Bagaimana efek samping vaksin COVID- 19?
Pertanyaan ini mungkin saja akan ada dalam benak Parents semua, mengingat vaksin ini memang baru saja dikeluarkan.
Penting untuk diketahui bahwa uji coba klinis yang sudah dilakukan perusahaan biofarmasi Pfizer-BioNTech terhadap vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan sudah memberikan hasil. Sebagian besar responden yang mendapatkan vaksin mengalami reaksi pascavaksin.
Salah satunya rasa nyeri pada lengan di area vaksin disuntikkan dan gejala seperti flu. Namun dilaporkan, efek samping ringan tersebut menghilang setelah dua hari kemudian.
Selain dua efek samping di atas, masih ada laporan mengenai reaksi alergi serius yang timbul. Hal ini penting untuk dicatat, ada beberapa golongan orang yang memang tidak boleh mendapatkan vaksin ini.
Termasuk beberapa kasus seperti orang dengan alergi dan masalah kesehatan lainnya dapat mendiskusikan riwayat kesehatan dan risiko yang mungkin terjadi dengan dokternya sebelum menerima vaksin COVID-19.
Setelah mendapatkan vaksin, para ahli pun menganjurkan agar tidak langsung sebab dikarenakan beberapa alasan.
Berikut ini daftar efek samping vaksin COVID-19 produksi Pfizer-BioNTech berdasarkan uji coba klinis yang sudah dilakukan. Responden merupakan orang berusia 18 – 55 tahun , dan baru mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 dosis pertama. Yuk, disimak!
Efek Samping Vaksin COVID-19 yang Wajib Parents Ketahui
Efek Samping Vaksin COVID-19 Dosis Pertama
Beberapa bulan lalu, perusahaan biofarmasi Pfizer-BioNTech sudah melakukan uji coba klinis terhadap beberapa ratus orang untuk menerima vaksin Covid-19. Uji coba klinis tersebut mencatat, ada beberapa efek samping yang dirasakan para responden. Berikut ini di antaranya seperti yang dituliskan Los Angeles Times, Kamis (17/12/2020):
- Kemerahan pada area kulit yang disuntik (4,5 persen)
- Pembengkakan pada bagian yang disuntik (5,8 persen)
- Nyeri di bagian yang disuntik (83,1 persen)
- Demam (3,7 persen)
- Kelelahan (47,4 persen)
- Sakit kepala (41,9 persen)
- Meriang (14 persen)
- Muntah-muntah (1,2 persen)
- Diare (11,1 persen)
- Nyeri otot baru atau nyeri otot memburuk (21,3 persen)
- Merasakan nyeri sendi baru atau nyeri sendi memburuk (11 persen)
Waspada Orang dengan Riwayat Alergi
Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) Amerika Serikat (AS) Dr Anthony Fauci membahas efek samping vaksin. Kepada editor Journal of American Medical Assn dalam sebuah percakapan video, Fauci menjelaskan bahwa efek samping hanya terjadi sekitar 16 menit.
Namun pada orang yang memang memiliki riwayat reaksi alergi parah, seperti anafilaksis terhadap vaksin atau suntikan lain, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan, dokter melakukan pantauan selama setidaknya 30 menit sesudah mereka divaksin.
Anafilaksis dapat mengancam jiwa, dan itu terjadi dengan sangat cepat, seperti beberapa menit setelah terpapar alergen.
Tidak hanya alergi terhadap suntikan, orang yang alergi dengan makanan atau hewan peliharaan tertentu, CDC juga menyarankan agar orang tersebut berkonsultasi terlebuh dulu dengan dokter, dan dokter wajib melakukan pantauan selama 15 menit setelah injeksi.
Sedangkan orang dengan reaksi alergi parah terhadap komponen apa pun, sebaiknya tidak menerima suntikan vaksin COVID-19.
Vaksin Tidak Mengandung Bahan Pengawet
Ada beberapa orang yang menolak divaksin karena katanya vaksin COVID-19 mengandung bahan pengawet.
Sebelum Anda memutuskan untuk tidak divaksin karena alasan tersebut, ada baiknya Anda memerhatikan daftar komponen vaksin dari dokumentasi resep berikut ini:
Vaksin COVID-19 milik Pfizer-BioNTech diberikan sebagai suspensi beku dalam botol dosis ganda. Setiap botol diencerkan dengan 1,8 mL injeksi Natrium Klorida 0,9 persen steril, USP sebelum digunakan untuk membentuk vaksin.
Setiap dosis vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech mengandung 30 mcg RNA yang dimodifikasi nukleosida (modRNA) menahan glikoprotein lonjakan virus (S) dari SARS-CoV-2.
Di dalam setiap dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech mengandung: lipid (0,43 mg (4-hidroksibutil) azanediyl) bis (hexane-6,1-diyl) bis (2-hexyldecanoate), 0,05 mg 2 [ (polietilen glikol) -2000] -N, N-ditetradecylacetamide, 0,09 mg 1,2-distearoyl-sn-glycero-3-phosphocholine, dan 0,2 mg kolesterol), 0,01 mg kalium klorida, 0,01 mg monobasik kalium fosfat, 0,36 mg natrium klorida, 0,07 mg natrium dibasa fosfat dihidrat, dan 6 mg sukrosa. Pengencer (Injeksi Natrium Klorida 0,9 persen, USP) memberikan tambahan natrium klorida 2,16 mg per dosis.
Tutup botol tidak dibuat dari lateks karet alam, sehingga tidak mengandung bahan pengawet.
CNN melaporkan, ada dua petugas kesehatan di Alaska, AS, yang mengalami reaksi setelah menerima vaksin Pfizer-BioNTech. Di mana keduanya memiliki riwayat alergi sehingga mengalami reaksi anafilaksis. Namun keduanya telah sembuh.
Sejauh ini para ilmuwan di Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan di negara lain telah memberikan surat izin peredaran dan penggunaan vaksin ini.
Baca juga:
14 Daftar RS dan Klinik di Jakarta dengan Layanan Swab Test Terjangkau
Tok! Presiden Jokowi Gratiskan Vaksinasi COVID-19 untuk Masyarakat Indonesia
Heboh Vaksin Pfizer Bisa Sebabkan Perempuan Mandul, Ini Faktanya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.