Terapi hormon estrogen adalah pengobatan yang dilakukan pada perempuan untuk mengurangi gejala menopause dan gangguan akibat kekurangan hormon ini.
Secara alami, perempuan lebih sering mengalami fluktuasi hormon ketimbang pria. Hal ini memang disebabkan beberbagai hal, salah satunya dikarenakan pubertas.
Selain itu, perempuan juga mengalami menstruasi, hamil, menyusui, perimenopause, dan menopause.
Nah, salah satu jenis hormon yang berperan penting dalam fase-fase yang dialami perempuan ini adalah estrogen.
Estrogen merupakan istilah untuk sekelompok hormon (yakni estron, estradiol, dan estriol) yang berperan penting dalam perkembangan karakteristik seksual perempuan dan proses reproduksinya, termasuk siklus menstruasi.
Sebenarnya estrogen juga dimiliki oleh pria, namun dalam jumlah yang jauh lebih sedikit daripada perempuan.
Artikel Terkait: 6 Fakta Hormon Estrogen, Bukan Sekadar Hormon Seks Perempuan
Manfaat Hormon Estrogen
Pada perempuan, hormon estrogen utamanya dihasilkan oleh ovarium. Hormon ini memiiki beragam manfaat, di antaranya untuk:
- Merangsang pertumbuhan folikel telur.
- Memulai dan mengendalikan siklus menstruasi.
- Membentuk jaringan payudara, rambut kemaluan, dan bulu ketiak.
- Menghentikan aliran ASI setelah disapih.
- Membantu menjaga kadar kolesterol darah yang sehat.
- Menjaga vagina tetap sehat.
- Melindungi tulang.
- Membantu kulit sembuh dari memar dan cedera.
- Membantu mencegah osteoporosis.
Faktanya, hormon estrogen tidak selalu diproduksi dalam jumlah yang sama sepanjang masa hidup perempuan. Artinya, sehingga jumlahnya dapat meningkat atau menurun.
Kapan Terapi Ini Diperlukan?
Ada kalanya, tubuh peremuan sudah tidak dapat menghasilkan estrogen yang cukup, misalnya ketika usia bertambah (faktor penuaan). Saat kadar estrogen dalam tubuh rendah, tentu terjadi perubahan-perubahan di dalam tubuh yang bisa memicu rasa tidak nyaman hingga meningkatkan risiko penyakit tertentu.
Untuk itu, dokter mungkin akan meresepkan terapi hormon untuk membantu menggantikan kadar estrogen sekaligus meredakan gejala yang ditimbulkannya.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang kerap memerlukan terapi hormon estrogen:
1. Menopause
Artikel Terkait: 9 Cara Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Menopause
Menopause adalah fase alami dari proses penuaan yang ditandai dengan berakhirnya siklus menstruasi. Kondisi ini biasanya dialami wanita saat memasuki usia 45 sampai 55 tahun.
Pada fase peralihan menuju menopause (perimenopause), tidak jarang seorang wanita mengalami gejala yang cukup berat dan mengganggu sehingga perlu diobati dengan terapi hormon estrogen. Gejala-gejala menopause mencakup:
- Menstruasi tidak teratur
- Vagina kering
- Gairah seks menurun
- Infeksi saluran kemih berulang
- Sensasi panas (hot flashes)
- Sulit tidur (insomnia)
- Gangguan psikologis seperti mudah marah atau gelisah
2. Masalah pada Vagina
Saat kadar estrogen menurun, vagina rentan mengalami peradangan, kering, iritasi, hingga penipisan dinding vagina. Hal ini kerap mengganggu hubungan intim, karena membuat vagina terasa nyeri. Terapi hormon estrogen diperlukan untuk membantu menjaga kesehatan vagina dan mengatasi masalah tersebut.
3. Masalah pada Ovarium
Ovarium bertanggung jawab dalam memproduksi hormon estrogen. Namun pada kondisi tertentu, ovarium tidak dapat menghasilkan estrogen sehingga diperlukan terapi hormon pengganti. Beberapa masalah yang memerlukan terapi hormon estrogen, antara lain:
- Hipogonadisme wanita atau penurunan fungsi ovarium (primary ovarian insufficiency). Kondisi ini disebut juga sebagai menopause dini.
- Riwayat operasi pengangkatan kedua ovarium (ooforektomi).
4. Osteoporosis
Dalam kadar yang cukup, hormon estrogen berfungsi menghambat pengeroposan tulang. Namun, karena produksi estrogen dalam tubuh berkurang seiring bertambahnya usia atau saat wanita telah mencapai menopause, maka diperlukan terapi hormon estrogen untuk membantu menjaga kesehatan tulang sekaligus mencegah osteoporosis.
Di luar masalah-masalah ini, terapi estrogen juga bermanfaat untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada wanita yang telah mengalami menopause. Ini karena estrogen berperan dalam metabolisme lemak, yakni memicu produksi kolesterol baik HDL yang membantu menjaga kesehatan pembuluh darah dan jantung.
Risiko dan Efek Samping Terapi Hormon Estrogen
Terapi hormon dapat menimbulkan efek samping yang membahayakan sehingga Anda perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulainya. Beberapa efek samping yang terkait dengan terapi hormon estrogen, yakni:
- Terbentuknya gumpalan darah yang memicu stroke, serangan jantung, hingga kematian.
- Kanker seperti kanker payudara dan dinding rahim.
- Cacat bawaan lahir pada bayi, bila terapi diberikan saat hamil.
- Jaringan payudara memadat sehingga menyulitkan deteksi dini tumor dan kanker payudara.
Bila perempuan tergolong berisiko tinggi mengalami efek samping di atas, dapat digunakan terapi hormon kombinasi estrogen-progesteron untuk meminimalkan efek samping.
Semua Perempuan Boleh Mendapatkan Terapi?
Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua perempuan boleh menjalani terapi ini, terutama bagi yang sedang hamil. Hal ini dikarenakan besarnya risiko dan efek samping yang telah disebutkan sebelumnya.
Tak hanya pada ibu hamil, perempuan dengan kondisi-kondisi berikut juga tidak disarankan untuk mendapatkannya :
- Stroke
- Penyakit jantung
- Kanker payudara
- Penyakit kandung empedu
- Tekanan darah tinggi (hipertensi) tidak terkontrol
- Trombosis atau pembekuan darah
- Kadar trigliserida tinggi dalam darah
Semoga informasi terkait terapi hormon estrogen ini bisa bermanfaat, ya.
Baca Juga:
5 Hal yang Sebabkan Keputihan Coklat, Bisa Menandakan Adanya Masalah Kesehatan
8 Penyebab Telapak Tangan Kiri Terasa Gatal, Anda Mengalami?
Aduh! Sudah Satu Bulan Tidak Haid, Apakah Berbahaya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.