Sungguh miris, seorang bayi meninggal karena enterovirus. Perlu diketahui, enterovirus adalah sejenis virus yang mirip dengan HFMD (Hand Foot Mouth Disease) atau sering dikenal dengan virus flu singapura, dan sering menyerang anak-anak.
Akan tetapi, enterovirus bisa lebih berbahaya dari virus flu singapura, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Inilah yang dialami oleh Billie, bayi yang hanya bertahan hidup 11 hari.
Terkait dengan enterovirus ini, Parents memang harus lebih aware dengan kesehatan si kecil sejak ia dalam kandungan. Sebab, enterovirus ini bisa menularkan janin yang masih didalam kandungan. Kondisi ini pula yang terjadi kepada Billie.
9 Fakta dan Kronologi Mengenai Peristiwa Bayi Meninggal karena Enterovirus
Berikut ini 9 fakta mengenai enterovirus yang pada akhirnya merenggut nyawa Billie.
1. Billie Lahir Melalui Operasi Caesar Darurat
Si kecil Billie lahir pada usia minggu ke-39 secara darurat karena detak jantunya melemah. Meski demikian, ia lahir sebagai bayi yang cantik dan gemuk seperti sang kakak.
2. Suhu Tubuh Billie Rendah di Malam Pertama Kelahirannya
Pada malam pertama kelahirannya, suhu badan Billie rendah hingga ibunya selalu memeluknya sepanjang malam, ia juga terlihat kuning. Setelah tiga malam mendapatkan perawatan, dokter membolehkan Billie pulang. Namun, malam pertama kepulangannya ke rumah, Billie tidak tidur dengan nyenyak, ibunya pun mulai khawatir.
3. Awalnya Billie Didiagnosis Meningitis
Lima hari setelah kelahirannya, kondisi kesehatan Billie pun tidak ada perubahan, sehingga perawat yang membantu persalinannya mengunjunginya untuk melakukan pemeriksaan.
Bayi Billie harus dibawa kembali ke rumah sakit karena ia terlihat kurus dan sangat kuning. Setelah melakukan serangkaian test, dokter mengatakan bahwa Billie menderita meningitis dan ia ada potensi mengalami gangguan atau ketidakmampuan belajar di kehidupan mendatang.
4. Hari Keenam Kelahirannya, Billie Didiagnosis Enterovirus
Saat hari kelima kelahiran, dokter mendiagnosis Billie terkena meningitis. Namun, di hari keenam, ketika seluruh hasil pemeriksaannya keluar barulah enterovirus itu terdeteksi.
Enterovirus menginfeksi usus Billie, tetapi dokter menjelaskan kembali ada kemungkinan virus tersebut menyerang organ jantungnya, meski dalam kasus yang jarang.
5. Kondisi Billie Tak Kunjung Membaik
Ketika dokter mengatakan bahwa kemungkinan Billie akan sehat kembali, orangtuanya merasa senang dan kemungkinan dua hari mendatang bayi Billie bisa dibawa kembali pulang ke rumah. Namun pada kenyataannya, pagi hari menjelang kepulangannya, Billie tidak mau menyusu padahal beberapa hari sebelumnya ia masih mau menyusu dengan sangat baik.
Beberapa jam kemudian, Billie mau menyusu kembali, tetapi memuntahkan semua susu yang masuk ke dalam tubuhnya. Selang beberapa jam, situasi Billie memuntahkan susu yang diminumnya kembali terjadi. Pada akhirnya dokter pun menunda kepulangannya.
6. Kondisi Billie Mengalami Penurun di Hari ke-10 Kelahirannya
Setelah menjalani perawatan selama lima hari di rumah sakit, kondisi Billie mengalami penurunan di hari kesepuluh kelahirannya. Dokter pun memutuskan memasang selang nasogastrik.
Ketika perawat menghubungkan selang tersebut ke semua monitor, monitor tidak bisa membaca kondisi detak jantung Billie. Saat itu pula panggilan darurat dilakukan.
7. Billie Meninggal Dunia Tepat di Hari Ke-11 Kelahirannya
Kondisi Billie kian menurun dan pada akhirnya dokter yang mendampinginya pun memberitahu bahwa enterovirus yang menyerang Billie sudah merusak organ jantungnya dan Billie harus dipindahkan ke Melbourne.
Akan tetapi, para dokter yang menanganinya harus menstabilkan kondisi Billie terlebih dahulu. Billie pun diberikan tindakan kompresi jantung, hingga pada akhirnya Billie meninggal dunia pada pukul 02.00 dini hari, tepat di hari kesebelas kelahirannya.
8. Orangtua Billie Membuat Kampanye “All For Billie”
Akibat kematian Billie yang terkena enterovirus, orangtuanya sangat patah hati, terutama sang ibu. Hingga pada akhirnya sang ibu membuat kampanye “All For Billie” yang bertujuan mengumpulkan donasi sebanyak $30.000.
Donasi tersebut akan digunakan untuk mendanai sebuah penelitian enterovirus yang akan dilakukan oleh The Royal Melbourne Hospital Foundation di bawah pimpinan Associate Professor Bruce Thorley.
Proyek tersebut dibuat agar para orangtua di seluruh dunia memahami tentang infeksi dari enterovirus tersebut. Ibu Billie pun tidak ingin para orangtua mengalami patah hati yang sama seperti dirinya.
9. Ciri atau Gejala Enterovirus Menyerupai HFMD (Hand Foot Mouth Disease)
Gejala yang dialami oleh seseorang ketika mengalami enterovirus hamper mirip dengan gejalan HFMD atau yang sering dikenal dengan virus flu singapur. Ciri gejalanya adalah demam, batuk, pilek, ruam di kulit, sariawan atau lepuh di bagian mulut dan nyeri otot. Namun, pada kasus enterovirus ini akan menjadi parah ketika terjadi infeksi di organ jantung dan sumsum tulang belakang.
Itulah, 9 fakta mengenai kondisi Billie, bayi meninggal karena enterovirus. Semoga Parents bisa lebih hati-hati dengan berbagai penyakit yang dapat menyerang si kecil, ya!
Artikel ini disadur dari theAsianparent Singapore
Baca juga:
Hasil Penelitian: Minum Secangkir Kopi Sehari Dapat Tingkatkan Risiko Stillbirth
Kasus Stillbirth Melonjak Saat Pandemi, Penelitian Ini Ungkap Faktanya
Memulihkan Mental Ibu Pasca Kehilangan Buah Hati, Ini Saran Psikater
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.