Adalah hal yang wajar jika anak menangis ketika lapar, sakit, atau menginginkan sesuatu. Namun, bagaimana jika anak menangis tanpa suara sambil menahan napas hingga wajahnya membiru, bahkan ada yang sampai pingsan, apakah itu normal? Kondisi ini disebut breath holding spell (BHS).
Kisah Parents yang Anaknya Mengalami Breath Holding Spell
Foto: Istimewa
Seorang Bunda berbagi kisah tentang anaknya yang mengalami breath holding spell di aplikasi theAsianparent.
“Bun, ini anak saya usia 8 bulan 14 hari. Bun, di sini adakah bayinya pernah atau sesekali mengalami BHS (breath holding spell) atau menangis tanpa suara. Bahkan wajahnya berubah jadi kebiruan terus ungu sampai gak sadarkan diri? Anak saya sudah 2x kayak gitu. Kaget banget kirain bakal lama dia gak sadar. Tapi kurang dari 1 menit dia napas lagi nangis kenceng dan mukanya merah lagi. Ada yang ngalamin bun?”
Beberapa Bunda menanggapi dan mengatakan bahwa anaknya juga mengalami hal serupa. Sementara Bunda lainnya menyarankan agar segera konsultasi dengan dokter spesialis anak.
Lantas, sebenarnya apa itu breath holding spell dan apa yang harus dilakukan jika anak memiliki gejalanya? Mari cari tahu berbagai penyebabnya serta kapan Bunda perlu waspada.
Apa Itu Breath Holding Spell?
Breath holding spell atau kadang disebut menangis biru adalah refleks yang tidak disengaja yang dilakukan anak-anak. Meskipun terlihat mengkhawatirkan, BHS tidak berbahaya dan tidak menimbulkan risiko kesehatan yang serius. BHS biasanya berlangsung kurang dari satu menit sebelum anak mulai bernapas dengan normal lagi.
BHS biasanya terjadi pada anak-anak yang sehat berusia antara 6 bulan hingga 6 tahun, tetapi paling umum selama tahun kedua kehidupan. Namun, kondisi ini sering terjadi pada anak-anak dengan riwayat BHS di keluarga mereka.
Dalam banyak kasus, breath holding spell dapat diprediksi dan bahkan dicegah begitu pemicunya teridentifikasi. Pada usia 5 atau 6, anak-anak biasanya sudah tidak mengalaminya lagi.
Artikel terkait: Gejala asma pada bayi, apa bedanya dengan sesak napas lain?
Penyebab Breath Holding Spell
Sebenarnya, hingga saat ini penyebab BHS belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga beberapa faktor berikut ini merupakan pemicunya.
1. Refleks Emosi yang Kuat
Saat mengalami BHS, anak-anak tidak secara sengaja menahan napasnya. Mereka tidak dapat mengontrol kapan itu terjadi, BHS adalah respons tubuh anak terhadap peristiwa yang tiba-tiba.
Refleks tersebut mengubah pola pernapasan, detak jantung, dan tingkat tekanan darah anak yang membuatnya kesulitan bernapas bahkan kadang-kadang bisa pingsan. Kondisi ini umumnya dipicu oleh emosi yang kuat seperti kemarahan, ketakutan, rasa sakit, atau frustrasi.
2. Faktor Keturunan
Pada sekitar sepertiga anak yang mengalami breath holding spell, terdapat riwayat keluarga yang mengalami gejala yang sama. Diyakini bahwa anak-anak yang mengalami BHS lebih mungkin pingsan saat remaja, dan terkadang saat dewasa.
Breath holding spell adalah sesak napas tidak disebabkan oleh masalah kesehatan sehingga tidak akan membahayakan si kecil.
3. Anemia Defisiensi Besi
Penyebab breath holding spell selanjutnya adalah anemia. Dalam beberapa kasus, anemia defisiensi besi menjadi faktor pemicunya. Mengobati anemia dapat membantu mengurangi insiden BHS.
Tipe Breath Holding Spell Berdasarkan Sebab dan Karakteristiknya
1. Cyanotic Breath Holding Spells
Kondisi ini terjadi ketika anak berhenti bernapas dan wajahnya membiru. BHS tipe ini sering dipicu oleh sesuatu yang membuat anak kesal, seperti saat ia didisiplinkan orang tua. Sambil menangis, anak mengembuskan napas (bernapas) dan kemudian tidak mengambil napas lagi untuk sementara waktu.
Orang tua yang pernah menyaksikan anaknya mengalami cyanotic breath holding spells sebelumnya, tahu persis kapan itu akan terjadi lagi. Hal ini karena anak menunjukkan wajah yang perlahan berubah warna biru, mulai dari biru muda hingga hampir ungu.
2. Pallid Breath Holding Spells
BHS tipe ini lebih jarang terjadi dan lebih tidak terduga. Pallid breath holding spells terjadi ketika seorang anak tiba-tiba ketakutan atau terkejut (seperti dikagetkan dari belakang). Berbeda dengan BHS sianotik yang membuat wajah membiru, BHS tipe kedua ini membuat anak menjadi pucat.
Kedua jenis BHS menyebabkan anak-anak berhenti bernapas dan terkadang kehilangan kesadaran hingga satu menit. Dalam kasus yang paling ekstrem, anak-anak mungkin mengalami kejang. Namun, ini tidak menyebabkan bahaya jangka panjang atau membuat anak berisiko terkena gangguan kejang.
Artikel terkait: Jangan panik dulu! Begini cara menghadapi anak tantrum menurut Psikolog
Cara Mengatasi Breath Holding Spell
1. Baringkan Anak dengan Posisi Menyamping
Usahakan untuk bersikap tenang saat anak mengalami BHS. Hal terbaik yang bisa Bunda lakukan adalah membiarkan anak berbaring dengan posisi miring saat ia tampak sesak napas. Ini akan membantu aliran darah ke otak dan memberi si kecil kesempatan untuk pulih lebih cepat.
Tetap baringkan anak dengan posisi menyamping dan awasi mereka sampai BHS-nya berakhir. Jangan memasukkan apa pun ke dalam mulut anak, bahkan jari-jari Anda untuk membersihkan jalan napas.
2. Lindungi Anak dari Risiko Cedera
Jika anak tampak kejang dan mulai mengalami gerakan tersentak-sentak, Bunda dapat memegang kepala, lengan, atau kakinya untuk mencegah cedera. Penting juga untuk menjauhkan barang-barang yang berpotensi dapat melukai si kecil.
3. Jangan Goyangkan Tubuh si Kecil
Saat episode BHS berlangsung, jangan goyang tubuh bayi atau anak Anda. Pasalnya, tindakan tidak akan menghentikan sesak napas dan justru dapat menyebabkan cedera.
Jika ada anak-anak atau orang dewasa lain di sekitar lokasi kejadian, yakinkan mereka bahwa BHS yang tengah dialami si kecil tidak berbahaya dan akan segera berlalu.
4. Hindari Menghukum Anak
Sekali lagi, BHS adalah refleks yang terjadi di luar kemampuan anak untuk mengontrolnya. Sehingga setelah anak pulih, jangan menghukumnya. Bersikaplah secara normal dan perlakukan anak seperti biasa.
Terkadang anak-anak mungkin jatuh dan melukai diri mereka sendiri saat mengalami BHS. Jika ini terjadi, sebaiknya periksakan lebih lanjut kondisi anak ke dokter.
5. Penanganan Darurat
Breath holding spell biasanya berlangsung singkat dalam waktu kurang dari 1 menit. Namun dalam kasus yang sangat jarang, seorang anak mungkin tidak mulai bernapas lagi setelah 1 menit. Apabila hal ini terjadi, Bunda harus segera menghubungi rumah sakit atau nomor darurat.
Jika si kecil masih tidak bernapas setelah 3 menit, lakukan upaya pertolongan medis cardiopulmonary resuscitation atau resusitasi jantung paru untuk mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah si kecil.
Bagaimana Kalau Anak Sampai Pingsan?
Parents tidak perlu melakukan apa pun selama anak mengalami BHS. Baringkan anak sampai ia selesai. Jika anak pingsan untuk waktu yang singkat, tetap tenang dan lakukan ini:
- Periksa mulut anak apakah ada makanan atau benda yang bisa menimbulkan bahaya tersedak.
- Singkirkan semua benda atau yang dapat dijangkau jika anak mengalami kejang.
- Anak-anak dengan BHS biasanya mulai bernapas kembali setelah satu menit.
- Bawa ke IGD jika anak tetap membiru atau tidak bernapas selama lebih dari satu menit.
Artikel terkait: Kisah Parents: “Jangan abaikan demam, bayi kecilku alami dengue shock syndrome”
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun BHS tidak berbahaya, ada baiknya memeriksakan anak ketika ia pertama kali mengalaminya. Dokter akan menentukan apakah itu benar-benar BHS atau justru ada kondisi medis lain yang mirip yang jadi penyebabnya.
BHS adalah respons yang tidak disengaja terhadap emosi yang kuat (seperti marah, takut, atau frustrasi) dan cenderung terjadi pada anak-anak yang sehat. Lantaran tidak disengaja, BHS bukanlah masalah perilaku. Dokter dapat membantu orang tua memahami apa pemicunya serta bagaimana mencegah dan menghadapinya jika terjadi lagi.
Kadang-kadang, anemia kekurangan zat besi dapat menyebabkan anak-anak mengalami BHS. Jadi, dokter mungkin melakukan tes darah untuk memeriksa anemia. Mengobati anemia dapat membantu mengurangi risiko BHS.
Tindakan Pencegahan Breath Holding Spell
Seiring bertambahnya usia dan perkembangan anak, BHS akan lebih mudah diatasi dan semakin jarang terjadi. Justru yang menjadi PR bagi Bunda adalah menemukan cara untuk mendisiplinkan anak tanpa memicu BHS.
Cobalah untuk tidak menyerah pada perilaku keras kepala anak atau ketika ia tantrum. Anak-anak membutuhkan batasan dan pedoman untuk membantu mereka tetap aman dan menyesuaikan diri secara emosional.
Dengan pengalaman, keberanian, dan bantuan dokter, Bunda dapat belajar mengatasi BHS sambil memberikan lingkungan yang aman dan terstruktur hingga anak dapat melewatinya.
Nah, itulah tadi ulasan lengkap seputar breath holding spell, mulai dari gejala, penyebab, cara mengatasinya, serta tindakan pencegahan yang dapat Bunda lakukan. Bunda sendiri punya pengalaman saat menghadapi BHS pada si kecil?
Artikel diupdate oleh: Titin Hatma
Baca juga:
8 Langkah Pertolongan Pertama Saat Anak Pingsan yang Wajib Orangtua Ketahui
11 Pertolongan Pertama Saat Anak Terluka yang Harus Dikuasai Orangtua
Anak sering terbangun histeris tengah malam? Ternyata ini penyebabnya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.