Siapa bilang depresi hanya menimpa orang dewasa, bahkan anak-anak usia TK pun bisa mengalaminya. Namun, sayangnya kondisi anak depresi masih sering tidak disadari. Dan hanya dianggap sebagai kenakalan anak-anak biasa, hingga penangannya pun seringkali tidak tepat.
Sebelumnya, pakar tumbuh kembang anak percaya, bahwa anak usia TK atau usia PAUD emosionalnya belum berkembang dengan sempurna. Sehingga tidak mungkin bisa mengalami depresi, atau mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan.
Meskipun kondisi anak depresi tidak umum terjadi, namun bukan berarti hal ini langka. Apalagi jika sejak usia dini anak sudah dicekoki dengan berbagai tekanan pelajaran dan kurang waktu bermain. Hal ini bisa menyumbang stres yang akhirnya membuat anak depresi.
Meskipun data menunjukkan bahwa anak yang lebih besar dan remaja depresi memiliki angka lebih besar. Namun, para pakar meyakini bahwa 1-3% anak usia TK atau PAUD mengalami kondisi depresi. Memahami bahwa anak bisa alami depresi memudahkan orangtua membantu menyembuhkannya.
Artikel terkait: Tips Mengatasi Stres Pada Anak
Kondisi anak depresi sering disalahpahami
Dr. Barry Garfinkel, seorang psikiatri anak dan remaja di Minneapolis mengatakan, “Anak depresi di usia pra sekolah memang langka, sehingga sering disalahpahmi sebagai masalah perilaku.”
Menurut Barry, salah satu gejala anak depresi yang bisa diperhatikan oleh orangtua adalah:
- Terjadi perubahan yang signifikan dalam perilaku anak
- Anak cenderung menarik diri
- Anak menjadi acuh tak acuh atau apatis
- Suasana hati anak berubah menjadi lebih buruk
Barry juga menambahkan, anak yang mengalami situasi hari buruk adalah hal normal. Anak-anak yang mengalami kesedihan secra normal, akan segera kembali ceria dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari. Namun, jika anak depresi, kesedihannya akan bertahan hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Artikel terkait: Anak sering minta jajan, benarkah ini tanda anak sedang stres?
Gejala anak depresi yang harus diwaspadai
Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak mengalami depresi. Orangtua bisa mencermati hal ini untuk bisa segera memberinya bantuan.
- Anak tidak tertarik lagi melakukan kegiatan favoritnya
- Anak terlihat lesu dan bosan
- Menarik diri dari pergaulan, tak tertarik untuk bermain bersama teman
- Anak lebih mudah marah dan cepat tersinggung
- Pola tidur berubah drastis
- Bakat anak menjadi menurun
- Enggan pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak
- Sulit berkonsentrasi
- Mengeluh sakit perut atau sakit di bagian tubuh lain yang diakibatkan oleh stres
- Anak punya pikiran untuk menyakiti diri sendiri, atau perilaku yang menunjukkan dia tak peduli dengan dirinya sendiri
- Anak merasa tak berdaya
- Menangis lebih sering, dan memperlihatkan emosi sedih sepanjang waktu
- Anak sering termenung, tidak fokus dan menarik diri
“Tanda anak mengalami depresi di usia dini tidak hanya sekedar nakal atau tantrum. Gejala yang paling jelas terlihat adalah, jika anak awalnya periang, ceria dan aktif tiba-tiba terlihat lesu dan tak semangat menjalani hari,” papar Barry Garfinkel.
Barry menyarankan orangtua untuk lebih cermat dalam memerhatikan perilaku anaknya. Dan mintalah masukan dari guru di sekolah atau penjaga di tempat penitipan anak. Maupun tetangga dan orangtua teman anak yang sering berinteraksi dengan buah hati kita. Untuk mengetahui bagaimana perilaku anak sehari-hari.
Kemudian, jika memang terbukti anak mengalami depresi, mintalah bantuan pakar kesehatan mental anak. Seperti psikiatri atau psikolog.
Faktor risiko yang bisa membuat anak mengalami depresi
Selain suasana di sekolah atau stres karena pelajaran yang terlalu banyak. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan anak mengalami depresi di usia dini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Kehilangan orang yang disayangi (perceraian orangtua, atau ada anggota keluarga yang meninggal)
- Stres di dalam keluarga (pindah rumah, anggota keluarga sakit parah, atau orangtua kehilangan pekerjaan)
- Anak memiliki gangguan kecemasan, kesulitan belajar, kesulitan mengontrol emosi dan perilaku atau ADHD.
- Orangtua memiliki riwayat depresi atau masalah kesehatan mental lainnya.
Faktor risiko di atas tidak menjadi penentu, namun bisa jadi pemicu anak alami depresi di usia dini. Jika anak memiliki faktor risiko dan gejala-gejala seperti yang sudah disebutkan di atas, sangat penting agar orangtua segera memberinya penanganan yang tepat. Penanganan dini bisa mempercepat kesembuhan anak dari depresi.
“Kurangnya penanganan yang tepat bisa memicu kesulitan dalam diri anak dalam masalah akademik dan pergaulan, terutama ketika dia sudah mulai masuk sekolah,” kata Barry Garfinkel.
Salah satu jenis perawatan yang bisa dilakukan untuk depresi pada anak adalah konseling keluarga dan terapi individu. Karena anak-anak tidak disarankan untuk mengonsumsi terlalu banyak obat-obatan.
Anak-anak biasanya merespon dengan baik sesi konseling, sehingga tidak diperlukan obat medis dalam penanganan depresinya. Obat hanya digunakan sebagai langkah terakhir jika anak yang depresi tidak merespon konseling atau jenis perawatan lainnya.
Depresi pada anak memang masalah serius yang tidak bisa dianggap sepele, namun kabar baiknya itu bisa disembuhkan. Penanganan dini adalah kunci untuk membuat depresi anak tidak berlarut dan segera sembuh.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Parents, Kenali Perbedaan Antara Stres dengan Penyakit Mental Gangguan Kecemasan Pada Anak ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.