Konflik tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami konflik dalam kehidupan sosialnya. Konflik pada anak-anak umumnya sederhana dan mudah diselesaikan. Namun, hal ini akan berbeda bagi anak yang mengalami victim mentality.
Tanpa Parents sadari, seorang anak bisa saja terjangkit mindset victim mentality. Keadaan seperti ini tentu tidak ideal bagi perkembangan buah hati dan di dalam kehidupan sosialnya. Victim mentality atau kecenderungan mental korban adalah suatu kondisi ketika anak merasa dirinya selalu menjadi korban.
Hal ini merupakan masalah perilaku tidak sehat yang merusak. Anak yang memiliki masalah psikologis seperti ini akan kesulitan untuk memiliki hubungan pertemanan yang sehat di masa kanak-kanaknya, bahkan bisa sampai memengaruhi masa dewasanya.
Lantas bagaimana Parents mengetahui jika buah hati mengalami masalah psikologis satu ini? Berikut ini adalah beberapa ciri ketika anak mengalami victim mentality.
7 Ciri Victim Mentality pada Anak
1. Fokus pada Hal Negatif
Anak yang memiliki masalah victim mentality akan fokus pada hal negatif meskipun mengalami hal positif. Mengutip dari laman Verywell Family, jika anak mengalami sembilan hal baik dan satu hal buruk, anak dengan victim mentality hanya akan fokus pada hal yang negatif saja.
Ketika hal baik terjadi, anak akan melihat sisi negatifnya dan menganggap hal baik tersebut tidak akan terjadi kembali padanya. Fokus pada hal negatif akan membuat perasaan anak semakin buruk. Perilaku ini juga dapat mengakibatkan efek lain seperti anak menjadi tidak percaya diri dan tidak bersemangat.
2. Merasa Tidak Berdaya
Perasaan tidak bersemangat pada anak akan membuat daya juangnya menurun. Anak dengan kecenderungan mental korban akan berserah diri ketika mengalami kesulitan. Anak akan merasa usahanya adalah hal yang sia-sia dan tidak dapat memperbaiki keadaan.
Selain tidak mau berusaha sendiri, anak juga enggan meminta pertolongan dari orang lain. Hal ini tentu tidak baik untuk kegiatan sosial maupun akademisnya. Sebagai contoh, ketika anak mengalami kesulitan mengerjakan tugas dari guru, mereka akan diam saja dan tidak mencoba mencari tahu.
Anak akan berperilaku pasif dan membiarkan dirinya menjadi korban.
3. Menyalahkan Orang Lain
Ciri lain dari anak yang mengalami victim mentality yaitu suka menyalahkan orang lain. Anak cenderung akan menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang diperbuatnya sendiri. Dalam kasus yang berat, anak akan secara sengaja membuat orang lain melakukan tindakan negatif padanya untuk meyakinkan bahwa dia selalu menjadi korban.
Apabila dikombinasikan dengan karakter merasa tidak berdaya, anak dengan victim mentality yang mendapatkan kesulitan akan menyalahkan orang lain dan beralasan dia tidak mampu membela dirinya sendiri.
4. Mengasihani Diri Sendiri
Anak akan mengatakan kalimat seperti “tidak ada yang menyukaiku” atau “aku tidak akan bisa melakukan hal yang menyenangkan” adalah ciri berikutnya. Selain itu, anak akan merasa dirinya sebagai orang yang paling menderita tanpa melakukan usaha untuk memperbaiki kondisinya.
Anak dengan kecenderungan bermental korban melakukan hal ini untuk mendapatkan simpati dari orang di sekitarnya. Ia akan lebih banyak mengeluh daripada mencoba untuk memperbaiki situasinya.
5. Berprasangka Buruk
Rasa tidak percaya diri dan kurangnya semangat pada anak dengan victim mentality akan membuatnya berprasangka buruk pada hal yang belum terjadi. Sebagai contoh anak akan mengatakan bahwa dirinya akan gagal pada ujian atau kompetisi yang akan datang. Meskipun akan melakukan kegiatan yang menyenangkan, anak akan merasa hal buruk akan terjadi.
Perasaan negatif ini akan membuat anak memprediksi hal-hal yang tidak menyenangkan yang akan menimpanya. Anak tidak akan menikmati masa mudanya dan pada tahap serius akan menyebabkannya mengalami stres.
6. Melebih-lebihkan Keadaan
Ciri khas lain dari anak dengan kecenderungan mental korban adalah melebih-lebihkan keadaan. Contohnya ketika mendapat perlakuan buruk dari temannya sekali, anak akan mengatakan bahwa temannya selalu jahat padanya. Padahal kenyataannya temannya hanya melakukannya sekali, tidak selalu.
Anak akan membentuk persepsi tersendiri terhadap kejadian yang menimpanya. Bahkan ketika diluruskan sesuai kejadian sesungguhnya, anak akan merasa bahwa apa yang dia katakan lebih benar.
7. Kehilangan Kendali
Pada tahap serius anak akan meluapkan kemarahannya sebagai bentuk pertahanan diri. Anak dengan victim mentality akan menyalahkan orang lain untuk kemarahan yang dialaminya.
Sebagai contoh anak akan beralasan bahwa dia marah dan berteriak karena diganggu adiknya. Padahal adiknya hanya melakukan hal sepele atau bahkan tidak melakukan apa-apa.
Anak yang mengalami victim mentality harus ditangani dengan segera. Bila anak menunjukkan ciri di atas sebaiknya Parents segera mengambil tindakan agar anak tidak mengalami masalah lebih lanjut.
Parents bisa merespons setiap tindakan anak dengan lebih suportif. Parents juga bisa meyakinkan anak bahwa kondisinya baik-baik saja dan gagal adalah hal yang biasa. Bila kondisi victim mentality sudah mengganggu kehidupan sosial, sekolah, atau aktivitas anak, sebaiknya segera meminta bantuan pakar.
Sumber: verywell Family, Empowering Parents.
8 Tips Menghadapi Anak Moody yang Bisa Parents Lakukan
6 Merek Kolam Renang untuk Anak Portabel Terbaik di 2023
Manfaat Anak Suka Main Hujan dan Tipsnya Agar Tidak Sakit
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.