Masa pubertas merupakan fase yang penting dalam tumbuh kembang anak. Satu hal yang tak boleh luput Parents tentu saja mendampingi dan mengetahui cara mendidik anak tentang pubertas.
Meskipun banyak orangtua menyadari betapa pentingnya berbicara dengan anak-anak tentang bagaimana tubuh berubah saat melewati masa pubertas, percakapan itu selalu cenderung terasa sulit. Membahas hal-hal seperti rambut kemaluan dan menstruasi tidak terlalu menyenangkan untuk anak-anak atau orangtua.
Meskipun dirasa tidak mudah, membicarakan topik ini lebih awal justru merupakan hal terbaik untuk anak. Artikel ini akan mengulas bagaimana membuat obrolan tentang pubertas menjadi sesantai mungkin.
Gunakan Percakapan Sehari-hari untuk Mengangkat Topik Terkait Pubertas
Dalam hal ini, Dr. Frank J. Sileo, seorang penulis dan psikolog berlisensi dari Ridgewood, NJ seperti dilansir dari popsugar.com menjelaskan, “Orangtua harus mencari peluang untuk mengangkat masalah seputar pubertas.”
Pengetahuan tentang pubertas justru perlu diajarkan sejak dini. Mungkin saat anak membaca sesuatu, melihat sesuatu di film atau di TV, atau menemukan pembalut di rumah. Ini adalah momen yang tepat untuk membuka percakapan tentang pubertas.
Namun Parents perlu mempertahankan sikap positif, tidak menghakimi, dan tetap bersikap tenang. Biarkan anak bertanya dan berikan jawaban yang jujur menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Dr. Jean Moorjani, seorang dokter anak di Rumah Sakit Orlando Health Arnold Palmer di Florida pun setuju bahwa orangtua harus selalu berusaha untuk menjawab pertanyaan anak mereka.
“Anda dapat menyesuaikan pembicaraan Anda berdasarkan usia anak Anda,” kata Moorjani. “Berikan informasi kepada anak-anak dalam ‘dosis kecil’ dan sesuai dengan usia.”
Jika sesuatu yang mereka tanyakan membuat Parents terkejut, coba rangkai ulang dan katakan, ‘Oh, di mana kamu mendengar kata itu?’ Sebisa mungkin gali sumber pengetahuan anak dan cari tahu sejauh mana pemahaman anak lebih dulu.
Dengan begitu, Parents bisa mendapatkan gambaran dari mana informasi berasal dan memastikan jika berada di frekuensi yang sama dengan anak.
Artikel terkait: Masa pubertas pada anak laki-laki, Parents perlu ketahui tanda-tandanya
Bagaimana Berbicara dengan Anak Tentang Menstruasi?
“Pembicaraan tentang menstruasi sebaiknya dilakukan sebelum anak Anda mengalami menstruasi,” kata Dr. Sileo.
“Jelaskan kepada mereka apa yang akan terjadi pada tubuh mereka dan mengapa. Anak-anak mungkin mendiskusikan masalah ini dengan teman mereka sebelum Anda mendiskusikannya dengan mereka. Jadi bersikaplah terbuka, positif, dan menerima.”
Meskipun pengalaman menstruasi sering kali disertai dengan rasa tidak nyaman, penting untuk menjaga diskusi tetap santai. “Jangan beri label hal-hal seperti ‘kutukan’. Ini menakutkan dan tidak menyenangkan,” Dr. Sileo menambahkan.
Anak-anak memerlukan informasi faktual tentang menstruasi karena banyak dari mereka yang pernah berdiskusi dengan teman lalu memperoleh informasi yang menyesatkan atau salah.
Lebih cepat mendiskusikan tentang menstruasi dengan anak justru akan lebih baik, apalagi anak perempuan cenderung mengalami menstruasi sekitar dua tahun setelah payudara mereka mulai berkembang.
“Bayangkan jika putri Anda pergi ke kamar mandi, tidak pernah mendengar tentang menstruasi sama sekali, dan mulai menstruasi,” kata Dr. Moorjani. “Dia akan ketakutan. Tidak apa-apa membicarakannya sedikit lebih awal.”
Selain itu, Parents juga perlu melakukan diskusi serupa dengan anak laki-laki yang tidak akan mengalami menstruasi. Ini bertujuan agar mereka memahaminya dan bersimpati, karena kadang-kadang menstruasi menjadi sesuatu yang diolok-olok.
Artikel terkait: Ciri pubertas pada anak perempuan dan laki-laki yang perlu Parents pahami
Cara Mendidik Anak Tentang Pubertas: Bagaimana dengan Masturbasi?
Meskipun masturbasi menjadi topik yang paling canggung untuk dibicarakan, mendiskusikannya akan memberikan manfaat jauh lebih besar. Cobalah berdiskusi tentang topik ini tanpa membuat anak merasa malu.
Hindari menghakimi anak remaja ketika Anda mengetahui mereka melakukan masturbasi. Katakan bahwa merupakan sesuatu yang normal ketika seseorang menemukan kesenangan ketika menyentuh alat kelaminnya.
Tapi ingatkan mereka, ada waktu dan tempat ketika mereka ingin ‘bereksperimen’ mengenali tubuhnya, dan itu harus dilakukan secara privasi saat mereka sendirian.
Tekankan juga bahwa masturbasi tidak baik dilakukan terlalu sering, sebab dapat memicu infeksi dan sakit pada alat genital. Selain itu, sering bermasturbasi dapat mengganggu kesehatan secara umum, misalnya kemampuan otak menurun dan bahkan berdampak pada kehidupan seks setelah dewasa.
Hal yang tak kalah penting, ciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dan ajak mereka berkegiatan positif. Ketika anak sering melakukan masturbasi, boleh jadi karena ia tak menemukan kenyamanan dari lingkungan sekitarnya.
Baca juga:
Parents, Waspadai Dampak Pubertas Dini Pada Anak Anda!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.