Depresi dan stres sering dianggap sama oleh banyak orang. Padahal keduanya memiliki perbedaan dari sisi kesehatan maupun penanganannya.
Depresi adalah sebuah penyakit mental serius yang sering disalahpahami oleh banyak orang. Banyak orang memandang sebelah mata penyandang depresi karena dianggap lemah, rapuh, dan gagal move on.
Padahal, depresi adalah sebuah penyakit mental yang tidak bisa dianggap main-main. Karena, depresi telah menjangkiti hampir separuh penduduk dunia dan membawa kerugian ekonomi pada sebuah keluarga dan bahkan negara, karena ketidakmampuan seseorang untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya.
Apalagi, biasanya seorang penderita depresi tidak menampakkan tanda-tanda sedang sakit secara fisik. Namun, hal itu akan berdampak ke seluruh aspek kehidupannya dan menguras kebugaran tubuhnya.
Yang sering disalahpahami oleh orang-orang, depresi bukanlah perasaan sedih karena tertimpa masalah maupun stres saat ada tekanan tertentu. Melainkan rasa kesedihan yang terjadi terus menerus tanpa perlu ada peristiwa tertentu sebagai pemicunya.
Banyak juga yang mengira bahwa depresi tidak dapat menjangkiti mereka yang relijius. Kenyataannya tidak seperti itu, depresi bisa menyerang siapa saja, bahkan dapat menurun secara genetik dari orangtua ke anak.
Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami depresi, maka kemungkinan Anda bisa mengalaminya juga. Namun, dengan pola hidup sehat dan menjaga kecukupan gizi dan hormon, Anda bisa menghindarinya.
Orang yang depresi tak harus sedang tertimpa masalah, miskin, kaya, putus cinta, dan yang lainnya. Faktor kondisi hormon, psikilogis, dan penyakit lainnya dapat memicu timbulnya depresi.’
Sementara stres merupakan bentuk reaksi pertahanan diri ketika seseorang berada dalam situasi yang penuh tekanan. Stres sebenarnya merupakan bagian dari insting manusia untuk menjaga kita tetap aman dan hidup.
Namun perasaan stres akan menghilang seiring dengan selesainya semua masalah yang dihadapi atau akan terobati dengan adanya hiburan. Namun, depresi akan menetap lama sekalipun seseorang sedang liburan dan memiliki segala yang ia butuhkan.
Depresi dan stres bisa ditangani dengan perawatan yang benar. Namun, sebelum mengatasinya, pahami dulu cirinya.
Perbedaan Depresi dan Stres
Berikut Ciri-Ciri Depresi:
- Perasaan sedih yang berlangsung dalam jangka waktu lama, bahkan kadang muncul tanpa pemicu sama sekali
- Tidak menikmati kegiatan apapun, bahkan hal-hal yang dulunya pernah disukai seperti seks maupun hobi tertentu
- Tidak merasa lapar sama sekali, atau sebaliknya ingin makan terus-menerus
- Kurang tidur atau sebaliknya, terlalu banyak tidur
- Tidak bersemangat untuk melakukan apapun
- Merasa gagal
- Merasa sulit untuk bangun dari tempat tidur
- Pusing
- Tubuh lemas hingga merasa malas
- Menjalani hari-hari tanpa gairah maupun pandangan masa depan
- Ingin menyakiti diri sendiri hingga keinginan bunuh diri. Termasuk pikiran soal ingin mati secepatnya
- Mudah marah
- Menyalahkan diri sendiri
- Tidak percaya diri
- Tidak fokus dan lambat berpikir
- Kadang sampai tak mampu bangkit dari tempat tidur dan mengalami sakit di beberapa bagian tubuh tanpa memiliki riwayat penyakit fisik tertentu
- Ketidakmampuan mengerjakan sebuah pekerjaan, baik yang sederhana sekalipun. Misalnya membersihkan kamarnya sendiri maupun mandi teratur
- Untuk anak-anak, berat badannya berkurang drastis sekalipun ia tidak sedang sakit fisik apapun
- Anak dengan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) mungkin memang tidak menunjukkan kesedihan, namun ia akan menunjukkan sikap gampang terganggu oleh segala sesuatu
Sedangkan, Stres Memiliki Ciri-ciri yang Berbeda
- Kepala pusing terus menerus, rahang terasa mengeram dan terasa sakit
- Tangan dan bibir terasa gemetaran
- Sakit pada leher, punggung, dan otot tegang
- Mulut terasa kering dan susah menelan
- Rasa dingin pada tangan dan gemetaran
- Sering gelisah dan tak sengaja menggoyang-goyangkan kaki
- Kesulitan bernafas, sering mendesah
- Sering merasa ingin kencing terus
- Mengisolasi diri secara sosial
- Memiliki kepanikan, kekhawatiran berlebih, rasa bersalah, dan perasaan serba tak nyaman lainnya
- Tidak dapat membuat keputusan yang tepat
Sekalipun memiliki ciri yang hampir sama, depresi dan stres memiliki level ‘masalah’ dan durasi yang berbeda. Depresi memiliki persoalan yang lebih berat dari stres. Berikut jenis depresi yang sering dikaitkan dengan stres.
Jenis Depresi
Ada berbagai jenis depresi yang dapat diidap oleh seseorang. Diantaranya adalah:
1. Major depression
Depresi jenis ini bisa bertahan hingga jangka waktu 6 bulan. Jika seseorang mengalami ini, maka ia akan rentan mengalami disorder yang bisa berarti gangguan fungsi sosial sepenuhnya.
2. Atypical depression
Depresi jenis ini tak selamanya sedih. Jika ada berita gembira, perasaannya akan jadi lebih baik. Ciri khusus depresi jenis ini adalah terlalu banyak makan, kenaikan berat badan yang tak terkontrol, terlalu banyak tidur, punya ketakutan berlebih terhadap kemungkinan adanya penolakan, dan secara fisik merasakan lengan dan bahu yang makin memberat.
3. Dysthymia
Depresi ini mirip dengan major depression namun dengan jangka waktu depresi yang lebih dari 2 tahun. Karena merasa sedih sepanjang waktu, maka orang dengan dysthymia mulai menganggap bahwa kesedihan adalah bagian dari dirinya dan ia tak pantas bahagia.
4. Gangguan depresi musiman atau Seasonal affective disorder (SAD)
Depresi ini biasa ditemukan pada seseorang di musim dingin. Perasaan hati dan kondisi fisik makin memburuk seiring dengan pendeknya hari dan bertambah dinginnya cuaca. Orang dengan SAD akan berubah mood ketika musim berganti.
Penanganan
Saat Anda sedang stres, maka Anda bisa mengalihkan rasa stres tersebut dengan mencari hiburan, piknik, menjaga selera humor, bersosialisasi, olahraga, atau mencoba meditasi, tai chi, maupun kegiatan lainnya yang berhubungan dengan hobi.
Jika itu tak dapat meredakan stres, Anda juga bisa bicara dengan dokter tentang apa yang dirasakan karena barangkali itu adalah depresi. Di sinilah keterkaitan sangat erat antara depresi dan stres.
Stres dapat berlalu dengan semakin berkurangnya beban yang ditanggung. Pijat relaksasi, aroma terapi, dan mendengarkan musik dapat mengurangi beban Anda saat keadaan stres menekan Anda.
Perasaan sedih yang berlangsung terus menerus pada pengidap depresi tak dapat disembuhkan dengan liburan maupun hiburan lainnya karena perubahan otak membuat seseorang kehilangan minat di banyak hal. Sehingga harus mencari pertolongan lewat terapis, psikiater, maupun psikolog profesional agar dapat menyeimbangkan fungsi tubuh seperti semula.
Medikasi dengan resep dokter memang dapat membantu pengidap depresi, namun Anda juga bisa mencoba menyembuhkannya dengan berkonsultasi dengan psikolog maupun terapi lainnya. Jika memang jalur medikasi yang dipilih, maka Anda bisa menghentikan penggunaan obatnya sewaktu-waktu.
Sebaiknya, seseorang memang perlu memeriksakan kesehatan mentalnya sebelum ia memvonis diri sendiri bahwa ia sedang mengalami depresi. Karena meminta pertolongan kepada profesional akan lebih banyak membantu daripada terus menerus memendamnya sendiri.
Jika Anda membutuhkan pertolongan profesional, silakan kontak Yayasan Pulih di nomor WhatsApp ataupun sms ke 0812 8348 1128 atau telepon ke (021) 98286398 untuk janji konsultasi. Sedangkan jika Anda memiliki pemikiran ingin bunuh diri dan kekalutan lain yang mengarah ke menyakiti diri sendiri, Anda bisa juga menghubungi In to the Light dengan menulis curhatan di email dengan alamat [email protected].
Referensi: Stress, Web MD, Mayo Clinic, Help Guide
Baca juga:
Bangkit dari Kegelapan : Kisahku Melawan Depresi Pasca Melahirkan
7 Tanda Pasangan Anda Alami Depresi, Pahami Agar Bisa Membantunya
Bunda, kenali 4 tanda depresi paska melahirkan atau postpartum depression ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.