Tidak hanya orang dewasa, anak khususnya remaja dan praremaja juga bisa menghadapi situasi punya teman yang toksik. Hanya saja mungkin dia belum memahami atau sulit mengungkapkannya.
Para orangtua mungkin bisa menyadari kehadiran seorang teman toksik yang memegang kendali atas mental anak mereka. Misalnya, ketika teman toksik itu menjauhinya, si anak justru murung.
Sebaliknya, ia akan kembali ceria kala mereka berteman kembali. Namun, teman toksiknya akan mengucapkan kata-kata atau perbuatan yang menyakitinya lagi.
Hal ini terus berulang sehingga anak kehilangan harga diri dan keberaniannya. Ini bisa menjadi dilema bagi orangtua, sebab tidak semudah itu meminta anak mengakhiri pertemanan dengan teman beracunnya.
Saat anak punya teman toksik, bagaimana sebaiknya sikap orangtua?
Waspadai Pertemanan Toksik Pada Anak
Sumber : unsplash
Mengutip Psychology Today, orang toksik umumnya memiliki sifat narsisme yang intens. Mereka pun hanya berfokus pada kesenangan diri sendiri dan seringkali bersifat manipulatif. Orang macam itu juga ahli menciptakan citra positif atas dirinya di hadapan guru, orangtua, maupun teman-temannya.
Namun, mereka benar-benar orang yang berbeda saat menjadi dirinya sendiri. Ia mendapatkan kepercayaan anak lain melalui manipulasi.
Begitu mendapatkan kepercayaan dari anak lain, ia akan mulai berbuat dan mengatakan hal yang menyakitkan demi keuntungannya sendiri. Hingga akhirnya, pelaku memegang kendali atas mental anak lain.
Contoh nyata, ketika teman beracun mengeluarkan seorang anak dari acara yang sebelumnya melibatkan anak tersebut dan kemudian sengaja memamerkannya di media sosial untuk menyakiti si anak.
Kemudian ketika korban mencoba bertanya mengapa dia dikeluarkan teman beracun justru akan menuduh anak itu “dramatis” atau “gila”. Lebih ekstrem teman beracun itu akan menyebarkan tuduhan di belakang anak dengan menarasikan anak yang menjadi korban sebagai “orang jahat.”
Dari sudut pandang seorang anak, berurusan dengan teman yang beracun mungkin tidak terlalu menakutkan daripada tidak memiliki teman.
Artikel terkait : Psikolog: Orangtua jangan fokus jadi ‘teman baik’ anak, bisa berdampak buruk!
Khawatir Anak Punya Teman Toksik, Lakukan Langkah Pencegahan Ini!
Sumber : unsplash
Orangtua memang tidak bisa mengatur dengan siapa saja anak mereka berteman. Namun, kita bisa mengarahkan anak untuk menghindari pertemanan toksik. Mengutip Raising Children, inilah beberapa hal yang bisa orang tua lakukan.
1.Bicara kepada Anak Tentang Pertemanan yang Sehat
Ajak anak berbicara tentang pertemanan yang sehat. Teman yang baik adalah mereka yang selalu menjaga, peduli, mengikutsertakan temannya dalam aktivitas, dan memperlakukan mereka dengan hormat. Hal ini bisa membantu anak memilah anak lain yang layak dijadikan teman.
2. Biarkan Anak Bergaul dengan Banyak Teman
Membantu mendorong anak untuk memiliki banyak teman dari berbagai tempat, seperti sekolah, klub olahraga atau sosial, teman keluarga dan tetangga, bisa membantu anak memiliki jaringan pertemanan yang luas. Akan lebih mudah baginya berpaling dari pertemanan toksik.
3. Kenali Pergaulan Mereka untuk Mencegah Anak Punya Teman Toksik
Mengenal teman-teman anak juga penting. Ini memberi kesempatan untuk diam-diam mengamati interaksi sosial anak dan memahami masalah yang mungkin muncul.
4. Ajak Anak Bercerita Tentang Pertemanannya
Cobalah berbicara dengan anak tentang apa yang mereka lakukan dengan teman-temannya. Dengarkan anak dan gunakan pertanyaan terbuka. Ketika Anda menjaga jalur komunikasi tetap terbuka agar anak leluasa berbicara masalah mereka.
5. Jadilah Panutan untuk mengindari Anak Punya Teman Toksik
Tunjukkan kepada anak bagaimana membentuk dan memelihara hubungan positif dengan teman, mitra bisnis, dan kolega. Anak akan belajar dari mengamati hubungan yang memiliki rasa hormat, empati, dan cara-cara positif untuk menyelesaikan konflik.
Artikel terkait : Bikin merinding! Anak ini sedang ngobrol dengan hantu atau teman khayalan?
Membantu Anak Keluar dari Pertemanan Toksik
Sumber : unsplash
Sebelum campur tangan, sebaiknya beri anak kesempatan untuk menyelesaikan sendiri masalah persahabatannya Ini dapat membantu anak mempelajari keterampilan mengatasi konflik. Namun bila terpaksa harus turun tangan, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Mengubah Pertemanan Beracun Jadi Pertemanan Sehat
Terdengar mustahil tetapi tidak ada salahnya dicoba. Saat anak tidak ingin mengakhiri pertemanan, bantulah mereka menemukan cara mengubahnya dengan menemukan akar permasalahannya.
Contohnya, Bila teman suka berkomentar negatif yang menyakitkan dorong anak untuk memberitahukan temannya bahwa dia tidak suka mendengarnya.
2. Minta Anak Mengakhiri Pertemanan Beracun
Jika anak siap mengakhiri persahabatan, bantu anak untuk mengungkapkannya kepada teman toksiknya. Contohnya:”Aku tidak bisa menjadi temanmu lagi kecuali kamu berhenti bergosip tentang ku,”
3. Bersiap-Siap dengan Serangan Teman Toksik
Saat anak mencoba mengakhiri pertemanannya, mempersulit hidup anak. Waspadai terhadap pelecehan, intimidasi, atau perundungan di dunia maya. Jika hal tersebut terjadi segera hubungi sekolah atau organisasi tempat bullying terjadi, dan dukung anak di rumah.
Artikel terkait : 7 Fakta di balik Mitos Seputar Teman Imajiner Anak
4. Dorong Anak untuk Menemukan Teman Baru
Setelah berhasil terlepas dari pertemanan yang beracun. Cari tahu tentang klub di sekolah seperti drama, olahraga , catur, dan sebagainya yang mungkin bisa anak ikuti. Di sana mungkin ia akan menemukan teman baru yang memiliki minat yang sama.
Itulah beberapa tindakan yang bisa dilakukan saat orang tua mendapati anak terjebak dalam pertemanan yang toksik. Jangan lupa untuk selalu mendukung mereka ya, Parents!
***
Baca juga :
Ini Alasan Jangan Paksa Anak Peluk/Cium Saudara atau Teman Anda
7 Tips Aman Anak Bertemu Teman di Masa Pandemi, Parents Perlu Tahu
Dokter anak ini klaim temukan penyebab autis pada anak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.