Depresi dan bunuh diri memiliki kaitan yang cukup erat.
Depresi menjadi salah satu gangguan kesehatan mental yang dialami oleh banyak orang secara global. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa setiap tahun, terdapat 703.000 orang melakukan bunuh diri. Selain itu, masih banyak orang pula yang melakukan percobaan bunuh diri.
Artikel terkait: Perbedaan Depresi dan Stres, Kenali Gejala, Jenis, dan Cara Penanganannya
Depresi dan Bunuh Diri
Kaitan antara depresi dan bunuh diri pun dipaparkan oleh dokter spesialis kejiwaan, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ.
Dalam acara Webinar Awam: Depresi Dengan Pikiran Hingga Perilaku Bunuh Diri yang digelar Kementerian Kesehatan dan Johnsons & Johnsons Indonesia, ia mengatakan bahwa dalam tingkatan berat, depresi dapat menyebabkan seseorang ingin melakukan bunuh diri dan menyakiti diri sendiri.
Di samping itu, Lahargo menjelaskan bahwa depresi berat dapat menyebabkan seseorang terganggu aktivitas kesehariannya. Ia akan kesulitan dalam melakukan kegiatan, pekerjaan, dan kegiatan rumah tangga lainnya. Selain itu, depresi juga dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi dan delusi.
“Depresi sering kali menjadi lebih buruk bila tidak diobati, serta mengakibatkan masalah emosional, perilaku dan kesehatan yang memengaruhi setiap area kehidupan pengidapnya,” jelas Lahargo.
Meski demikian, pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang yang menderita depresi. Lahargo pun menyarankan seseorang yang mengidap depresi agar segera mencari bantuan medis. Namun, jika depresi masih tergolong ringan, seorang pengidap dapat melakukan beberapa perawatan mandiri bisa dilakukan.
“Cobalah untuk menemui ahli medis untuk meminta beberapa metode pengobatan agar menjadi lebih baik. Apabila depresi masih tergolong ringan, perawatan diri sendiri mungkin masih bisa membantu. Jika perawatan diri sendiri sudah tidak efektif, pengidapnya mungkin memerlukan konseling psikiater atau obat yang diresepkan dokter,” lanjutnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh psikolog Ratih Ibrahim. Menurutnya, depresi yang tidak ditangani dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental yang lebih serius, termasuk keinginan bunuh diri.
“Apabila tidak ditangani, depresi dapat mengarah pada gangguan mental yang lebih serius (Major Depressive Disorder/MDD), dan keinginan untuk bunuh diri,” jelas Ratih.
Artikel terkait: Sering tak disadari, ini 10 tanda depresi yang perlu diwaspadai
Mengapa Pengidap Depresi Ingin Melakukan Bunuh Diri?
Dalam kesempatan tersebut, Lahargo mengungkapkan alasan seorang pengidap depresi ingin melakukan bunuh diri. Ia menjelaskan bahwa seseorang yang menderita depresi akan mengalami penderitaan emosional atau emotional suffering.
Dalam fase ini, seseorang biasanya merasa stres, memiliki masalah mental emosional, dan memiliki stresor (pemicu stres) berat.
Karena perasaan tersebut, ia pun mengalami apa yang disebut sebagai emotional overload atau ketidakmampuan seseorang untuk menampung emosinya. Perasaan ini pun akhirnya menjadi sebuah kepanikan dan mencari cara untuk lari dari perasaan tersebut. Ia pun biasanya melakukan self harm atau menyakiti diri sendiri.
Ketika melakukannya, ia akan merasa semua perasaan tersebut akan release untuk sementara waktu. Pengidap pun akan mengalami ketenangan sesaat meskipun depresi yang dialaminya tidak terselesaikan.
Ketenangan sesaat ini nantinya akan muncul bersamaan dengan rasa malu, bersalah, dan kecewa. Ia pun biasanya akan memperparah beban emosional yang dialaminya.
Apabila tidak mendapatkan pertolongan, ia akan terus-menerus melakukan siklus yang sama. Kemudian, Lahargo juga menjelaskan bahwa seorang pengidap depresi berat ingin mengakhiri hidupnya karena ia ingin mengakhiri penderitaan yang dialami dalam hidupnya.
“Jadi self-harm itu adalah suatu cry for help. Ketika orang melukai dirinya atau sampai melakukan tindakan bunuh diri, mereka sebenarnya sedang menangis minta tolong,” terang Lahargo.
Artikel terkait: 10 Jenis Depresi, Kenali Berbagai Gejalanya agar Bisa Diatasi Segera
Tanda-Tanda Pengidap Depresi Ingin Bunuh Diri
Lebih lanjut, Lahargo pun menjelaskan beberapa tanda ketika seorang pengidap depresi ingin melakukan bunuh diri.
Pada dasarnya, seorang yang berpikir ingin mengakhiri hidupnya biasanya tidak menunjukkan tanda yang begitu spesifik. Meski demikian, biasanya ia akan berbicara tentang keinginannya untuk mati berulang kali.
Selain itu, biasanya ia juga memiliki motivasi hidup yang rendah dan memiliki perasaan kosong yang begitu kuat. Tidak hanya berbicara, ia biasanya akan merencanakan aksi bunuh diri. Ia juga merasa masalah yang dihadapinya tidak memiliki jalan keluar sama sekali sehingga melihat bunuh diri sebagai suatu solusi.
“Merasa menjadi beban kepada orang lain. Bahkan sampai ada yang melepas posisi-posisi penting dalam hidupnya, berhenti kuliah, berhenti bekerja, meminta maaf dan mengucapkan selamat tinggal, menuliskan di media sosial tentang keinginan ingin mati, itu merupakan tanda dari gejala yang harus kita waspadai,” papar Lahargo.
Artikel terkait: Kondisi Depresi pada Remaja: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasinya
Cara Mengatasi Depresi
Terapi untuk Pengidap Depresi
Lahargo pun memaparkan beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh pengidap depresi, yakni sebagai berikut.
- Mengatur pola hidup sehat, yakni mengonsumsi makanan bernutrisi, melakukan aktivitas fisik secara teratur, tidur cukup, dan menjauhi minuman beralkohol.
- Manajemen stres, yakni melakukan berbagai teknik relaksasi, seperti meditasi, teknik napas dalam, atau grounding technique.
- Psikofarmaka, yakni mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, seperti antidepresan, antikecemasan, antipsikotik, dan mood stabilizer.
- Psikoterapi, yakni melakukan beberapa metode terapi yang cocok, seperti cognitive behavioral therapy (CBT), psikodinamik, psikoanalisis, dan terapi interpersonal.
- Rehabilitasi, yakni melatih keterampilan sosial, remedi kognitif, keterampilan hidup, dan supported employement.
Pentingnya Support System
Selain terapi, Lahargo juga menaruh perhatian pada berbagai faktor protektif. Faktor ini pun dapat muncul dari berbagai segi, seperti teman yang suportif, lingkungan aman, dan komunitas di sekitar. Namun, faktor protektif tidak melulu berasal dari eksternal, tetapi juga bisa berasal dari dalam diri pengidap depresi.
Pengidap depresi dapat membangun faktor protektif dengan meningkatkan spiritualitas yang dimilikinya melalui kepercayaan atau budaya yang diyakininya. Kepercayaan dan budaya ini juga dapat menjadi penghalang akan niat seseorang untuk melakukan bunuh diri.
“Baik itu keluarga, peer group, ataupun komunitas. Kita perlu meningkatkan protektif faktor agar orang ini kemudian bisa terhindar dari depresi atau bahkan dari pikiran atau perilaku bunuh diri. Jadi, ketika seseorang mengalami depresi atau perasaan bunuh diri ada harapan bisa pulih dan berfungsi kembali,” jelasnya
Senada dengan Lahargo, Ratih Ibrahim juga mengingatkan bahwa seseorang yang mengidap depresi membutuhkan support system yang kuat. Oleh karena itu, kehadiran dan dukungan dari orang sekitar menjadi hal yang cukup penting.
“Intinya adalah kita bangun support system untuk kita sendiri dan juga untuk keluarga kita, teman-teman terdekat kita supaya tidak sendirian. Dan dalam ketidaksendirian tersebut depresi bisa dicegah, pikiran sampai dengan perilaku bunuh diri bisa dihindarkan. Mengapa? Karena semua kehidupan itu bermakna dan berharga,” jelas Ratih.
Demikian penjelasan mengenai kaitan antara depresi dan bunuh diri. Depresi menjadi salah satu gangguan kesehatan mental yang tidak boleh diabaikan.
Jika Parents atau orang di sekeliling ada yang terlihat mengalami tanda-tanda depresi, segera cari pertolongan medis untuk penanganan yang tepat.
Baca juga:
7 Tanda Pasangan Anda Alami Depresi, Pahami Agar Bisa Membantunya
Bukan sedih terus menerus, ini ciri depresi yang perlu Anda ketahui
id.theasianparent.com/anak-depresi-sebelum-masuk-sekolah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.