Pernikahan selebgram dan model Ratu Rizky Nabila dan pemain Persija Jakarta Alfath Fathier sempat menjadi buah bibir lantaran keduanya baru mengenal selama tiga hari sebelum akhirnya memutuskan menikah. Sayangnya, belum genap satu tahun rumah tangga dijalankan, Ratu Rizky Nabila mantap menggugat cerai sang suami.
Saat melayangkan gugatan tersebut, dirinya sedang dalam kondisi hamil. Ratu mengakui bahwa salah satu faktor yang memicu perceraian tersebut adalah KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Alfath.
Alami KDRT saat Hamil, Ratu Rizky Nabila Gugat Cerai Alfath Fathier
Keduanya berkenalan lewat media sosial Instagram kemudian bertemu dan Alfath meminangnya secara kilat. Akhirnya Ratu dan Alfath menikah siri terlebih dahulu dan meresmikan hubungan mereka secara negara pada tahun 2020.
Setelah menikah dengan Alfath, Ratu memang berkeinginan untuk hijrah dan memakai hijab syar’i. Namun ternyata pada bulan Desember 2020 ia tampil kembali tanpa mengenakan hijab sekaligus membeberkan mengenai KDRT yang ia alami.
“Sebulan dua bulan kita nikah kita baik-baik aja. Cuma ke sini-sininya sudah mulai seperti itu (suka memukul). Aku nggak pernah mau ngomong karena aib, kan. Orang banyak yang bilang kayak netizen ngapain sih ngumbar aib suami. Saya sudah tahan, tapi kemampuan saya buat nahan sampai di sini,” ungkap Ratu dikutip dari video Youtube yang ada di kanal Suaradotcom.
Anggota klub sepakbola Persija tersebut kabarnya mendapat sanksi skorsing akibat kasus KDRT-nya tersebut. Ratu bahkan telah melaporkan sang suami ke kepolisian pada tanggal 30 Desember 2020.
“30 Desember saya laporkan di Polsek, tapi belum saya naikkan ke penyidik. Saya waktu itu pikir takutnya nanti baikan, tapi ternyata nggak. Malah makin parah. Saya dicekik di bagian rahang dan didorong,” lanjutnya.
Kesabaran Ratu telah habis lantaran KDRT yang ia alami tersebut terjadi ketika ia dalam posisi mengandung anak dari Alfath.
“Kalau aku pribadi sebenernya nggak masalah untuk dipukul, menurut aku itu bisa berubah. Tapi kalau tega pukul saat hamil aku sudah nggak bisa maafin lagi.” Ratu menegaskan.
Ia pun mengonfirmasi bahwa dirinya sudah melayangkan gugatan cerai kepada sang suami.
“Sudah masuk ke Pengadilan Agama. Biar saya sama dia sama-sama bebas mau jungkir balik salto, kek,” kata Ratu.
8 Hal yang Bisa Bisa Memicu Perceraian
Tak hanya senang-senang saja, kehidupan rumah tangga memang tak luput dari berbagai konflik dan masalah. Tidak jarang, masalah dapat menjadi faktor pemicu perceraian lantaran tak dapat ditemukan solusinya.
Mengutip dari Marriage, ada beberapa faktor utama yang paling sering menjadi penyebab perceraian.
1. Perselingkuhan atau Ketidaksetiaan Pasangan
Perselingkuhan baik secara fisik maupun emosional dipercaya dapat menghancurkan sebuah hubungan. Hal ini disebabkan karena sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan pasangan ketika ia merasa dikhianati. Faktor ini adalah salah satu penyebab perceraian yang paling umum.
2. Masalah Keuangan
Pentingnya perencanaan finansial yang matang sebelum menikah dan sudut pandang mengenai keuangan yang setara antara suami dan istri menjadi hal yang perlu diperhatikan sebelum menikah. Menurut penelitian, hampir 41% kasus perceraian disebabkan oleh masalah ekonomi.
3. Sering Cekcok
Perdebatan atau perselisihan disebut sebagai ‘bumbu’ dalam rumah tangga, namun jika tak dapat mengelola emosi dengan baik maka dapat menjadi salah satu penyebab utama perceraian. Sulit untuk melihat sudut pandang orang lain dan merasa tidak didengar atau dihargai adalah penyebab sebuah pertengkaran tak bisa mencapai resolusinya.
4. Kurangnya Komunikasi
Dalam pernikahan, komunikasi memegang peranan yang krusial karena dapat mempengaruhi semua aspek pernikahan. Dua orang yang tinggal bersama dalam satu atap harus dapat berkomunikasi mengenai apa yang mereka butuhkan dan memahami kebutuhan pasangan.
5. Ekspektasi yang Terlalu Berlebihan Mengenai Pernikahan
Banyak orang yang menganggap bahwa menikah adalah solusi dari semua masalah. Sayangnya, membawa ekspektasi yang terlalu tinggi tentang pernikahan indah bak cerita dongeng dapat menjadi penyebab utama perceraian.
Harapan yang terlalu muluk dapat menimbulkan rasa stress serta membuat Parents merasa kecewa dan pasangan merasa gagal.
6. Kurangnya Keintiman
Tak hanya soal seks, kurangnya keintiman fisik seperti pelukan atau sentuhan bisa menjadi penyebab perceraian. Mengabaikan kebutuhan seksual pasangan disebut sebagai penyebab perceraian paling tinggi belakangan ini.
7. Ketidakadilan
Ketika salah satu pasangan merasa terlalu terbebani dengan tanggung jawab yang lebih banyak dalam pernikahan, maka hal tersebut bisa menimbulkan rasa kesal dan stress. Oleh karena itu, pasangan suami istri diharapkan saling berbagi peran agar hubungan dapat menjadi lebih harmonis.
8. Kekerasan
Kekerasan berkontribusi cukup besar dalam tingginya angka perceraian. KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga sendiri dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu sebagai berikut:
- Fisik: perilaku memukul, menendang, atau menimbulkan luka secara fisik dengan sengaja
- Seksual: tindakan seksual yang dipaksakan
- Psikologis: berupa intimidasi, mengisolasi korban, kontrol yang berlebihan
- Emosional: merendahkan harga diri korban dengan kritik, penghinaan, atau cemoohan
- Ekonomi: contohnya membatasi akses pada keuangan keluarga dan melarang atau memaksa korban untuk bekerja
Masalah-masalah di atas dapat terjadi pada siapa saja. Misalnya baik perempuan maupun laki-laki bisa menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, seperti yang dialami oleh Ratu Rizky Nabila yang akhirnya memutuskan untuk menggugat cerai suaminya. Meskipun begitu, mari kita doakan saja yang terbaik untuk mereka berdua, ya.
Baca Juga:
Wajib Simpan! Kontak darurat pertolongan KDRT dan kekerasan seksual di seluruh Indonesia
Apakah Anda Mengalami KDRT? Tunjukkan Isyarat Tangan Ini untuk Mendapat Pertolongan!
4 Hal tentang Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga yang Perlu Anda Ketahui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.