Kesal melihat anak marah? Emosi Bunda malah jadi ikut tersulut? Percayalah, menghadapi anak marah memang perlu memberikan respon yang tepat. Tidak mau, dong, kalau respon yang salah justru malah memberikan dampak buruk yang menghambat kecerdasan emosional anak?
Ya, menghadapi anak marah memang tidak mudah. Namun, seperti yang dikatakan Najelaa Shihab selaku psikolog keluarga sekaligus praktisi pendidikan yang menjelaskan bahwa marah merupakan emosi sangat wajar yang bisa dirasakan semua orang. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun bahkan perlu merasakan emosi marah.
Sebuah litelatur (Bhave & Shaini, 2009) menyebutkan bahwa rasa marah juga punya sisi positif karena bisa membantu seseorang mengatasi masalah dengan cara yang dapat diterima lingkungan dalam berbagai macam situasi.
Emosi marah yang diekspresikan dengan cara pantas bisa membantu kita mengekspresikan berbagai perasaan dengan cara yang dapat diterima lingkungan, membantu menyelesaikan masalah bahkan mampu memotivasi dalam mencapai tujuan.
Seperti yang dikatakan psikolog yang kerap disapa dengan panggilan Mbak Ela, Parents perlu melatih diri untuk bisa marah dengan cara yang baik termasuk memberikan respon tepat.
“Tapi saat anak sedang marah, orangtua harus bisa memberikan respon dengan tepat pada emosi anak. Bukan emosinya sediri, dengan begitu maka akan menjadi contoh yang bermakna seumur hidup anak,” tegas founder Keluarga Kita.
Dengan begitu harapannya, pelan-pelan anak pun bisa belajar untuk mengendalikan amarahnya dengan cara positif.
Baca juga : Parents, ini caranya mengendalikan emosi anak sesuai tahapan usia
Apa yang bisa Parents lakukan? Berikut 9 tips dari Najelaa Shihab, bagaimana cara menghadapi anak marah.
- Menghadapi anak marah, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mendengarkan dengan penuh perhatian. Lakukan kontak mata dan jangan lupa berikan sentuhan anak dengan lembut.
- Beri tanggapan dalan satu kata atau kalimat pendek, bukan nasihat panjang, agar anak bebas bereskpresi. Contohnya, Bunda bisa ucapkan, “Oh begitu….” atau “Hhhhmmm….”
- Berikan nama perasaan yang dialami anak, “Aku tahu rasanya nggak enak, ya. Seperti ada gunung meletus di dada yang rasanya nggak, ya?”
- Sebut tingkah laku anak, lalu kaitkan dengan emosinya. “Kenapa kamu menendang-nendang seperti itu? Karena kamu marah, ya?
- Beri anak waktu untuk bisa mengekspresikan emosinya. Tapi, harus tetap tegas untuk tidak melanggar kesepakatan bersama. “Kalau kesal, kemudian kamu nangis, nggak apa-apa kok. Tapi tetap tidak boleh merobek buku kakak atau merusak barang yang lainnya, ya.”
- Bila kita terbawa emosi, pisahkan diri dengan tenang. Katakan kita perlu waktu untuk tenangkan diri.
- Saat kita sudah tenang lakukan kontak fisik dengan anak. Misalnya, memeluknya.
- Bahas tingkah laku lainnya, yang bisa dilakukan saat ia mengalami emosi sama. “Kalau lagi kesal dari pada capek teriak-teriak, kamu bisa bilang, apa yang kamu nggak suka.
- Setelah marah reda, lakukan langkah menyelesaikan konflik bersama anak.
Gunakan kalimat ‘I Message’
Agar tidak ikut tersulut yang memubuat emosi menjadi meledak, salah sata cara menghadapi anak marah bisa dengan memberikan respon menggunakan kalimat ‘I Message‘.
Metode ini sendiri sebenarnya merupakan gaya atau teknik komunikasi yang berfokus pada perasaan daripada pemikiran pembicara kepada lawan bicaranya.
Konsep komunikasi dengan ‘I Message‘ ini dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Thomas Gordon pada tahun 1960-an. Bebeda dengan ‘You Message‘ yang cenderung menyerang lawan bicara, ‘I Message‘ justru bisa lebih mudah diterima.
Tanpa perlu lawan bicara, atau membuat anak merasa marah dan semakin disalahkan.
Kalimat pertama termasuk ke dalam ‘You Message‘, merupakan cara penyampaian yang cenderung menyerang lawan bicara dan memojokkan seseorang. Cara berkomunikasi ini tentunya tidak efektif dan akan merusak hubungan secara perlahan.
Untuk itulah, Parents perlu belajar bagaimana menghadapi anak marah dengan tepat. Setuju dan bisa dilakukan bukan?
Selain itu, jangan lupa untuk mengenalkan beragam emosi dan cara mengelolanya dengan benar. Ingat, children see, children do.
Seperti yang dikatakan Aristoteles, “Siapa pun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar sesuai, pada waktu tepat, demi tujuan benar, dan dengan cara yang baik, bukan hal mudah.”
Baca juga :
"Anakku, maafkan ayah yang sudah marah dan membentakmu…"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.