Sifat egois pada anak seringkali muncul pada usia 2 hingga 3 tahun. Biasanya, anak tidak ingin berbagi mainan atau makanannya dan menganggap semua adalah miliknya. Anak yang egois juga cenderung tidak bisa berempati dengan orang lain dan hanya memikirkan dirinya saja.
Memang anak yang masih kecil belum mengerti mana yang baik dan buruk. Oleh karena itu, tugas Parents sebagai orangtua adalah membimbingnya agar ia tahu apa yang boleh dilakukan dan yang tidak.
Dikutip dari Halodoc, sebenarnya ada penjelasan ilmiah mengapa anak di bawah usia 4 tahun cenderung bersikap egois. Menurut sebuah studi, seorang anak baru bisa memahami cara berempati atau menempatkan diri di posisi orang lain setelah menginjak usia 4 tahun.
Penelitian di Institut Max Planck untuk Kognitif Manusia dan Ilmu Otak (MPI CBS) di Leipzig dan Universitas Leiden menyatakan bahwa kesadaran sosial berasal dari pematangan koneksi serat kritis di otak, yang belum terjadi hingga usia anak 4 tahun.
Memang dengan sendirinya anak akan belajar bersosialisasi dengan baik seiring dengan bertambahnya usia, namun didikan dari orangtua juga tidak kalah penting untuk membentuk karakternya.
Jika sifat egois anak ini dibiarkan saja, anak bukannya tidak mungkin tumbuh menjadi orang dewasa yang egois dan tidak memikirkan orang lain.
Penyebab Anak Menjadi Egois
Selain memang disebabkan oleh tumbuh kembangnya, ada beberapa faktor eksternal yang dapat membentuk sifat egois anak. Kebanyakan berkaitan dengan pola pengasuhan anak. Contohnya adalah sebagai berikut,
- Sering dimanjakan oleh orang tua. Terkadang orangtua berpikir bahwa anak harus mendapatkan yang terbaik sehingga terlalu memanjakan anak.
- Rasa kesepian.
- Ketika anak marah atau kesal dan tidak ada yang memberi perhatian kepadanya, maka anak akan menutup diri dan mulai fokus hanya kepada dirinya sendiri, tanpa melibatkan orang lain.
- Anak cemburu kepada saudara kandungnya.
- Jika orangtua atau anggota keluarga lainnya ada yang memiliki sifat egois, anak mungkin akan meniru sifat tersebut.
- Orangtua tidak menetapkan batas-batas dan peraturan di dalam keluarga. Anak yang tidak disiplin biasanya egois.
Cara Mendidik Anak Agar Tidak Egois
Sebenarnya jika anak fokus kepada dirinya sendiri dan bagaimana agar ia bahagia adalah hal yang baik dan normal. Namun, jika berlebihan anak akan tumbuh menjadi sosok yang egois.
Bagaimana caranya untuk mendidik anak agar tidak egois? Peran Parents sebagai orangtuanya tentu sangat dibutuhkan. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dipraktekkan oleh Parents kepada si kecil.
1. Ajarkan anak mengenai konsep berbagi sedini mungkin
Berikan anak pemahaman bahwa berbagi itu menyenangkan. Contohnya, Parents bisa memberitahu anak bahwa dengan berbagi mainan, semua orang akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk bermain.
Si kecil juga akan mendapatkan kesempatan meminjam mainan milik temannya yang belum pernah ia punya atau mainkan sebelumnya. Konsep berbagi ini juga bisa dipraktikkan secara langsung ketika anak sedang bermain dengan teman atau saudara.
2. Ajarkan mengenai empati agar anak tidak egois
Apabila anak masih kecil, Parents bisa terlebih dahulu mengenalkan emosi kepadanya untuk mengajarkan empati kepada orang lain.
Orangtua bisa memberikan contoh emosi senang dan sedih seperti apa dari mimik wajah, gerakan, atau intonasi suara untuk membedakan kedua emosi tersebut.
Anda dapat bermain peran untuk membantu anak membayangkan emosi apa yang akan ia rasakan dalam sebuah situasi. Contohnya, Parents bisa bertanya kepada anak, “Jika mainanmu direbut, bagaimana perasaanmu?” atau “Jika temanmu mau berbagi denganmu, apakah kamu senang?”.
Hal ini akan membantu anak mengenal empati dan bagaimana orang lain juga memiliki perasaan sama seperti dirinya.
3. Berikan contoh kepada anak
Cara lain yang mudah untuk mengenalkan anak dengan empati adalah melalui ajaran agama. Untuk yang beragama Islam, Parents bisa menceritakan kisah Nabi yang penuh dengan suri tauladan untuknya.
Orangtua dapat menunjukkan contoh-contoh sikap yang terpuji dan juga tercela dari cerita yang dibacakan dan bagaimana anak dapat meneladani hal-hal baik tersebut.
Anak juga bisa belajar mengenai bersedekah dan bagaimana sedikit bantuan yang diberikan oleh anak dapat membantu orang lain.
Selain itu, mengajak anak untuk belajar bersyukur dapat mengatasi sifat egois. Anak yang lebih besar bisa diajak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang akan menumbuhkan empatinya dengan lebih baik karena sudah mengetahui keadaan di lapangan.
Anda sendiri sebagai orangtua juga harus menunjukkan sifat-sifat yang baik agar bisa menjadi contoh untuk anak. Beritahu anak untuk selalu menghormati orang lain, baik itu orang yang lebih tua, teman sebaya, ataupun yang lebih muda.
4. Disiplinkan anak
Anak yang tidak mau menuruti peraturan cenderung akan tumbuh menjadi egois. Oleh karena itu, orangtua memegang peran penting dalam mendisiplinkan anak. Tidak perlu menggunakan kekerasan, cukup dengan tegas dan berpegang teguh pada peraturan.
Tunjukkan kepada anak bahwa sifat egois adalah sifat yang tidak baik dan beritahu mengapa anak tidak boleh egois. Buat anak paham konsekuensi atas perbuatannya. Misalnya jika anak egois, tidak ada yang mau bermain dengannya.
Jika anak tantrum, Parents harus memastikan agar anak mengerti bahwa ia tidak akan selalu mendapatkan apa yang ia mau, terutama jika ia menangis atau merengek.
Tidak perlu buru-buru untuk menolak atau mengatakan tidak boleh kepada anak, namun cobalah ajak anak berdiskusi untuk menemukan solusi yang menguntungkan bagi orangtua dan juga anak.
Beritahu juga anggota keluarga lain untuk menaati peraturan yang sama dan tidak memberikan kelonggaran kepada anak tanpa seijin orang tua.
Anak juga perlu diberi tanggung jawab sesuai dengan usianya agar ia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tidak egois.
Berikan tugas-tugas kecil seperti membereskan kamar, merapikan tempat bermain, dan sebagainya. Jadikan tugas tersebut sebagai rutinitas yang harus dijalani setiap harinya.
5. Berikan pujian atau reward
Ketika anak sudah mau berbagi kepada orang lain, berikanlah pujian atas perbuatannya tersebut. Jelaskan bahwa perbuatan itu baik dan bagaimana perbuatan tersebut dapat membuat orang lain senang.
Anak yang mendapatkan pujian akan termotivasi untuk terus melakukan hal yang sama dan saudaranya juga akan mendapatkan pesan yang sama.
Orangtua juga harus mengetahui bahwa perkembangan karakter sama baiknya dengan perkembangan akademis anak di sekolah, sehingga tidak ada salahnya memberikan reward apabila anak menunjukkan sifat-sifat terpuji dalam kesehariannya.
Sifat egois pada anak terkadang juga disebabkan oleh kemarahan yang berlebihan dan sulitnya untuk mengontrol diri karena usia yang juga masih muda.
Perlu diingat bahwa membuat anak tumbuh menjadi sosok dengan empati yang tinggi adalah proses yang panjang. Dibutuhkan banyak latihan agar anak tidak egois dan dapat menjadi dewasa dengan bijak. Kunci utamanya adalah sabar dan Parents harus berusaha untuk memahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh anak.
Sumber: Parenting.firstcry.com, Imom.com, Halodoc
Baca juga:
Tips Menanamkan Empati Pada Anak Sejak Usia Dini, Catat Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.