Usia Kehamilan Sudah Lewat HPL, Apa yang Harus Dilakukan?
Sudah lewat HPL tapi belum ada tanda melahirkan? Simak penjelasan berikut ini, Bun!
Di akhir trimester kehamilan, sebagian ibu hamil pasti senang bercampur deg-degan saat menanti kontraksi sebagai tanda si buah hati akan hadir ke dunia. Namun sayangnya, tidak sedikit Bunda dengan usia kehamilan sudah lewat HPL dan bayi masuk panggul tapi belum kunjung kontraksi.
Ada banyak penyebab dan faktor risiko yang memicu kondisi tersebut, Bun. Apa saja itu? Bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak informasi berikut ini!
Artikel terkait: 9 Pemeriksaan untuk Bunda dan Janin Saat Trimester Ketiga, Jangan Sampai Terlewat!
Daftar isi
Apa Artinya Kehamilan Sudah Lewat HPL?
Kehamilan melewati HPL adalah ketika Bunda melahirkan lebih dari 41 minggu. Disebut juga dengan istilah post-term, kehamilan berkepanjangan atau lahir terlambat.
Sementara itu, apabila Bunda melahirkan di 40 minggu, itu dinamakan kehamilan aterm atau kehamilan penuh. Sedangkan ketika bayi lahir sebelum 37 minggu, itu dinamakan kelahiran prematur.
Apa Penyebab Sudah Lewat HPL dan Bayi Masuk Panggul tapi Belum Kontraksi?
Adapun kelahiran melewati HPL yang ini juga disebabkan oleh berbagai hal. Beberapa di antaranya adalah:
1. Genetik
Studi dari Institute for Quality and Efficiency in Health Care pada 2006 menunjukkan alasan mengapa bayi terlambat lahir biasanya tidak diketahui. Namun terkadang, ini disebabkan oleh predisposisi genetik (keturunan).
Perempuan yang sudah memiliki bayi yang datang lebih lambat dari hari perkiraan lahir mereka lebih mungkin untuk memiliki bayi yang terlambat di kehamilan berikutnya.
2. Kehamilan pertama
Karena belum pernah melahirkan, rahim dan leher rahim (serviks) Bunda mungkin belum siap untuk menerima dorongan bayi untuk keluar dari perut.
Akibatnya, tak jarang ibu hamil anak pertama yang sudah lewat HPL, bayi masuk panggul, tapi belum kontraksi.
3. Usia
Bunda yang hamil di atas usia 35 tahun lebih sering mengalami postmatur atau kehamilan lewat HPL.
4. Obesitas
Beberapa ahli mencatat, ibu hamil yang kelebihan berat badan dapat gagal merespons sinyal dalam tubuh yang memicu kontraksi persalinan.
Hal ini menjelaskan mengapa mereka memiliki tingkat persalinan induksi yang lebih tinggi dan mengalami keterlambatan melahirkan.
5. Kesalahan Menghitung HPL
Terkadang, penyebab Bunda belum mengalami kontraksi meski sudah melewati HPL dikarenakan oleh adanya kesalahan dalam perhitungan HPL itu sendiri.
Selain itu, beberapa kemungkinan lainnya yang menyebabkan kelahiran telat adalah:
- Bunda memiliki riwayat melahirkan melewati batas HPL sebelumnya.
- Belum pernah mengalami terlambat melahirkan, tetapi ada anggota keluarga yang pernah.
- Meski jarang terjadi, keterlambatan melahirkan juga bisa disebabkan oleh adanya komplikasi kehamilan atau adanya masalah pada plasenta bayi.
Bagaimana Cara Hitung HPL?
Hari Perkiraan Lahir atau (HPL) adalah perkiraan tanggal kelahiran yang dihitung dari HPHT atau Hari Pertama Haid Terakhir serta melalui pemeriksaan USG.
Sesuai dengan istilahnya, ‘perkiraan’, tanggal ini sebenarnya hanya prediksi dan tidak bersifat mutlak. Artinya, si Kecil bisa saja lahir di luar tanggal perkiraan tersebut, kok, Bun.
Sebagian besar kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu (atau 38 minggu sejak pembuahan). Jadi biasanya, cara terbaik untuk memperkirakan HPL adalah dengan menghitung 40 minggu atau 280 hari, dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
Cara lain untuk menghitung HPL, yaitu Bunda juga bisa mengurangi tiga bulan dari HPHT dan menambahkan tujuh hari, kemudian menambahkan satu tahun.
Misalnya, HPHT Bunda adalah 1 Januari 2022. Jika dikurangi 3 bulan, menjadi 1 September 2021. Kemudian ditambah 7 hari, 8 September 2021. Lalu, ditambah 1 tahun, menjadi 8 September 2022.
Maka, berdasarkan hitungan tersebut, hari perkiraan lahir Bunda adalah tanggal 8 September 2022.
Dampak Kelahiran Lewat HPL pada Janin
Meski umumnya kelahiran lewat HPL bisa jadi karena salah perhitungan, tetapi beberapa kondisi ini juga bisa berisiko pada bayi. Terutama, apabila Bunda belum juga melahirkan ketika usia kehamilan sudah melebihi 42 minggu (post-term).
Penelitian menunjukkan, bayi mungkin berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, termasuk:
1. Makrosomia Janin
Kondisi ini terjadi ketika ukuran tubuh bayi menjadi jauh lebih besar dari rata-rata saat lahir.
Akibatnya, dapat meningkatkan risiko operasi caesar atau bahu tersangkut di belakang tulang panggul Bunda selama persalinan pervaginam (distosia bahu)
2. Sindrom Pascamaturitas
Hal lain yang dikhawatirkan adalah terjadinya sindrom pascamaturitas yang disebabkan oleh buang air besar pertama bayi (mekonium).
Nah, mekonium ini dapat mengakibatkan berkurangnya lemak di bawah kulit, tidak adanya lapisan berminyak (vernix caseosa), berkurangnya rambut lembut dan bulu halus (lanugo). Ini juga bisa mengakibatkan cairan ketuban keruh yang bisa berisiko pada kesehatan janin.
3. Oligohidramnion
Kehamilan lewat HPL juga bisa mengakibatkan cairan ketuban rendah (oligohidramnion), yang dapat memengaruhi detak jantung bayi dan menekan tali pusat selama kontraksi.
4. Detak jantung janin rendah
Detak jantung janin melambat sehingga berisiko mengalami fase gawat janin.
5. Bayi lahir mati
Mengalami stillbirth atau bayi meninggal dalam kandungan, pun bayi meninggal sesaat setelah melahirkan bisa disebabkan oleh kehamilan lewat HPL.
Pada ibu hamil sendiri, keterlambatan lahir juga bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi persalinan seperti:
- Robekan vagina yang parah
- Infeksi
- Perdarahan postpartum.
Artikel terkait: 5 Cara Pintar Belanja Keperluan Bayi Agar Keuangan Tetap Aman
Hal yang Bisa Dilakukan Ketika Sudah Lewat HPL Bayi Masuk Panggul tapi Belum Kontraksi
1. Konsultasi dengan Dokter Saat Usia Kehamilan Lewat HPL
Hal pertama yang perlu dilakukan ketika Bunda belum juga melahirkan padahal HPL sudah lewat adalah berkonsultasi dengan dokter kandungan.
Biasanya, jika kondisi kehamilan dan kesehatan Bunda tidak ada masalah sama sekali, dokter akan menyarankan untuk menunggu sampai waktu melahirkan tiba. Atau, opsi lainnya juga dengan melakukan induksi persalinan untuk memancing kelahiran bayi.
Ada pula beberapa tindakan yang disarankan ketika bayi mengalami keterlambatan lahir, yakni:
- Jika ada indikasi Oligohidramnion (air ketuban sedikit), melahirkan harus segera dilakukan.
- Obat prostaglandin dapat diberikan untuk memancing leher rahim dan menginduksi persalinan.
- Kelahiran segera dengan induksi juga bisa saja direkomendasikan meski kondisi serviks ibu sehat dan tidak ada komplikasi.
2. Melakukan Berbagai Tes
Saat berkonsultasi, ada juga beragam tes yang biasanya bumil lakukan saat kehamilan sudah melewati HPL. Ini dilakukan untuk mengetahui kondisi janin di dalam kandungan seperti:
- Tes detak jantung bayi melalui monitor.
- Melakukan tes serviks untuk melihat apakah sudah ada pembukaan atau belum.
- Pemeriksaan USG.
- Memeriksa cairan ketuban.
Artikel Terkait: 7 Tanda Air Ketuban Rembes Sebelum Waktu Bersalin, Apakah Berbahaya?
3. Tetap Tenang saat Usia Kehamilan Lewat HPL
Kehamilan lewat HPL mungkin membuat bumil khawatir. Cemas akan hal tersebut memang wajar, Bun, tetapi jika kecemasan berkepanjangan apalagi berkembang menjadi stres, hal itu tentunya juga tidak baik untuk kesehatan Anda dan janin.
Cobalah untuk menghindari terlalu sering membaca media sosial atau mendengarkan omongan orang lain terkait kehamilan dan persalinan. Meski sulit, tetapi cobalah untuk tetap tenang dan berpikir positif. Nikmati waktu di detik-detik terakhir kehamilan dan ikuti instruksi dokter.
Selagi dokter berkata bahwa kondisi Bunda dan bayi baik-baik saja, maka Bunda tak perlu panik dan berusaha tenang menunggu. Jangan sampai hal ini malah menjadi beban pikiran dan akhirnya memengaruhi kesehatan, ya.
4. Lakukan Induksi Alami
Selagi menunggu persalinan tiba, tidak ada salahnya juga Bunda melakukan ikhtiar berupa mencoba induksi alami agar si kecil cepat lahir. Cobalah aktif bergerak seperti jalan-jalan di halaman untuk memancing kontraksi.
Bunda juga bisa melakukan induksi alami dengan berhubungan seks bersama pasangan. Aktivitas seksual dinilai bisa melepaskan hormon oksitosin yang juga dapat merangsang kontraksi rahim, lho, Bun.
Di trimester ketiga, berhubungan seks umumnya aman dilakukan. Meski begitu, kalau ketuban sudah pecah, maka Bunda tidak disarankan untuk berhubungan seks.
Begitu pula jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter apabila ingin mencoba induksi alami ini.
Artikel terkait: 6 Keluhan Ibu Hamil Saat Usia Kandungan 9 Bulan dan Tips Mengatasinya
Itulah beberapa penyebab, risiko, dan hal yang bisa Bunda lakukan apabila usia kehamilan sudah lewat HPL dan bayi masuk panggul tapi belum kontraksi.
Senantiasa untuk jaga kesehatan Bunda selama menanti si kecil lahir, ya. Ikuti instruksi dari dokter dan tetaplah tenang agar persalinan lancar dan sehat nantinya.
Artikel telah diupdate oleh: Nikita Ferdiaz
***
What to Do When Baby Is Overdue
https://www.webmd.com/baby/what-do-baby-overdue
Overdue pregnancy: What to do when baby’s overdue
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/overdue-pregnancy/art-20048287
Pregnancy and birth: When your baby’s due date has passed
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279571
40 Weeks Pregnant With No Sign of Labor: What to Do When You’re Overdue
https://www.parents.com/pregnancy/giving-birth/preparing-for-labor/when-youre-overdue/
Baca juga:
6 Manfaat Konsumsi Kacang Hijau saat Trimester Ketiga, Baik untuk Bunda dan Janin
Mengenal Mucus Plug, Sumbat Lendir yang Berperan Penting bagi Bumil