X
TAP top app download banner
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan Produk
Keranjang
Masuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Cari nama bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Parenting
    • Keluarga
    • Doa Islami
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP

Psikolog anak: Orangtua jangan fokus kembangkan IQ saja, EQ juga penting!

Bacaan 5 menit
Psikolog anak: Orangtua jangan fokus kembangkan IQ saja, EQ juga penting!

Jangan hanya mengasah keterampilan intelektual (IQ) anak, asah pula keterampilan emosional (EQ) seperti rasa empati dan simpatinya.

Siapa yang menyangka bila setiap bayi yang baru dilahirkan telah memiliki rasa empati dan simpati terhadap orang lain.

Hal ini bisa terlihat dari kericuhan yang sering terjadi di rumah sakit, di mana bayi yang menangis akan memicu bayi lainnya untuk ikut menangis. Bisa juga dari kebiasaan bayi memasukan tangan ke dalam mulut.

Hal inilah yang dijelaskan oleh Psikolog Anak Roslina Verauli, M.Psi, Psi, saat ditemui dalam acara BebeLand di Summarecon Mall Bekasi, Jawa Barat, Minggu (8/9).

“Kebiasaan itu sebenarnya bukan semata-mata hanya karena bayi merasa lapar saja loh. Bisa juga karena saat itu bayi merasa kedua orangtuanya cemas sehingga dia ikut merasa cemas dan butuh ketenangan,” ungkapnya.

Rasa empati dan simpati pada bayi

empati dan simpati

Psikolog Anak Roslina Verauli, M.Psi, Psi dalam acara BebeLand di Summarecon Mall Bekasi, Jawa Barat, Minggu (8/9).

Roslina Verauli menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ), seperti rasa empati dan simpati.

Namun sayangnya, banyak orangtua yang hanya fokus mengembangkan IQ sang anak dan melupakan EQ sang anak. Padahal, agar tumbuh kembang anak bisa maksimal, anak tentu saja membutuhkan stimulasi yang tepat dan seimbang antara IQ dan EQ.

Dengan mengasah kemampuan EQ seperti rasa empati dan simpati, anak akan mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dan berusaha untuk menyelesaikan masalah dari sudut pandang orang lain. Hal ini secara tidak langsung juga bisa membuat anak berpikir dan mengembangkan kemampuan IQ-nya.

“Mengembangkan rasa peduli membuat Si Kecil memiliki perilaku prososial, yaitu perilaku yang membantu orang lain tanpa pamrih. Hal inilah yang perlu diasah sejak dini seiring dengan kemampuan daya pikir Si Kecil, agar dia mampu menyikapi sebuah permasalahan dan solusi yang tepat penuh empati,” jelasnya.

Lebih lanjut, Roslina Verauli mengungkapkan bahwa orangtua bisa mengasah kedua hal ini sejak dini sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Dimulai dari usia 1-2 tahun, 3-4 tahun, 5-6 tahun, hingga usia 7 tahun ke atas.

“Pada usia 1-2 misalnya, anak masih sangat terikat dengan ibunya. Di sini ibu bisa mengajak anak bermain cilukba dengan berbagai ekspresi wajah. Dengan begitu anak akan tahu bahwa sang ibu mengalami perubahan emosi.

Lalu, saat usia 3-4 tahun anak mulai bisa melakukan aksi nyata. Jadi ajak anak untuk membantu atau menolong orang lain. Usia 5-6 tahun libatkan anak dalam ‘emotional talk’ di mana mereka bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan dan berikan pujian dan penghargaan untuk setiap hal baik yang mereka lakukan,” jelasnya.

Memahami rasa empati dan simpati

Rasa empati dan simpati merupakan kedua hal yang berbeda. Simpati ialah rasa peduli atau merasa iba dengan kondisi orang lain. Sedangkan empati ialah rasa yang muncul ketika seserang merasakan apa yang orang lain rasakan.

Ini adalah keterampilan yang sangat kompleks untuk dikembangkan. Namun sangat mungkin untuk dilatih, bahkan oleh anak-anak.

Bila anak-anak mampu berempati, maka ia mampu:

  • Memahami bahwa ia adalah individu yang terpisah dari orang lain
  • Memahami bahwa orang lain mungkin memiliki perasaan dan pemikiran yang berbeda dari dirinya
  • Mengakui perasaan umum yang dialami oleh kebanyakan orang, seperti rasa sedih, bahagia, terkejut, marah, dan lain sebagainya
  • Mampu melihat situasi tertetu dan membayangkan bagaimana rasanya. Bahkan mencari jalan keluar untuk solusi masalah orang lain
  • Membayangkan respons apa yang cocok atau menghibur dalam situasi khusus itu

Memahami dan menunjukan empati ialah hasil dari berbagai keterampilan sosial emosional yang berkembang di tahun-tahun pertama kehidupan anak.

Selain penjelasan Roslina Verauli di atas, kami juga memiliki beberapa cara lainnya untuk mengasah rasa empati pada anak

a. Berempati pada anak

empati dan simpati 1

Artikel terkait : Tips Parenting: Pentingnya Menanamkan Empati Pada Anak Sejak Usia Dini

Bila Anda ingin anak memiliki rasa empati. Maka cara pertama yang bisa Anda lakukan ialah dengan berempati padanya.

Misalnya, ketika anak takut pada anjing. Anda dapat mengatakan bahwa dia tak perlu takut karena Anda akan menjaganya.

“Apakah kamu takut pada anjing itu? Anjing itu baik kok, dia hanya mengonggong sangat keras dan itu memang menakutkan. Tidak apa-apa, Bunda akan memelukmu sampai dia lewat,”

b. Bicarakan perasaan Anda

Tidak ada salahnya bila Anda membicarakan perasaan Anda padanya. Katakan ketika Anda merasa sedih karena dia tidak mau makan atau ketika dia jatuh dari kasur.

c. Jadilah panutan

Ingatlah bahwa anak adalah peniru yang ulung. Dia akan meniru Anda ketika Anda berempati pada orang lain. Untuk itu, jadilah panutan yang baik untuknya.

d. Gunakan kata ‘Aku’

empati dan simpati 3

Jenis komunikasi ini bisa membuatnya merasakan hal yang sama. Misalnya dengan mengatakan ‘Aku tidak suka ketika kamu memukul aku. Itu menyakitkan,’

Cerita mitra kami
Anak Nyaman Bergerak dengan Popok Inovasi Baru, MIUBaby Resmi Luncurkan Ukuran Jumbo di MB Fair 2025!
Anak Nyaman Bergerak dengan Popok Inovasi Baru, MIUBaby Resmi Luncurkan Ukuran Jumbo di MB Fair 2025!
Tahap Perkembangan Anak 1 Tahun yang Perlu Parents Tahu, Cek!
Tahap Perkembangan Anak 1 Tahun yang Perlu Parents Tahu, Cek!
Cara Memilih Sabun Cuci Botol Bayi yang Aman
Cara Memilih Sabun Cuci Botol Bayi yang Aman
13 Perlengkapan Esensial Bayi Baru Lahir yang Anti Mubazir, Catat, Aybun!
13 Perlengkapan Esensial Bayi Baru Lahir yang Anti Mubazir, Catat, Aybun!

e. Validasi emosi anak

Tak dapat dipungkiri, terkadang ketika anak sedih, marah, atau kecewa, kita buru-buru mencoba memperbaikinya. Padahal anak perlu memahami rasa itu dan mengelolanya.

Anak perlu merasa senang, sedih, marah, atau kecewa. Biarkan anak merasakan semua perasaan itu.

Tugas Anda hanyalah untuk membantunya mengetahui apa yang sedang ia rasakan. Ketika dia marah, katakan bahwa dia marah. Ketika dia sedih, katakan bahwa dia sedih.

f. Berikan anak kesempatan untuk melakukan aksi nyata

empati dan simpati 2

Anak-anak telah dibekali rasa empati dan simpati sejak lahir. Namun mereka tidak tahu bagaimana cara untuk mengungkapkannya.

Untuk itu, berikan dia kesempatan melakukan aksi nyata untuk mengungkapkannya. Misalnya dengan mengajak anak mendonasikan mainannya pada anak lain yang membutuhkan atau membantu kakek nenek di panti jompo untuk makan siang.

g. Sabar

Mengembangkan rasa empati pada anak pasti membutuhkan waktu. Ingatlah bahwa empati adalah keterampilan yang kompleks dan akan terus berkembang sepanjang hidup.

Jadi Anda hanya perlu bersabar saat mengasahnya.

TAP ID APP BANNER NEW (6)

Referensi: Zero to Three

Baca juga :

Empati Menjadikan Anak Sukses Di Masa Depan

 

 

 

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Fadhila Auliya Widia Putri

Diedit oleh:

Adisty Titania

  • Halaman Depan
  • /
  • Bayi
  • /
  • Psikolog anak: Orangtua jangan fokus kembangkan IQ saja, EQ juga penting!
Bagikan:
  • Mengenal Tracheosophageal Fistula, Salah Satu Kondisi Cacat Lahir pada Bayi

    Mengenal Tracheosophageal Fistula, Salah Satu Kondisi Cacat Lahir pada Bayi

  • 650 Nama Anak Laki-Laki Modern yang Keren, Huruf A sampai Z!

    650 Nama Anak Laki-Laki Modern yang Keren, Huruf A sampai Z!

  • Penjaga Surga, Ini Arti Nama Ridwan dalam Islam dan Rangkaiannya

    Penjaga Surga, Ini Arti Nama Ridwan dalam Islam dan Rangkaiannya

  • Mengenal Tracheosophageal Fistula, Salah Satu Kondisi Cacat Lahir pada Bayi

    Mengenal Tracheosophageal Fistula, Salah Satu Kondisi Cacat Lahir pada Bayi

  • 650 Nama Anak Laki-Laki Modern yang Keren, Huruf A sampai Z!

    650 Nama Anak Laki-Laki Modern yang Keren, Huruf A sampai Z!

  • Penjaga Surga, Ini Arti Nama Ridwan dalam Islam dan Rangkaiannya

    Penjaga Surga, Ini Arti Nama Ridwan dalam Islam dan Rangkaiannya

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Gaya Hidup
  • Home
  • TAP Komuniti
  • Beriklan Dengan Kami
  • Hubungi Kami
  • Jadilah Kontributor Kami
  • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Vietnam flag Vietnam
© Copyright theAsianparent 2025. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti