Virus Corona masih menjadi pandemi yang belum bisa dituntaskan di banyak negara. Salah satunya India yang kurvanya melonjak drastis beberapa waktu ke belakang. Terkait dengan hal ini, beredar isu bahwa COVID-19 di India tidak terbaca tes PCR.
India sendiri melaporkan kasus angka kenaikan virus Corona tertinggi pada Kamis, 22 April 2021 lalu. Kasusnya mencapai 314.835 jiwa dalam hitungan satu hari. Negara tersebut pun menjadi peringkat kedua negara dengan kasus COVID-19 tertinggi setelah Amerika Serikat.
Di YouTube ramai sebuah video yang menunjukkan keparahan kasus pandemi di negara tersebut. Dalam video tersebut dijelaskan bahwa mutase virus Corona sudah semakin parah.
Belakangan juga beredar pesan berantai yang berkaitan dengan hal ini. Dijelaskan bahwa varian virus dari India tak bisa terbaca tes dan memiliki gejala berbeda. Benarkah hal tersebut?
Artikel Terkait : 25 Kriteria Penerima Vaksin COVID-19, Kondisi Anda Layak Mendapatkannya?
Cek Fakta: Covid-19 di India Tidak Terbaca Tes PCR
Dalam video disebutkan bahwa jenis baru virus Corona yang bermutasi di India tidak menempel di rongga hidung, melainkan langsung menempel di paru-paru. Hal ini yang menurut video tersebut menjadi tak terdeteksi. Baik saat melakukan tes swab menggunakan PCR di hidung maupun tenggorokan.
Melansir dari Kompas.com, Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Utomo mengungkapkan pendapatnya. Ia menuturkan bahwa sebaiknya kita tak terburu-buru dan menunggu banyak data mengenai hal ini.
“Kita masih harus menunggu data yang lebih banyak, karena reseptor ACE2 yang akan ditempel virus ada di rongga napas (pernapasan) atas, yakni hidung dan tenggorokan, serta rongga napas bawah,” ungkap Ahmad.
Terkait dengan kasus di India yang kemungkinan virus tak terdeteksi melalui PCR, ia mengungkapkan kemungkinan hal lain. Bisa jadi, hal tersebut terkendala masalah teknis.
Bisa saja terjadi kesalahan teknis seperti pengambilan sampel yang kurang akurat. Akibatnya, hasil tes bisa dikatakan negatif yang palsu.
Lanjutnya, menurutnya perangkat PCR saat ini semestinya sudah bisa mendeteksi jenis virus Corona yang baru tersebut. Terkecuali, bila perangkat tes tersebut hanya untuk menargetkan gen S atau protein spike.
Protein spike sendiri merupakan bagian virus yang berbentuk paku. Bagian ini berfungsi untuk menempelkan diri dan menginfeksi sel inang.
“Di Indonesia, biasanya tidak menggunakan gen S, tapi gen (protein virus corona) lain dari si virus seperti RdRP ORF1 atau N,” ungkap Ahmad.
Virus Lebih Mudah Menular
Penelitian lainnya diketahui mengungkap sejumlah fakta terkait. Peneliti di Council of Scientific and Industrial Research’s Institute of Genomic and Integrative Biology (CSIR-IGB) di New Delhi, Vinod Scaria mengungkapkan fakta yang menarik. Berdasar hasil penelitian, dijelaskan bahwa jenis virus B1618 tumbuh pesat dalam hitungan bulan di Bengal Barat, bersamaan dengan varian ganda B1617.
Terkait dengan tingkat infeksi dan kemungkinan kematiannya, perlu dicari tahu melalui penelitian lebih lanjut. Tetapi, sejauh ini hanya 10 laboratorium yang mendalami genom virus di India.
Satu hal yang sudah diketahui, virus ini memang jenis yang lebih menular. Banyak orang yang sakit dalam waktu yang relatif cepat, sehingga vaksin pun harus diteliti lebih lanjut.
Artikel Terkait : Benarkah Vaksinasi COVID-19 Bisa Batalkan Puasa? Simak Faktanya, Yuk!
Unggahan Viral Mengenai Hal ini
Pada 29 April 2021, akun Facebook yang bernama Wiriyanto Aswir. Dia mengunggahnya di Facebook berisikan kalimat berikut ini.
Berikut isi postingannya:
“*dr.Ritesh Kumar, Dokter ahli spesialis paru2
*Virus ini kembali lagi, kali ini dengan bahaya tenaga yang lebih besar, taktik dan kamuflase yang lebih.
Gejala bukan batuk2 Tidak ada demam, tidak ada sakit persendian, tidak ada kelemahan
Selera makan hilang, dan mengakibatkan Pneumonia COVID. SUdah pasti, tingkat kematian lebih tinggi, parah makin cepat. Kadang2 gejala2 tidak terlihat … mari kita berhati2VIrus baru ini lokasinya bukan di area pernafasan manusia Tetapi langsung berdampak ke paru2, sementara waktu ikubasinya semakin cepat.
Saya telah perhatikan banyak pasien tanpa demam, tapi hasil rontgen (X-Ray) menunjukkan pneumonia (sakit paru2) yang lumayan.SWAB COVID-19 lewat hidung …. sering hasilnya negativeSemakin banyak, dan bertambah banyak hasil Test COVID-19 lewat hidung yang gagal.
Artinya virus tersebar langsung ke paru2, sehingga berakibat problem pernapasan akut, akibat penumenia virus. Ini menjelaskan mengapa banyak kasus yang parah dan fatal tanpa diketahui sebelumnya.
Berhati2lah, hindari keramaian, kenakan masker, dan seringlah mencuci tangan.
GELOMBANG baru ini lebih mematikan dari yang pertama. Kita harus semakin hati2, dan lebih teliti pada setiap langkah.
Mohon sebarkan informasi ini ke rekan2 dan keluarga lewat saluran komunikasi kita.”
Artikel Terkait : 5 Cara Registrasi Vaksin COVID-19 dari Pemerintah, Bisa Lewat WhatsApp!
Itulah informasi dan cek fakta mengenai COVID-19 di India tidak terbaca tes PCR yang ternyata kurang tepat, namun variannya yang lebih menular. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat.
****
Baca Juga:
Perbandingan Jenis Vaksin COVID-19, Manakah yang Terbaik?
Memahami Angka Efikasi Vaksin COVID-19
Penerima Vaksin COVID-19 Tak Dianjurkan Langsung Pulang, Ini Alasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.