Memiliki anak dengan victim mentality tentu membuat Parents harus waspada sejak dini, serta perlu mengtahui cara untuk mengatasi hal tersebut. Meski terkesan sepele, kondisi mental seperti ini bisa saja mengganggu anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.
Patut diketahui, victim mentality atau kecenderungan mental korban adalah suatu kondisi ketika anak merasa dirinya selalu menjadi korban. Anak yang dengan masalah psikologis seperti ini akan sulit memiliki hubungan pertemanan yang sehat di masa kanak-kanaknya, bahkan bisa berpengaruh hingga dewasa.
Oleh karena itu, simak di sini beberapa cara yang bisa Parents lakukan untuk mengatasi victim mentality pada anak.
Tips Mengatasi Victim Mentality pada Anak
Kekecewaan dalam hidup adalah sebuah keniscayaan yang pasti akan terjadi. Oleh karenanya, anak perlu memahami bahwa kegagalan dalam hidupnya bukanlah salah orang lain atau salah dari lingkungan yang tidak menguntungkan.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Parents lakukan untuk mengatasi victim mentality pada anak.
1. Diskusikan dan Duduk Berdua dengan Anak
Untuk bisa mengatasi victim mentality pada anak, Parents perlu membicarakan hal ini dengan sikap terbuka. Fokus pada satu perubahan yang ingin Parents wujudkan pada anak. Misalnya, ia sewenang-wenang melalaikan tugasnya dan kerap melebih-lebihkan keadaan daripada yang sebenarnya.
Hal yang bisa Parents lakukan adalah memberi pemahaman pada anak tentang hak dan kewajibannya di rumah. Jika ia melalaikan kewajibannya di rumah, Parents berhak untuk mencabut salah satu hak atas kenyamanan yang biasa didapatkan di rumah.
Dengan cara seperti ini, buat hati memahami adanya realitas kehidupan tentang adanya campur tangan dari tindakan dirinya atas setiap kondisi yang tidak menguntungkan.
2. Mengatasi Victim Mentality dengan Buat Ritual untuk Bersyukur Setiap Hari
Rasa syukur yang Parents tanamkan ke dalam pola pikir buah hati bisa mencegah victim mentality yang ia miliki. Perilaku yang sering mengasihani diri sendiri dan kerap menyalahkan orang lain bisa berkurang dengan memiliki rasa syukur di dalam hati.
Bahkan, ketika menghadapi keadaan yang sulit, rasa syukur akan membantu buah hati untuk melewati itu semua dengan cara yang baik. Ritual bersyukur bisa diwujudkan dengan melakukan hal sederhana setiap harinya, misalnya dengan:
- Meluangkan waktu bersama buah hati untuk memikirkan hal baik yang terjadi hari ini
- Membuat jurnal terima kasih yang ditulis setiap menjelang waktu tidur
- Saat makan makan, minta buah hati untuk menyebutkan peristiwa terbaik yang terjadi hari ini
- Membuat papan buletin bersama yang isinya tentang hal yang akan membuat bersyukur setiap harinya
3. Ajari Anak untuk Mengatasi Emosi yang Tidak Nyaman dengan Kekuatannya Sendiri
Emosi yang tidak nyaman, seperti kecewa, sedih, atau marah kadang membuat anak kecil bersikap berlebihan. Maka dari itu, Parents perlu menjadi teladan yang baik untuk bisa memberi pemahaman pada mereka bahwa segala bentuk emosi negatif adalah hal wajar yang bisa disikapi juga dengan kewajaran.
Buah hati perlu memahami bahwasanya ada cara yang sehat untuk bisa melampiaskan emosi negatif dengan cara yang patut secara sosial. Apresiasi buah hati ketika mereka berhasil mengungkapkan emosi negatif dengan baik pada orangtuanya.
Seorang anak yang sudah memiliki kepercayaan diri untuk mengendalikan dan mengenali jenis emosinya sendiri bisa menghadapi hal yang kurang membuatnya nyaman dengan cara yang baik.
4. Melihat Realitas dengan Banyak Membantu Orang Lain
Bagi anak-anak, masalah yang mereka hadapi setiap hari, seperti nilai yang buruk dan bertengkar dengan teman adalah masalah besar yang terasa seperti bencana. Parents bisa menghilangkan perasaan atau mindset anak-anak yang seperti ini dengan membantu orang lain yang sedang menghadapi kesulitan.
Bawa mereka ke tempat pengungsian atau ke tempat orang yang terkena bencana kebakaran. Ajak anak untuk menyisihkan uang jajannya dan barang yang mereka miliki untuk bisa membantu orang lain.
Jika umur buah hati sudah mencukupi, ajak mereka untuk terlibat dengan kegiatan layanan masyarakat sehingga ia bisa memahami perannya untuk bisa membantu permasalahan di sekitar lingkungannya.
5. Tanamkan Mindset Problem Solving kepada Karakter Buah Hati
Memiliki keterampilan problem solving akan sangat berguna bagi buah hati untuk bisa memecahkan masalah yang ada di dalam rutinitas sehari-harinya. Misalnya, ketika ia sedang menghadapi masalah nilai yang buruk di sekolah, ia tidak akan mudah menyerah jika memiliki keterampilan problem solving.
Ia tidak akan menilai dirinya sebagai seseorang yang bodoh dengan cepat dan mulai mencari tahu apa penyebab dirinya mendapatkan nilai yang buruk di sekolah.
Keterampilan ini sungguh sangatlah bagus jika bisa dimiliki buah hati sedari kecil. Dengan begitu, ia bisa paham, bahwa dirinya memiliki andil dan peran yang sangat besar untuk bisa memecahkan masalahnya dengan kekuatannya sendiri.
Demikianlah 5 tips mengatasi victim mentality dalam diri si kecil. Semoga bermanfaat, Parents.
Baca Juga:
id.theasianparent.com/tips-menghadapi-anak-moody/
Dongeng Kancil dan Siput, Mengajarkan Anak Agar Tidak Sombong
6 Merek Kolam Renang untuk Anak Portabel Terbaik di 2023
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.