Bulan Ramadan adalah bulan penuh kemuliaan yang begitu dinanti-nati umat Islam. Tidak heran, setiap Muslim berlomba-lomba mengejar pahala puasa dan melakukan berbagai amal kebaikan. Hanya saja, yang kerap menjadi dilema adalah terkait risiko puasa untuk ibu hamil.
Bunda yang saat ini tengah menikmati fase kehamilan mungkin juga dilanda galau. Di satu sisi ingin memperoleh pahala puasa, tetapi di sisi lain khawatir kebutuhan asupan si kecil di dalam kandungan tidak tercukupi.
Dalam tinjauan agama atau ilmu fiqih, sebenarnya ibu hamil merupakan golongan yang diberi keringanan untuk tidak menjalankan puasa. Itu artinya, hukum puasa bagi ibu hamil tidaklah wajib, tetapi harus diganti dengan puasa di hari lain atau membayar fidyah.
Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah:
"Sesungguhnya Allah memberikan keringanan bagi orang musafir berpuasa dan shalat, dan bagi wanita hamil dan menyusui berpuasa." (HR. Ahmad).
Lalu, sebenarnya aman tidak, sih, puasa saat hamil? Dalam pandangan ilmu kedokteran, puasa saat hamil punya manfaat dan risiko sendiri. Tentunya, ini harus jadi perhatian bagi Bunda yang ingin menjalakan ibadah puasa.
Manfaat dan Risiko Puasa untuk Ibu Hamil
Nah, agar tidak bingung lagi seputar efek berpuasa saat hamil, yuk, simak pemaparan lengkap yang disampaikan dr. Muhammad Fadli, SpOG, Spesialis Kandungan dan Kebidanan Bamed dalam acara virtual bertajuk Siap Hadapi Ramadhan untuk Keluarga Indonesia, Kamis (31/3/22).
Risiko Puasa Saat Hamil Trimester 1

Trimester pertama kehamilan adalah fase krusial. Di peride ini terjadi pembentukan organ pada janin, seperti jantung, sistem saraf pusat, organ penglihatan, genitalia, dan lainnya.
Akan tetapi, karena perubahan hormonal yang dialami Bumil, tirmester satu sering dirasa sebagai fase yang paling tidak nyaman. Mual muntah adalah gejala umum yang dirasakan saat hamil muda.
Dalam paparannya, dr. Muhammad Fadli, SpOG, menjelaskan bahwa ibu hamil muda atau trimester 1 sebaiknya tidak perlu memaskakan diri untuk puasa, karena lebih berisiko untuk ibu dan janin. Hal ini lantaran kebutuhan gizi Bumil pada periode ini relatif lebih tinggi.
“Hamil muda merupakan tahap di mana kehamilan sedang membutuhkan banyak sekali nutrisi penting,” terang dr. Fadli.
Senada dengan itu, sebuah jurnal berjudul The Effect of Ramahan Fasting on Outcome of Pregnancy menemukan bahwa ibu hamil yang berpuasa saat trimester pertama lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Artikel terkait: Berbedakah Kondisi Bayi Bila Ibu Puasa Saat Hamil?
Manfaat Puasa Saat Hamil Trimester 2

Setelah berhasil melalui trimester pertama, memasuki trimester kedua umumnya sudah terasa lebih nyaman bagi bumil. Frekuensi mual dan muntah biasanya juga sudah berkurang.
Oleh karena itu, sebagian ibu biasanya baru diizinkan ikut menjalani puasa Ramadan setelah memasuki trimester kedua. Tentunya, harus dipastikan terlebih dahulu jika kondisi bumil secara keseluruhan sehat dan tidak kekurangan gizi.
Menariknya, sebuah penelitian menemukan bahwa berpuasa pada saat hamil di trimester kedua justru bermanfaat. Yaitu, dapat menurunkan risiko terkena penyakit gula pada saat kehamilan (diabestes gestational) dan juga mencegah kenaikan berat badan yang berlebihan.
“Namun sebelum berpuasa, sebaiknya berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan terlebih dahulu untuk memastikan keadaan ibu dan janin dalam keadaan yang prima,” pesan dr. Fadli.
Puasa untuk Ibu Hamil Trimester 3

Lalu, bagaimana dengan puasa saat hamil tua? Secara umum, bumil dibolehkan berpuasa selama kondisi fisik dan janin dalam kandungannya dinyatakan sehat. Itulah sebabnya, bumil harus memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan sebelum memutuskan untuk berpuasa.
dr. Fadli menjelaskan, untuk memastikan kehamilan sehat dan baik-baik saja, bumil harus memantau kenaikan berat badan. Rata-rata, kenaikan berat badan saat hamil yang sehat adalah sekitar 1.5 kg per bulan.
Jika kenaikan berat badan tidak sesuai yang diharapkan, ada kekhawatiran bahwa bayi yang dilahirkan nanti lebih kecil atau bobot tubuhnya di bawah normal.
Tips Puasa untuk Ibu Hamil

Secara umum, pada ibu hamil yang sehat, puasa tidak mengganggu tumbuh kembang janin. Studi meta analisis yang menelaah 21 data penelitian terkait efek puasa saat hamil menemukan bahwa berpuasa tidak menyebabkan kematian janin atau bayi lahir prematur.
Nah, agar ibadah puasa berjalan lancar, berikut ini beberapa tips yang harus Bunda terapkan:
- Cukupi kebutuhan cairan, minum air putih sekitar 8-10 gelas setiap hari, yakni saat buka puasa, malam hari, dan sahur.
- Jangan lewatkan sahur, utamakan konsumsi karbohidrat kompleks dan tinggi protein.
- Hindari kafein dan makanan dan minuman yang terlalu manis saat berbuka dan sahur.
- Kelola stres dan batasi aktivitas di luar ruangan untuk mencegah dehidrasi.
Artikel terkait: Bunda, Ini 5 Persiapan Puasa Ibu Hamil Berdasarkan Saran Dokter
Waspadai Tanda-Tanda Bahaya

Segera hentikan puasa jika mendapati tanda-tanda berikut ini:
- Perdarahan
- Mual dan muntah
- Penurunan gerakan pada janin
- Pandangan kabur dan nyeri kepala
- Letih, lesu, dan haus yang berlebihan
- Bumil tidak mengalami kenaikan berat badan
- Buang air kecil sedikit dan urine berwarna pekat
Bunda, itulah penjelasan dokter spesialis kandungan tentang manfaat dan risiko puasa untuk ibu hamil di tiap trimesternya. Jadi, pastikan untuk memeriksakan diri dan janin sebelum memutuskan untuk ikut berpuasa, ya!
Baca juga:
id.theasianparent.com/buka-puasa-untuk-ibu-hamil
id.theasianparent.com/ibu-hamil-puasa
id.theasianparent.com/hukum-bayar-puasa-bagi-ibu-hamil-dan-menyusui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.