Penyakit cacar air sering terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang belum pernah alami cacar air sebelumnya. Namun, apakah cacar air pada bayi baru lahir bisa terjadi?
Orang tua tentu merasa khawatir jika bayi baru lahir kesayangannya mengidap cacar air.
Walaupun pada dasarnya cacar air merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh dalam kurun waktu tertentu.
Mari membaca penjelasan lengkapnya di sini agar Anda tidak perlu khawatir.
Artikel terkait: Bisakah Anak Terkena Cacar Air Dua Kali? Ini Penjelasannya, Parents
Bisakah Bayi Baru Lahir Terkena Cacar Air?
Melansir dari laman parents.com, seorang dokter yang tergabung sebagai anggota American Academy of Pediatrics (AAP) bernama Mary Anne Jackson, M,D menjelaskan bahwa cacar air pada bayi sebenarnya jarang terjadi.
“Jika ibu bayi pernah alami cacar air atau mendapat vaksin cacar air, maka bayi dilindungi oleh antibodi ibu. Walau demikian, itu hanya bertahan selama beberapa bulan,” jelas Jackson, dokter spesialis penyakit menular di Children’s Mercy Hospitals and Clinics di Kansas City, Missouri.
“Sebagian besar ibu termasuk dalam kategori itu. Hanya 2% orang yang tidak mengalami cacar air dan divaksin untuk melawannya,” tambah Jackson menjelaskan.
Cacar Air pada Bayi Sudah Hampir Musnah Berkat Vaksin
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Pediatrics, para peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menemukan bahwa cacar air pada anak di bawah 1 tahun angkanya menurun.
Penurunan itu mencapai 90% sejak tahun 1995 (tahun pertama vaksin diperkenalkan di AS) hingga tahun 2008.
Hal itu karena saat ini begitu banyak bayi yang sudah kebal terhadap ancaman cacar air. Bayi memiliki risiko lebih rendah untuk terserang cacar air.
Kemudian, dilansir dari situs babycenter, kemungkinannya kecil terjadi cacar air pada bayi.
Sebagian besar bayi mendapatkan antibodi terhadap virus dari ibu mereka sejak dalam kandungan.
Tidak biasa bagi bayi untuk menderita cacar air di tahun pertama kehidupannya. Untuk itu, orangtua jangan terlalu khawatir bayi akan terserang cacar air.
Meskipun begitu, pihak AAP menyarankan untuk tetap menjauhkan bayi baru lahir dari orang-orang yang sedang terserang cacar air.
Hal ini sebagai cara terbaik untuk melindungi bayi tertular cacar air selama tahun pertama kehidupan mereka.
Barulah setelah usia bayi sekitar 12 hingga 15 bulan, ia dapat diberi vaksin untuk mencegah cacar air.
Pemberian vaksin tersebut kemudian berlanjut di antara usia 4 hingga 6 tahun.
Apa Penyebab Cacar Air pada Bayi?
Cacar air sendiri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV).
Nah, penyakit ini sangat menular dan bisa menjangkiti siapa saja, termasuk bayi.
Jika bayi Parents terkena cacar air, biasanya diperlukan waktu 14 hingga 16 hari hingga pustula (benjolan kecil di permukaan kulit yang berisi air) muncul, meskipun pustula dapat muncul kapan saja antara sepuluh dan 21 hari setelah terpapar.
Orang dengan cacar air dapat menularkan virus dengan menyentuh benjolan atau cairan dari benjolan cacar air.
Virus juga dapat menyebar dari kontak langsung, atau dengan melepaskannya ke udara setiap kali mereka bersin, batuk, atau bahkan bernapas.
Berdasarkan jurnal National Center for Biotechnology Information, cacar air pada bayi bisa juga disebabkan dari seorang wanita hamil dengan cacar air dapat menularkannya kepada bayinya sebelum lahir.
Ibu dengan cacar air juga dapat menularkan kepada bayi mereka yang baru lahir.
Artikel terkait: Bila Cacar Air Menyerang Saat Hamil
Seperti Apa Gejala Cacar Air pada Bayi?
Melansir dari Cleveland Clinic, Bayi yang mengalami cacar air biasanya akan menunjukkan gejala awal seperti berikut.
- Bayi demam dengan suhu sekitar 38.3°C – 38.9°C
- Tidak nafsu makan
- Badan lemas atau mudah lelah
- Lebih rewel
- Muncul ruam berupa lepuh kecil-kecil di kulit dan rasanya sangat gatal
- Lepuh berupa benjolan kecil-kecil berisi cairan berwarna keputihan seperti susu
- Setelah lepuh pecah, terbentuk keropeng atau koreng di kulit bekas luka cacar air, terlihat seperti bekas jerawat
- Tidur dengan waktu lebih panjang dari biasanya.
Gejala cacar air pada bayi tersebut biasanya terjadi pada 1-2 hari sebelum ruam cacar air muncul.
Munculnya ruam merah di kulit ini akan terasa gatal dan sering muncul di badan, perut, kulit kepala, atau wajah.
Ruam menyeluruh muncul mengikuti yang lainnya. Ruam yang muncul dapat bersifat ringan atau berat.
Hal ini terjadi selama dua hingga empat hari, kemudian ruam-ruam tadi akhirnya meletus di seluruh tubuh.
Ruam cacar air ini memiliki beberapa tahap, dimulai dengan benjolan kecil merah.
Selama beberapa hari benjolan ini akan melepuh dan berisi air.
Ketika lepuhan pecah, mereka akan menyerupai luka terbuka. Lepuhan itu kemudian mulai mengering.
Cacar air pada bayi dapat berlangsung hingga 5 sampai 10 hari.
Artikel terkait: Bunda Wajib Tahu! Ini Tips Cegah Ruam dan Iritasi di Kulit Bayi
Apakah Cacar Air pada Bayi Dapat Menular?
Seperti halnya pada anak-anak dan orang dewasa, cacar air pada bayi juga menular.
Mengutip dalam Centers for Disease Control and Prevention, cacar air pada bayi dapat menular mulai 1 hingga 2 hari sebelum timbulnya ruam sampai seluruh luka cacar air telah mengeras.
Penyakit menyebar melalui kontak langsung dengan luka lecet, ludah, atau lendir seseorang yang menderita.
Penularan virus juga dapat terjadi melalui udara saat seorang batuk atau bersin.
Seseorang menularkan penyakit ini saat ruam belum muncul ke permukaan kulit.
Cacar akan tetap menular, bahkan sampai lepuhan ruam tersebut mengering. Ini mungkin membutuhkan waktu sekitar 5 hari atau lebih lama.
Jika bayi terserang cacar, jangan bawa dia ke tempat ramai, seperti penitipan anak atau area lain, selama 7-10 hari.
Artikel terkait: Ini alasannya vaksin cacar air penting diberikan untuk anak!
Bagaimana Cara Mengobati Cacar Air pada Bayi?
Kebanyakan bayi sehat yang didiagnosis dengan cacar air biasanya tidak memerlukan perawatan medis dan disarankan untuk mengelola mengobati sendiri gejala yang dialami.
Berikut beberapa tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengobati cacar air pada bayi
- Hindari menggaruk. Menggaruk dapat menyebabkan jaringan parut, memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko luka terinfeksi.
- Mencegah bayi menggaruk lepuh. Menjaga kuku bayi tetap bersih dan pendek untuk mengurangi risiko infeksi akibat menggaruk lepuh.
- Kenakan sarung tangan di tangannya, terutama di malam hari.
- Gunakan obat gatal seperti obat antihistamin atau salep topikal.
- Penggunaan obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol dapat membantu meringankan beberapa gejala yang disebabkan oleh cacar air pada bayi, seperti mengurangi iritasi kulit dan demam.
- Oleskan losion kalamin pada area yang gatal (tetapi jangan digunakan pada wajah, terutama di dekat mata).
- Bisa juga dengan mandi oatmeal karena oatmeal dapat melindungi kulit dari iritasi dan mengurangi rasa gatal karena kondisi cacar air pada bayi.
- Memakaikan bayi dengan pakaian longgar, berbahan lembut seperti katun yang tidak mengiritasi. Beberapa bayi mungkin lebih nyaman hanya dengan popok.
- Jaga bayi tetap terhidrasi. Pemberian ASI untuk bayi di bawah 6 bulan selain bertujuan agar sistem kekebalan tubuh bayi kian optimal juga berfungsi untuk mencegah dehidrasi.
- Biarkan bayi Anda banyak istirahat.
Sebagai catatan, jangan berikan sembarang obat kepada anak di bawah usia 2 tahun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Hindari obat yang mengandung aspirin.
Ada beberapa kekhawatiran bahwa penggunaan ibuprofen selama infeksi cacar air dapat menyebabkan infeksi kulit serius pada beberapa bayi, jadi tanyakan kepada dokter tentang pengobatan alternatif.
Jika gejalanya sangat parah, atau bayi memiliki risiko komplikasi cacar air yang lebih tinggi, dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus.
Obat-obatan ini dapat membantu tubuh bayi melawan infeksi dan dapat mengurangi keparahan dan durasi gejala.
Artikel terkait: Bila Cacar Air Menyerang Saat Hamil
Komplikasi
Mengutip Healthline, cacar air sering hilang dengan sendirinya tanpa komplikasi.
Baik itu ringan atau berat, kebanyakan orang menjadi kebal terhadap cacar air setelah terkena penyakit atau bahkan setelah menerima satu dosis vaksin.
Namun, jika Parents memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, Anda mungkin terkena cacar air lagi.
Jika seorang wanita hamil menderita cacar air, itu dapat menyebabkan komplikasi parah bagi bayinya.
Cacar air yang tertular pada awal kehamilan dapat menyebabkan kelainan bentuk anggota badan atau berat badan lahir rendah.
Cacar air yang tertular sesaat sebelum atau setelah melahirkan dapat menyebabkan infeksi serius yang mengancam jiwa.
Bayi yang lahir tanpa kekebalan pasif terhadap cacar air juga berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi.
Ini termasuk sepsis, infeksi kulit akibat bakteri, radang tenggorokan, radang otak, dehidrasi serta pneumonia.
Artikel terkait: 10 Obat Alami Cacar Air pada Balita yang Wajib Parents Tahu
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Jika bayi Anda diduga terkena cacar air, maka segera membawa Si Kecil ke dokter anak.
Pastikan pula Anda memberi tahu dokter jika bayi Anda memiliki salah satu gejala di bawah ini karena gejala-gejala ini dapat menunjukkan adanya komplikasi.
- Demam hingga 38,9 derajat Celcius atau bahkan lebih
- Adanya ruam di salah satu mata atau keduanya
- Ruam terasa hangat saat disentuh
- Rasa mengantuk yang ekstrem
- Leher terasa kaku
- Bayi batuk hingga muntah
- Detak jantung cepat
- Kesulitan bernapas
- Tremor otot
Karena penyebab cacar air adalah virus, penyakit ini sulit diobati dengan antibiotik.
Namun, jika infeksi bakteri terjadi di sekitar lepuhan, dokter dapat meresepkan antibiotik untuk membantu membersihkannya.
Artikel terkait: Bisakah terkena cacar air 2 kali? Ini penjelasannya
Pencegahan
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah cacar air pada bayi, penjelasan di lengkapnya di bawah ini.
1. Vaksinasi Cacar Air
Melansir Mayo Clinic, hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap cacar air pada bayi adalah dengan vaksin cacar air (varivax) sebagai cara terbaik untuk mencegah cacar air.
Vaksin cacar air akan mencegah cacar air pada 98% orang yang menerima dua dosis yang direkomendasikan.
Si Kecil harus mendapatkan vaksin ini ketika mereka berusia antara 12 dan 15 bulan, dan saat 4 atau 6 tahun.
Vaksin cacar air ini dapat digabungkan dengan vaksin campak, gondong dan rubella.
Namun untuk beberapa anak antara usia 12 dan 23 bulan, kombinasi tersebut dapat meningkatkan risiko demam dan kejang dari vaksin.
Oleh sebab itu, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter anak jika hendak melakukan vaksinasi gabungan, ya.
2. Menghindari Orang yang Baru Saja Terkena Cacar Air
Cacar air sangat menular dan menyebar dengan cepat melalui rumah tangga, sekolah, dan pusat penitipan anak, jadi penting untuk berhati-hati untuk membatasi penyebarannya.
Beberapa strategi lain untuk mencegah cacar air pada bayi termasuk mencuci tangan anak sebelum mereka makan dan setelah mereka bermain.
Terutama jika mereka telah bermain dengan anak-anak lain, dan menghindari orang yang baru saja terkena cacar air.
Wanita yang ingin mencoba hamil dapat bertanya kepada dokter tentang mendapatkan vaksin mereka sebelumnya.
Sebab profesional kesehatan tidak dapat memberikan vaksin cacar air selama kehamilan.
***
Demikian serba-serbi mengenai penyakit cacar air yang bisa terjadi pada bayi.
Semoga informasi di atas bermanfaat ya, Parents.
Baca Juga:
Balita Berusia 2 Tahun Ini Terserang Cacar Air Terparah yang Pernah Ada
Cacar Air pada Anak: Ketahui Gejala, Penularan, dan Cara Mengatasinya
10 Obat Alami Cacar Air pada Balita yang Wajib Parents Tahu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.