi atau vaksinasi adalah cara paling mudah dan efisien dalam melindungi si kecil yang sistem kekebalan tubuhnya masih belum berkembang sempurna dari berbagai penyakit yang berisiko mematikan, tidak terkecuali imunisasi 18 bulan.
Mengutip dari situs Sehat Negeriku oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat sekitar 1,7 juta anak yang belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya sejak tahun 2014 hingga 2016.
Kemenkes sendiri memiliki program yaitu imunisasi rutin lengkap yang terdiri dari pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan kepada bayi di bawah usia 1 tahun. Sementara imunisasi lanjutan dilakukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal dan dimulai sejak usia 18 bulan atau ketika anak mencapai usia baduta (bayi di bawah dua tahun).
Apa saja jenis imunisasi yang perlu diberikan untuk anak berusia 18 bulan? Berikut adalah penjelasannya.
Artikel Terkait: Beberapa Cara Agar Imunisasi Jadi Lebih Menyenangkan
4 Jenis Imunisasi untuk Balita Usia 18 Bulan
Sumber: Freepik
1. Haemophilus influenzae Type B (Hib)
Di Indonesia, vaksin Hib diberikan pada usia 2,4 dan 6 bulan sebagai bagian dari imunisasi dasar. Di usia 18 bulan, vaksin lanjutan atau booster Hib kembali diberikan.
Mengutip dari situs resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit Haemophilus influenzae adalah nama untuk segala penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama H. influenzae. Bakteri ini hidup di hidung dan tenggorokan manusia, dan biasanya tidak berbahaya. Namun, bakteri tersebut terkadang dapat berpindah ke bagian lain dari tubuh dan menyebabkan infeksi
Seseorang dapat menyebarkan bakteri H. influenzae, termasuk Hib, kepada orang lain melalui droplet. Pasien yang terinfeksi menyebarkan bakteri melalui batuk atau bersin, yang menyebarkan droplet yang mengandung bakteri. Orang lain bisa sakit jika mereka menghirup tetesan droplet tersebut.
Orang yang tidak sakit, tetapi memiliki bakteri di hidung dan tenggorokannya, masih dapat menyebarkan bakteri tersebut. Bakteri juga dapat menyebar ke orang yang memiliki kontak dekat atau lama dengan penderita penyakit H. influenzae.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri H. influenzae, termasuk Hib, ini kebanyakan terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun, dewasa usia 65 tahun atau lebih. Dan untuk orang dengan kondisi medis tertentu seperti penyakit sel sabit, asplenia, infeksi HIV, dan/atau kanker yang memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Terlepas dari namanya, H. influenzae tidak menyebabkan influenza (flu), tetapi jenis penyakit invasif yang paling umum yang disebabkan oleh bakteri H. influenzae adalah:
- Pneumonia (infeksi paru-paru)
- Infeksi aliran darah
- Meningitis (pembengkakan selaput otak dan sumsum tulang belakang)
- Epiglotitis (pembengkakan di tenggorokan)
- Selulitis (infeksi kulit)
- Artritis menular (radang sendi)
- influenzae juga dapat menjadi penyebab umum infeksi telinga pada anak-anak dan bronkitis pada orang dewasa.
Apabila terjangkit dan sudah dilakukan pengobatan yang tepat, beberapa infeksi H. influenzae dapat menyebabkan komplikasi kesehatan jangka panjang atau kematian.
Misalnya, infeksi aliran darah dapat menyebabkan kehilangan anggota badan. Meningitis dapat menyebabkan kerusakan otak atau gangguan pendengaran.
Vaksin dapat mencegah satu jenis penyakit H. influenzae (tipe b atau Hib). Namun, vaksin Hib tidak mencegah penyakit yang disebabkan oleh jenis H. influenzae lainnya.
2. MMR
Vaksin MMR adalah vaksin gabungan yang aman dan efektif melindungi terhadap 3 penyakit serius yaitu:
Campak adalah infeksi yang menyebar dengan sangat mudah dan dapat menyebabkan masalah serius pada kelompok tertentu misalnya bayi dan mereka yang memiliki sistem imun lemah.
Penyakit ini dapat menyebabkan masalah serius jika menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti paru-paru atau otak. Masalah yang dapat disebabkan oleh campak antara lain radang paru-paru, meningitis, kebutaan, dan kejang.
Gondongan adalah infeksi virus menular yang biasa terjadi pada anak-anak sebelum ditemukannya vaksin MMR pada tahun 1988. Ciri-ciri gondongan paling umum adalah pembengkakan yang menyakitkan di sisi wajah di bawah telinga (tempat kelenjar parotis).
Gondongan biasanya berlalu tanpa menyebabkan masalah serius pada kesehatan seseorang. Komplikasi serius jarang terjadi, tetapi gondong berisiko menyebabkan meningitis jika virus telah berpindah ke lapisan luar otak.
Komplikasi lainnya termasuk pembengkakan testis atau ovarium (jika orang yang terkena telah melewati masa pubertas). Saat ini masih belum ditemukan obat untuk gondong, tetapi infeksi akan hilang dalam 1 atau 2 minggu.
Sebagian besar kasus gondong terjadi pada orang dewasa yang tidak menerima vaksin MMR sebagai bagian dari jadwal vaksinasi masa kanak-kanak mereka dan belum pernah terkena gondong saat masih kecil.
Rubella atau campak jerman adalah penyakit langka yang menyebabkan ruam kemerahan, yang dimulai di wajah atau di belakang telinga dan menyebar ke leher dan tubuh.
Penyakit ini biasanya membaik dalam waktu sekitar satu minggu, tetapi rubella dapat menjadi serius bagi sebagian orang jadi apabila terkena, kita harus berusaha menghindari penyebarannya kepada orang lain.
Jika ibu hamil terkena rubella, maka virus tersebut dapat menyerang bayi yang ada di dalam kandungan. Akibatnya, ibu hamil dapat mengalami keguguran atau masalah kesehatan serius pada janin seperti gangguan penglihatan, pendengaran, jantung, atau otak.
Risiko komplikasi kesehatan ini paling tinggi jika ibu hamil terkena rubella di tahap awal kehamilan atau trimester pertama.
Penyakit-penyakit ini adalah kondisi yang sangat menular yang dapat dengan mudah menyebar di antara orang-orang yang tidak divaksinasi.
Dua dosis vaksin MMR memberikan perlindungan terbaik terhadap campak, gondok dan rubella. Pada usia 18 bulan, anak dapat diberikan vaksin MR (untuk mencegah campak dan rubella) atau MMR (untuk mencegah ketiganya).
Sumber: Freepik[/caption]
Artikel Terkait: 8 Tips Menenangkan Anak Saat Imunisasi yang Bisa Parents Lakukan
3. Varisela
Vaksin varisela melindungi anak terhadap cacar air (varicella) yaitu penyakit virus yang umum di kalangan anak-anak dan sangat menular. Vaksin ini dapat diberikan mulai umur 12 hingga 18 bulan, dan diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan.
Kadang-kadang vaksin varicella diberikan dalam kombinasi dengan vaksin untuk campak, gondok, dan rubella dalam vaksin yang disebut MMRV.
Cacar air adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV). Penyakit ini dapat menyebabkan ruam yang gatal dan seperti melepuh. Ruam pertama kali akan muncul di dada, punggung, dan wajah, lalu menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan antara 250 dan 500 lepuh yang terasa gatal.
Cacar air bisa menjadi serius, terutama pada bayi, remaja, dewasa, ibu hamil, dan orang dengan tubuh yang memiliki kemampuan rendah untuk melawan kuman dan penyakit atau sistem kekebalan yang lemah.
Komplikasi serius dari cacar air meliputi:
- Infeksi bakteri pada kulit dan jaringan lunak pada anak-anak, termasuk infeksi streptokokus Grup A
- Infeksi paru-paru (pneumonia)
- Masalah perdarahan (komplikasi hemoragik)
- Infeksi atau pembengkakan otak (ensefalitis, ataksia serebelar)
- Infeksi aliran darah (sepsis)
- Dehidrasi
Beberapa orang dengan komplikasi serius dari cacar air perlu dirawat di rumah sakit. Cacar air juga dapat menyebabkan kematian, tetapi kematian akibat cacar air sangat jarang sekarang karena adanya program vaksin. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mencegah cacar air adalah dengan mendapatkan vaksin varisela.
4. DPT
DPT adalah vaksin yang membantu anak-anak di bawah usia 7 tahun untuk mengembangkan kekebalan terhadap tiga penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri, yaitu:
Difteri merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kelumpuhan, gagal jantung, dan kematian. Penyakit ini sangat menular dan disebarkan melalui batuk dan bersin.
Pertusis juga merupakan penyakit yang sangat menular dan menyebabkan kejang batuk yang sangat parah sehingga jika terjadi pada bayi maka ia akan sulit untuk makan, minum, atau bahkan bernapas. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia, kejang, kerusakan otak, dan kematian.
Tetanus disebabkan oleh bakteri yang sering ditemukan di tanah. Begitu memasuki tubuh, bakteri tersebut akan melepaskan racun yang menyerang sistem saraf, menyebabkan kejang otot dan kematian jika tidak segera diobati.
Vaksin DPT diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama untuk vaksin ini akan diberikan pada umur 18 bulan.
Artikel Terkait: Imunisasi dalam Islam Boleh Dilakukan, Ini Hukumnya
Dampak Imunisasi 18 Bulan
Salah satu imunisasi wajib yang diberikan pada anak usia 18 bulan adalah imunisasi DPT. Kemungkinan imunisasi ini akan menimbulkan dampak seperti demam ringan, bengkak di bekas suntikan, kemerahan dan rasa nyeri pada area bekas suntikan. Anak Anda juga akan terlihat lelah dan lebih rewel dari biasanya.
Halodoc menjelaskan, efek samping imunisasi pada bayi ini biasanya terjadi antara 1 sampai 3 hari setelah menerima imunisasi. Bila anak demam, Anda bisa memberikan parasetamol untuk meredakan demam dan nyeri pada anak. Hindari memberikan aspirin, karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan anak, seperti kerusakan hati dan otak.
Imunisasi 18 Bisa Didapatkan di Mana?
Buah hati Anda bisa mendapatkan imunisasi 18 bulan di puskesmas, rumah sakit, klinik kesehatan atau juga posyandu di wilayah tempat tinggal Anda.
Batas Waktu Imunisasi 18 Bulan
Baiknya imunisasi diberikan sesuai jadwal, dengan kata lain sesuai dengan perkembangan usia buah hati Anda.
Berikut ini jadwal imunisasi yang direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
- Bayi baru lahir (kurang dari 24 jam) = Hepatitis B (HB-1)
- 0 – 1 bulan = BCG + OPV 0
- 2 bulan = DPT-HiB 1, Polio 1 (OPV), HB-2, Rotavirus, PCV 1
- 3 bulan = DPT-HiB 2, Polio 2 (OPV), HB-3
- 4 bulan = DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV), HB-4, Rotavirus 2, PCV 2
- 6 bulan = Rotavirus 3, PCV 3, Influenza 1
- 9 bulan = vaksin MR 1 (vaksin campak)
- 18 bulan = DTP-Hib Booster, HB Booster, Polio Booster
Bagaimana Jika Terlambat?
Sumber: Freepik
Tidak menutup kemungkinan bahwa bisa saja anak melewatkan jadwal imunisasinya. Misalnya anak sakit ketika jadwal vaksin tiba atau orangtua lupa.
Lalu, bagaimana jika anak terlambat imunisasi?
Mengutip dari penjelasan dr. Soraya Haji Muhammad, Dokter Konsultan Vaksinasi Imuni, jika anak melewatkan jadwal imunisasinya, tidak apa-apa diberikan terlambat. arents tetap harus membawa si kecil ke fasilitas kesehatan karena sebagian besar imunisasi bisa diberikan meski terlambat.
Intinya, pemberian imunisasi yang tidak sesuai jadwal atau terlambat bukan hambatan dalam melanjutkan imunisasi.
“Imunisasi yang dilakukan terlambat tetap masih bisa diberikan, hanya saja semakin mengulur waktu untuk imunisasi, perlindungan pada anak juga semakin tidak optimal dari penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi,” ungkapnya.
Jadi, usahakan untuk selalu mengingat jadwal imunisasi buah hati Anda, ya, Parents.
Pertanyaan Populer Terkait Imunisasi 18 Bulan
Imunisasi 18 bulan apakah wajib?
Ya, tentu saja, Parents. Masuk usia 18 bulan, buah hati Anda wajib mendapatkan imunisasi lanjutan, di antaranya Hib, MMR, Varisela, dan DPT.
Berapa kali suntik imunisasi 18 bulan?
Di usia 18 bulan, bayi akan mendapatkan 4 jenis imunisasi, yaitu Hib, MMR, Varisela, dan DPT. Dengan kata lain, si kecil akan mendapatkan 4 kali suntikan untuk 4 jenis imunisasi yang berbeda.
Di mana letak imunisasi 18 bulan?
Setelah anak berusia lebih dari 1 tahun, umumnya suntikan imunisasi diberikan di otot (intramuscular/IM) lengan atas, seperti DPT dan Hib (pada anak usia di bawah 1 tahun diberikan di otot paha). Untuk MMR dan Varisela bisa diberikan di otot lengan atas.
***
Itulah beberapa jenis imunisasi yang sebaiknya diberikan untuk anak usia 18 bulan. Sudahkah buah hati Anda mendapatkan semuanya?
Artikel diperbaharui oleh: Ester Sondang
Sumber:
Bolehkah Bayi Mendapat Imunisasi Lebih Cepat dari Jadwal? Ini Penjelasan Dokter
https://id.theasianparent.com/bolehkah-imunisasi-lebih-cepat-dari-jadwal
Jadwal Imunisasi IDAI 2020
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap, Ini Rinciannya
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180428/5625737/berikan-anak-imunisasi-rutin-lengkap-rinciannya/
Haemophilus influenzae Disease (Including Hib)
https://www.cdc.gov/hi-disease/about/types-infection.html
MMR (measles, mumps and rubella) vaccine
https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/mmr-vaccine/
Mumps
https://www.nhs.uk/conditions/mumps/
Rubella (german measles)
https://www.nhs.uk/conditions/rubella/
Measles
https://www.nhs.uk/conditions/measles/
Chickenpox (Varicella) Complications
https://www.cdc.gov/chickenpox/about/complications.html
DTaP and Tdap Vaccines
https://www.webmd.com/children/vaccines/dtap-and-tdap-vaccines
Baca Juga:
Cek Jadwal Lengkap Imunisasi Anak Terbaru 2023 dan Cara Mengatasi Efek Sampingnya
Imunisasi Td adalah Cara Mencegah Difteri, Berikut Penjelasannya!
Jadwal Imunisasi Bayi Usia 0-24 Bulan Sesuai Arahan IDAI
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.