Parents pasti tidak asing dengan istilah picky eater, yakni anak-anak yang suka pilih-pilih makanan. Kondisi ini sangat normal dialami anak-anak dan merupakan bagian dari fase tumbuh kembang. Namun, pernahkah Parents mendengar istilah selective eater?
Berbeda dengan picky eater, selective eater termasuk kondisi yang mengkhawatirkan karena dapat mengganggu asupan nutrisi anak. Ketahui selengkapnya berikut ini.
Artikel terkait: Waspadai Kondisi Nursemaid Elbow, Cedera Tulang karena Sering Menarik Lengan Anak
Mengenal Selective Eater, Gangguan Makan yang Dialami Anak-Anak
Anak-anak memang suka pilih-pilih makanan hingga tak jarang membuat orang tua merasa frustasi. Namun, kondisi ini sebetulnya sangat wajar dialami oleh anak-anak.
Picky eater biasanya masih mau mengonsumsi satu atau dua jenis makanan. Contoh: Anak tidak suka ikan, tapi masih mau makan telur yang sama-sama berprotein tinggi.
Berbeda dengan picky eater, selective eater adalah kondisi ketika anak menolak untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu dalam waktu yang cukup lama. Mereka sama sekali tidak mau mengonsumsi makanan dari jenis tertentu, misalnya tidak mau makan karbohidrat atau sayuran.
Kondisi ini bisa mengkhawatirkan karena anak bisa kekurangan asupan nutrisi yang mendukung tumbuh kembangnya. Akibatnya, pola pertumbuhannya jadi terganggu, anak jadi rentan terkena stunting hingga penyakit lainnya.
Bahkan, bukan hanya nutrisi yang terganggu, kondisi ini juga bisa menyebabkan anak mengalami gangguan dalam bersosialisasi. Misalnya ketika anak menolak untuk makan bersama keluarga, makan bersama teman, mengikuti acara makan-makan bersama, hingga menolak makan selain di rumah.
Artikel terkait: 7 Cara untuk menambah nafsu makan anak, Bunda wajib tahu!
Penyebab Anak Menjadi Selective Eater
Sampai saat ini penyebab anak menjadi selective eater belum diketahui secara pasti. Namun, ada berbagai macam faktor yang diduga membuat kondisi ini berkembang dari waktu ke waktu.
Berikut 3 faktor yang membuat anak menjadi selective eater:
1. Mengonsumsi Susu Formula
Konsumsi susu formula ketika masih bayi ternyata meningkatkan risiko anak menjadi selektif dalam memilih makanan. Pasalnya, susu formula membuat anak tidak bisa mengecap rasa ASI pada bulan-bulan awal kehidupan. Rasa susu formula juga selalu sama sehingga anak menjadi terbiasa dengan kondisi tersebut.
Teori ini juga berlaku bagi ibu ASI yang merupakan seorang picky eater. Ketika ibu ASI hanya mengonsumsi jenis makanan tertentu, maka hal tersebut juga berpengaruh pada rasa ASI-nya. Akibatnya, ia hanya memproduksi ASI dengan rasa yang sama yang nantinya akan dirasakan juga oleh si bayi.
2. Keterbatasan Tummy Time
Tummy time adalah istilah untuk menyebut jam makan anak. Sesi makan ini punya peranan yang sangat penting bagi anak. Pasalnya, bukan hanya nutrisi dari makanan yang bakal diserap oleh tubuh, pada waktu ini, anak-anak juga aktif menggunakan panca indranya untuk mengenali jenis-jenis makanan.
Mereka bukan hanya mencium atau mengecap rasa makanan, tetapi juga menyentuh dan merasakan teksturnya. Jika anak tidak memperoleh tummy time yang cukup, maka akibatnya mereka tidak cukup peka dengan berbagai jenis makanan yang dihidangkan.
3. Gangguan Koordinasi pada Mulut
Anak yang mengalami gangguan koordinasi pada mulut akan kesusahan dalam mengunyah makanan. Akibatnya, ia tidak bisa mengecap berbagai jenis rasa di dalam mulutnya. Tanda-tanda anak mengalami gangguan koordinasi pada mulut bisa dilihat dari posisi dan gesturnya ketika sedang makan.
Saat makan, mereka cenderung membungkuk atau tidak dapat duduk dalam waktu yang lama sehingga sering bergerak dan gelisah. Menurunnya kekuatan motorik mulut anak juga bisa dilihat dari ketidakmampuan mereka dalam menggunakan bibir. Contoh: Anak menggigit sedotan atau menggunakan giginya untuk membersihkan sisa makanan pada sendok.
Artikel terkait: 5 Tanda Anak Butuh Terapi Makan, Parents Jangan Sampai Abai!
Cara Mengatasi Anak Selective Eater
Menghadapi anak yang menjadi selective eater memang bukan perkara mudah. Butuh waktu dan kesabaran untuk membujuk mereka agar mau menyantap jenis makanan baru. Untuk mengatasi hal ini, orang tua perlu mengenal apa yang dinamakan sebagai “Stage of Food Acceptance”.
Tak ubahnya orang dewasa, anak-anak juga membutuhkan waktu dalam menyesuaikan lidahnya dengan makanan-makanan baru. Proses adaptasi ini memang membutuhkan waktu yang cukup panjang dibandingkan dengan anak-anak yang tidak punya gangguan makan.
Berikut yang perlu Parents lakukan selama masa “Stage of Food Acceptance”:
- Membiasakan anak berada di dalam ruangan yang penuh makanan.
- Meletakkan makanan di ruang-ruang privat seperti di kamar anak.
- Membiasakan anak menyentuh makanannya.
- Membiasakan anak mencium aroma makanan.
- Menoleransi apabila anak makan hingga membuat wajahnya belepotan.
Nah, Parents, itulah sekilas tentang selective eater dan perbedaannya dengan picky eater. Kuncinya adalah kesabaran, ya, Parents! Semangat bagi para orang tua yang sedang berjuang mengatasi gangguan makan pada anak!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Psikolog: "Anak picky eater tanda mereka tambah pintar"
Pusing Menghadapi Si Kecil yang Picky Eater? Ini 4 Tips untuk Mengatasinya
Anak suka pilih-pilih makanan? Lakukan 6 metode fun meal untuk atasi anak picky eater
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.