Pubertas merupakan fase transisi si kecil dari masa anak-anak, remaja, hingga menuju dewasa. Ini merupakan fase alamiah yang dilewati setiap anak. Namun, kini pubertas dini pada anak sering terjadi dan membuat organ reproduksi mereka berkembang lebih cepat.
Dalam sesi Instagram Live bersama theAsianparent, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.) menjelaskan tentang pubertas dini pada anak atau yang sering disebut prekoks. Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi di RS Pondok Indah-Pondok Indah itu menemukan bahwa kondisi ini umumnya terjadi karena anak obesitas.
Lantas, apa saja faktor yang memengaruhi pubertas dini, serta bagaimana mencegahnya? Berikut penjelasan lengkapnya dari Profesor Aman.
Tanda-Tanda Pubertas Dini pada Anak
Parents patut waspada dengan kondisi pubertasi dini pada anak. Menurut pemaparan Profesor Aman dalam Instagram Live bersama theAsianparent pada Rabu (22/12), orang tua sering kali tidak menyadari kondisi ini.
Apabila ada anak usia 7-8 tahun mengalami pertumbuhan yang cepat, di situlah orang tua harus waspada. Oleh karena itu, Parents harus mengenali tanda anak mengalami pubertas dini.
Inilah tanda-tandanya sesuai pemaparan dari Profesor Aman.
Tanda pada Anak Perempuan
- Adanya pertumbuhan payudara yang lebih cepat. Biasanya memang belum terlihat membesar tetapi saat diperiksa sudah muncul kelenjar payudara. Anak perempuan kerap mengeluh sakit pada payudara.
- Bila anak perempuan mengalami menstruasi lebih awal (sebelum 10 tahun) atau biasa disebut premature menarche.
- Anak perempuan yang mengalami pubertas kerap menunjukkan pertambahan tinggi badan rata-rata 20 cm.
Tanda Pubertas Dini pada Anak Laki-Laki
Pubertas pada anak laki-laki biasanya ditandai dengan pertumbuhan rambut kemaluan dan ukuran testisnya membesar. Untuk mengetahui ukuran yang sesuai usianya perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Pubertas anak laki-laki umumnya terjadi pada usia 9-14 tahun. Anak laki-laki yang mengalami pubertas dini biasanya mengalami pertumbuhan tinggi badan akhir yang lebih pendek, misalnya hanya 165 cm.
Artikel Terkait: Alasan mengapa payudara wanita lebih besar dari lelaki, Bunda perlu tahu!
Penyebab Pubertas Dini
Pubertas dini bisa terjadi karena berbagai macam sebab. Misalnya karena masalah gangguan hormonal. Selain itu, faktor obesitas yang terjadi pada anak kemungkinan bisa menjadi salah satu penyebab pubertas dini.
Kondisi overweight dan obesitas pada anak bisa mempercepat pertumbuhan tulang pada anak. Selain itu, juga bisa mempercepat menstruasinya. Pertumbuhan tulang yang lebih cepat justru bisa membuat tinggi badan akhir anak menjadi lebih pendek.
Pubertas dini, misalnya menstruasi sebelum usia 10,5 tahun pada anak perempuan, juga bisa menjadi tanda adanya penyakit tertentu. Beberapa kasus menunjukkan adanya tumor atau kista pada organ reproduksi anak.
Prof. Aman mengungkapkan sekitar 15 persen pada anak perempuan pubertas dini karena adanya penyakit, sementara pada laki-laki sekitar 80-85 persen.
Artikel Terkait: Perubahan vagina sejak masa pubertas hingga menopause, manakah yang sedang Bunda alami?
Cara Mencegah agar Anak Tidak Mengalami Pubertas Dini
Hal yang paling penting, orang tua sebenarnya harus memahami dahulu konsep pubertas pada anak. Contohnya menstruasi pada anak perempuan bukan menjadi satu-satunya tanda pubertas. Justru hal tersebut termasuk fase akhir pubertas pada anak perempuan.
Sedangkan pubertas pada anak laki-laki biasanya dimulai dengan pertumbuhan bulu pada kemaluan dan pembesaran testisnya. Bila ada anggapan bahwa pubertas pada anak laki-laki baru dimulai saat mimpi basah, hal tersebut sebenarnya sudah terlambat.
Berdasarkan saran Profesor Aman, inilah beberapa hal yang perlu orang tua lakukan untuk meminimalkan dampak pubertas dini pada anak:
- Jaga pola hidup sehat, perhatikan asupan gula dan garam pada anak. Usahakan anak juga berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
- Jangan biarkan anak overweight dan obesitas, kedua kondisi tersebut bisa mempercepat pubertas.
- Tidur cukup 8-10 jam. Apabila bila kurang tidur, hormon pertumbuhan pada anak akan kacau.
- Jangan biarkan anak begadang karena ada hormon pertumbuhan yang berkembang pada saat tidur malam.
- Tingkatkan peran orang tua, sering kali anak sudah merasa ada yang janggal dengan dirinya tetapi mereka segan untuk mengungkapkannya.
“Kalau kalian tidak berteman dengan anak kalian, jangan harapkan anak kalian akan bicara soal pubertas,” tegas Profesor Aman.
Bila anak bicara, orang tua dapat bisa lebih dini mendeteksi adanya masalah pada perkembangannya. Sebab, pertumbuhan dini akan sulit diatasi bila penanganannya telah terlambat.
Artikel Terkait: Si Kecil Sudah Masuk Masa Pubertas, Ini Panduan Parents untuk Mendampingnya
Bagaimana Penanganannya?
Perlu dipahami pubertas merupakan proses yang berjalan paralel. Orang tua benar-benar harus memperhatikan tumbuh kembang anak sejak dini agar jika terjadi pubertas dini bisa segera dideteksi.
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.) menyarankan orang tua untuk terus mencatat dalam kurva pertumbuhan anak untuk mengetahui perkembangannya. Bila orang tua mendapati masalah pada pertumbuhan anak, segera periksakan anak ke dokter. Biasanya dokter akan menyarankan untuk menjalani beberapa tes seperti tes hormon maupun tes pertumbuhan tulang.
Penanganan pubertas dini dilakukan berdasarkan penyebabnya. Tujuan utama treatment yang dilakukan oleh dokter biasanya untuk mengembalikan lagi kondisi pertumbuhan anak sesuai dengan usianya. Namun, hal ini juga disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak.
Itulah penjelasan tentang pubertas dini yang bisa terjadi pada anak. Sebaiknya Parents lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Sebab, pubertas dini yang terlambat dideteksi akan membuat penanganannya jadi lebih sulit.
Baca Juga:
Waspada! Sekolah Virtual Dapat Sebabkan Anak Pubertas Dini, Ini Penjelasan Dokter