Apa yang harus dilakukan bila anak mengalami pubertas dini?
Pubertas dini adalah fenomena yang kian marak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Batasan apa saja yang membuat puber yang dialami anak-anak kita tergolong normal ataukah tidak?
Beberapa waktu lalu, saya terkejut ketika seorang teman menceritakan bahwa anaknya sudah mendapatkan menstruasi pertama ketika duduk bangku kelas 3 sekolah dasar. Pada saat usianya baru menginjak 9 tahun.
Kekhawatiran sang ibu dapat saya fahami sebagai kekhawatiran yang wajar, mengingat kejahatan seksual yang mengintai anak-anak semakin merajalela dan tak pandang bulu.
Tak berselang lama, saya membaca di jejaring sosial tentang fakta adanya pubertas dini yang dialami bocah laki-laki usia 5 th yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak.
Pubertas atau puber merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Ini adalah proses tubuh yang normal manakala memang terjadi sesuai pada waktunya.
Pubertas dikatakan normal bila tanda awal pubertas pada anak perempuan pada usia 8-13 tahun dan pada anak laki-laki pada usia 9-14 tahun. Dengan demikian, menurut dr. Aditya Suryansyah Semendawai,Sp.A, ketika berbincang dengan detikHealth, “Kalau perempuan kurang dari 8 tahun sudah puber atau laki-laki kurang dari 9 tahun, itu namanya pubertas dini.”
Beliau juga menyebutkan bahwa anak perempuan dikatakan sudah puber bila mulai mengalami pembesaran payudara. Sedangkan pada laki-laki, tanda awal pubertas ditandai dengan pembesaran testis, bukan mimpi basah.
Dokter spesialis anak yang berpraktek di RSAB Harapan Kita Jakarta ini juga menyebutkan bahwa, “ Pubertas dini tergantung dari berbagai faktor seperti ras, genetik, atau penyakit tertentu, sosial ekonomi, gaya hidup, makanan dan obat-obatan.”
Anak yang terbiasa mengkonsumsi Junk Food atau memakan makanan yang banyak mengandung hormon pertumbuhan seperti yang sering dijumpai pada ayam hasil suntikan, beresiko besar mengalami pubertas dini.
Namun, faktor utama yang memicu pubertas dini anak-anak atau Sex Matang Dini, seperti yang sebebutkan Ayah Edi di www.ayahkita.com terjadi akibat seringnya seorang anak menonton adegan yang berbau pornografi seksual tanpa ada yang mendampingi dan membimbingnya.
Tontonan sinetron yang berbau pacaran, erotisme, pornografi. Ataupun film-film dewasa yang dibungkus dalam bentuk kartun, film-film anak yang dibumbui percintaan, game-game anak baik offline maupun on line seperti GTA yang mempertontonkan adegan seksual pada anak, VCD porno, komik-komik bergambar pornografi dan lain-lain, akan merangsang kematangan seksual pada anak.
Hal ini dimungkinkan, karena otak anak bagian atas terdiri dari dua bagian yang disebut belahan kiri dan belahan kanan. Belahan kiri itu untuk berpikir Sains Analisis dan bagian kanan untuk berfikir Fantasi/Imaginasi. Baca juga : 12 Perbedaan Otak Pria dan Wanita
Pada masa anak-anak umumnya yang lebih aktif dan berkembang pesat adalah bagian belahan kanan yang bersifat Fantasi. Jadi sangat wajar, apabila tontonan yang memuat konten pornografi ditonton oleh anak usia dini, maka otak fantasinya akan membantu dan mendorong hormon seksualnya tumbuh lebih cepat dan lebih dini dari yang semestinya.
Jadi, Parents, selain kita harus memperhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh anak kita, alangkah lebih bijaksananya bila kita juga memantau paparan informasi yang menerpa anak-anak kita.
Dan apabila anak kita sudah mengalami pubertas dini, salah satu langkah perbaikan yang bisa kita lakukan, menurut Ayah Edi, adalah dengan cara memberikan pendidikan seks terpadu. Yaitu dengan cara mengimbangi informasi yang diterima anak dengan mengajak anak untuk melihat dari sudut pandang saintifik
Caranya mudahnya adalah dengan menyediakan buku-buku biologi yang memuat gambar organ-organ tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Dengan demikian, otak belahan kiri anak akan mengimbangi fantasi dan imaginasi yang selama ini mendominasi perkembangan anak.
Adapun untuk mencegah terjadi pubertas dini pada anak. Selain mengawasi ketat setiap perkembangan anak, ada baiknya Bunda juga menyediakan sarana informasi dan rekreasi yang aman bagi putra-putri dengan menyediakan tontonan-tontonan yang sehat dan bergizi.
Semoga bermanfaat ya Bundaaa…..
Baca juga :
Pendidikan Seks untuk Anak
Bagaimana Menjauhkan Anak dari Seks Bebas?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.