Bulan Ramadan adalah bulan penuh kemuliaan yang begitu dinanti-nati umat Islam. Tidak heran, setiap Muslim berlomba-lomba mengejar pahala puasa dan melakukan berbagai amal kebaikan. Hanya saja, yang kerap menjadi dilema yaitu terkait risiko puasa untuk ibu hamil.
Bunda yang saat ini tengah menikmati fase kehamilan mungkin juga dilanda galau. Di satu sisi ingin memperoleh pahala puasa, tetapi di sisi lain khawatir kebutuhan asupan si kecil di dalam kandungan tidak tercukupi.
Dalam tinjauan agama atau ilmu fiqih, sebenarnya ibu hamil merupakan golongan yang diberi keringanan untuk tidak menjalankan puasa. Itu artinya, hukum puasa bagi ibu hamil tidaklah wajib, tetapi harus diganti dengan puasa di hari lain atau membayar fidyah.
Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah:
“Sesungguhnya Allah memberikan keringanan bagi orang musafir berpuasa dan shalat, dan bagi wanita hamil dan menyusui berpuasa.” (HR. Ahmad).
Lalu, sebenarnya aman tidak, sih, puasa saat hamil? Dalam pandangan ilmu kedokteran, puasa saat hamil punya manfaat dan risiko sendiri. Tentunya, ini harus jadi perhatian bagi Bunda yang ingin menjalankan ibadah puasa.
Artikel terkait: Hukum muntah saat puasa menurut Islam, batalkah puasanya atau boleh lanjut?
Tanda-Tanda Ibu Hamil Boleh dan Tak Diperbolehkan Berpuasa
Bagaimana tubuh Bunda menghadapi puasa akan tergantung pada:
- Kondisi kesehatan umum sebelum hamil
- Trimester berapa kehamilan
- Berapa lama akan berpuasa (dikarenakan perbedaan waktu, beberapa negara memiliki waktu puasa yang panjang hingga 24 jam)
Jika Bunda memiliki berat badan yang sehat dan memiliki gaya hidup yang sehat secara umum, kemungkinan besar Bunda dapat berpuasa tanpa mengalami masalah.
Bayi membutuhkan nutrisi yang berasal dari ibunya, dan jika tubuh Bunda memiliki simpanan energi yang cukup, maka pada dasarnya puasa pun dapat ditunaikan dengan baik.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa puasa dapat memengaruhi kadar gula darah. Saat Bunda berpuasa di siang hari, kadar gula darah bisa turun dan Bunda berisiko mengalami dehidrasi.
Saat berbuka puasa di malam hari, kadar gula darah juga bisa menjadi terlalu tinggi jika banyak makan saat waktu sahur dan berbuka.
Jadi, jika Bunda memiliki atau berisiko untuk kondisi medis tertentu terkait kadar gula darah seperti diabetes gestasional, Bunda tidak boleh berpuasa demi kesehatan.
Jika Bunda merasa tidak cukup sehat untuk berpuasa, atau khawatir tentang kesehatan atau keselamatan bayi jika berpuasa, konsultasikan pada dokter. Ada baiknya juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan umum sebelum memutuskan untuk berpuasa.
Risiko Puasa pada Ibu Hamil
1. Risiko Tidak Cukup Nutrisi
Mengutip dari laman Very Well Family, Ryann Kipping, RDN, pendiri aplikasi The Prenatal Nutrition Library menjelaskan bahwa selama kehamilan, kebutuhan energi dan nutrisi lebih tinggi daripada sebelumnya
Aliran yang cukup konstan dari kedua hal ini diperlukan untuk menjaga bayi berkembang sambil membantu ibu agar tetap sehat.
Jika ibu hamil berpuasa, kemungkinan besar ia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan kalori atau protein yang mencukupi. Oleh karena itu, Bunda tidak akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
Risiko tidak mendapatkan cukup makanan ini juga dapat menyebabkan kekurangan gizi serta kekurangan energi secara keseluruhan.
2. Potensi Pertumbuhan Janin yang Buruk
Joey Adashek, MD, seorang perinatologist berbasis di Las Vegas yang mengkhususkan diri pada kehamilan berisiko tinggi menjelaskan bahwa ketika ibu hamil tidak mengonsumsi cukup kalori, tubuh akan berusaha untuk memecah lemak sehingga meningkatkan ketonuria dan ketonemia yang merupakan keton dalam urin dan darah.
Jika asupan nutrisi ibu hamil tidak mencukupi, kesehatan mereka dan bayi dapat terganggu. Misalnya, jika ibu hamil tidak mengonsumsi cukup kalsium, hal itu dapat mengganggu perkembangan struktur kerangka bayi yang sehat.
Dalam sebuah penelitian terhadap orang-orang yang berpuasa selama Ramadan pada trimester kedua kehamilan mereka, para peneliti menyimpulkan bahwa puasa dikaitkan dengan risiko kelahiran prematur.
Kelahiran prematur juga sering dikaitkan dengan kondisi seperti kesulitan bernapas, gula darah rendah, radang usus, penyakit kuning, anemia, dan beberapa potensi komplikasi kesehatan lainnya.
Artikel Terkait: 6 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 2 Rekomendasi, Cek!
Tips Puasa untuk Ibu Hamil
Secara umum, pada ibu hamil yang sehat, puasa tidak mengganggu tumbuh kembang janin. Studi meta analisis yang menelaah 21 data penelitian terkait efek puasa saat hamil menemukan bahwa berpuasa tidak menyebabkan kematian janin atau bayi lahir prematur.
Nah, agar ibadah puasa berjalan lancar, berikut ini beberapa tips yang harus Bunda terapkan:
- Cukupi kebutuhan cairan, minum air putih sekitar 8-10 gelas setiap hari, yakni saat buka puasa, malam hari, dan sahur.
- Jangan lewatkan sahur, utamakan konsumsi karbohidrat kompleks dan tinggi protein.
- Hindari kafein dan makanan dan minuman yang terlalu manis saat berbuka dan sahur.
- Kelola stres dan batasi aktivitas di luar ruangan untuk mencegah dehidrasi.
Artikel terkait: Bunda, Ini 5 Persiapan Puasa Ibu Hamil Berdasarkan Saran Dokter
Tips Menjalani Puasa dengan Nyaman
1. Selalu Periksa Kesehatan Bunda Terlebih Dahulu
Bicaralah dengan dokter atau bidan sebelum memutuskan untuk berpuasa. Periksalah kesehatan secara menyeluruh.
Ibu dan bayi membutuhkan banyak nutrisi dan cairan selama berpuasa. Dokter, terutama spesialis gizi, dapat membantu Bunda memenuhi kebutuhan nutrisi dengan membuatkan menu makanan selama puasa yang mencukupi kebutuhan saat hamil.
2. Kurangi Konsumsi Kafein
Jika Bunda biasanya mengonsumsi minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan cola, ada baiknya Bunda menguranginya sebelum berpuasa untuk mencegah efek sampingnya seperti pusing dan sakit kepala.
Bunda tidak boleh mengonsumsi lebih dari 200 mg kafein sehari saat Anda hamil, yaitu sekitar dua cangkir kopi instan.
Selain kopi, ingatlah bahwa cokelat dan teh hijau juga mengandung kafein, jadi hindari terlalu banyak mengonsumsinya saat sahur atau/dan buka puasa.
3. Tetap Terhidrasi
Tetap terhidrasi sebanyak yang Bunda bisa. Bunda perlu minum lebih banyak dari biasanya saat hamil, jadi selain memperbanyak minum air, makanlah makanan yang mengandung banyak air seperti semur dan sup.
Jika cuaca sedang terik, tetaplah di tempat teduh untuk menghindari risiko dehidrasi.
4. Makan Lebih Banyak Serat
Perubahan kebiasaan makan dan kekurangan cairan dapat membuat Bunda mengalami sembelit. Perbanyak makan makanan berserat tinggi saat berbuka puasa, seperti biji-bijian, buah, sayuran, dan kacang-kacangan.
Artikel Terkait: 10 Suplemen Asam Folat Ibu Hamil Pilihan untuk Kesehatan Bunda dan Janin
5. Jangan Memaksakan Diri
Ketika berpuasa saat hamil, sebaiknya tidak perlu memaksakan diri untuk tetap aktif seperti saat sebelum hamil. Terima bantuan saat ditawarkan. Usahakan untuk tidak berjalan jauh atau membawa barang berat. Kurangi pekerjaan rumah dan apa pun yang membuat Bunda lelah.
6. Makan Perlahan Saat Buka Puasa
Cobalah untuk makan dengan perlahan saat berbuka puasa. Mulailah dengan makanan ringan seperti sup. Makanan yang mengandung gula alami seperti buah dan minuman susu juga merupakan pilihan yang baik, karena akan memberi Bunda energi yang sangat dibutuhkan.
7. Hanya Konsumsi Makanan dengan Gizi Seimbang
Saat berbuka puasa atau makan sahur, pilihlah makanan yang sehat dan padat gizi dari nasi atau karbohidrat lainnya, buah dan sayuran, susu, dan protein seperti daging, ikan, telur, atau kacang yang dimasak dengan baik.
Pilihlah karbohidrat kompleks, seperti biji-bijian dan makanan yang berserat tinggi, seperti kacang-kacangan dan buah-buahan kering. Karbohidrat kompleks akan membantu Bunda untuk berpuasa karena melepaskan energi secara perlahan.
Cobalah untuk tidak mengonsumsi banyak makanan manis yang akan meningkatkan kadar gula darah dengan cepat. Gula darah Bunda bisa turun dengan cepat, yang mungkin membuat Bunda merasa pusing bahkan pingsan.
Nah, agar tidak bingung lagi seputar efek berpuasa saat hamil, yuk, simak pemaparan lengkap yang disampaikan dr. Muhammad Fadli, SpOG, Spesialis Kandungan dan Kebidanan Bamed dalam acara virtual bertajuk Siap Hadapi Ramadhan untuk Keluarga Indonesia, Kamis (31/3/22).
Artikel Terkait: 10 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 1 Rekomendasi, Sudah Ceklis yang Mana?
Puasa Saat Hamil Trimester 1
Trimester pertama kehamilan adalah fase krusial. Di periode ini terjadi pembentukan organ pada janin, seperti jantung, sistem saraf pusat, organ penglihatan, genitalia, dan lainnya.
Akan tetapi, karena perubahan hormonal yang dialami Bumil, trimester satu sering dirasa sebagai fase yang paling tidak nyaman. Mual muntah adalah gejala umum yang dirasakan saat hamil muda.
Dalam paparannya, dr. Muhammad Fadli, SpOG, menjelaskan bahwa ibu hamil muda atau trimester 1 sebaiknya tidak perlu memaksakan diri untuk puasa, karena lebih berisiko untuk ibu dan janin. Hal ini lantaran kebutuhan gizi Bumil pada periode ini relatif lebih tinggi.
“Hamil muda merupakan tahap di mana kehamilan sedang membutuhkan banyak sekali nutrisi penting,” terang dr. Fadli.
Senada dengan itu, sebuah jurnal berjudul The Effect of Ramadan Fasting on Outcome of Pregnancy menemukan bahwa ibu hamil yang berpuasa saat trimester pertama lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Artikel terkait: Berbedakah Kondisi Bayi Bila Ibu Puasa Saat Hamil?
Puasa Saat Hamil Trimester 2
Setelah berhasil melalui trimester pertama, memasuki trimester kedua umumnya sudah terasa lebih nyaman bagi Bumil. Frekuensi mual dan muntah biasanya juga sudah berkurang.
Oleh karena itu, sebagian ibu biasanya baru diizinkan ikut menjalani puasa Ramadan setelah memasuki trimester kedua. Tentunya, harus dipastikan terlebih dahulu jika kondisi Bumil secara keseluruhan sehat dan tidak kekurangan gizi.
Menariknya, sebuah penelitian menemukan bahwa berpuasa pada saat hamil di trimester kedua justru bermanfaat. Yaitu, dapat menurunkan risiko terkena penyakit gula pada saat kehamilan (diabestes gestational) dan juga mencegah kenaikan berat badan yang berlebihan.
“Namun sebelum berpuasa, sebaiknya berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan terlebih dahulu untuk memastikan keadaan ibu dan janin dalam keadaan yang prima,” pesan dr. Fadli.
Puasa untuk Ibu Hamil Trimester 3
Lalu, bagaimana dengan puasa saat hamil tua? Secara umum, Bumil dibolehkan berpuasa selama kondisi fisik dan janin dalam kandungannya dinyatakan sehat. Itulah sebabnya, Bumil harus memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan sebelum memutuskan untuk berpuasa.
dr. Fadli menjelaskan, untuk memastikan kehamilan sehat dan baik-baik saja, Bumil harus memantau kenaikan berat badan. Rata-rata, kenaikan berat badan saat hamil yang sehat adalah sekitar 1,5 kg per bulan.
Jika kenaikan berat badan tidak sesuai yang diharapkan, ada kekhawatiran bahwa bayi yang dilahirkan nanti lebih kecil atau bobot tubuhnya di bawah normal.
Waspadai Tanda-Tanda Bahaya
Segera hentikan puasa jika mendapati tanda-tanda berikut ini:
- Perdarahan
- Mual dan muntah
- Penurunan gerakan pada janin
- Pandangan kabur dan nyeri kepala
- Letih, lesu, dan haus yang berlebihan
- Bumil tidak mengalami kenaikan berat badan
- Buang air kecil sedikit dan urine berwarna pekat
Menu Buka Puasa Terbaik untuk Bumil
Saat buka puasa, pilihlah makanan yang sehat, mengandung gizi seimbang, dan kaya vitamin. Bunda bisa makan buah-buahan dan sayuran untuk mengembalikan energi tubuh. Jangan lupa juga cukupi kebutuhan air putih.
***
Bunda, itulah penjelasan tentang manfaat dan risiko puasa untuk ibu hamil di tiap trimesternya. Jadi, pastikan untuk memeriksakan diri dan janin sebelum memutuskan untuk ikut berpuasa, ya!
Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi
Baca juga:
Ini menu sahur dan buka puasa yang sehat bagi ibu hamil, catat Bun!
Perlu Tahu! Ini Tanda Bumil dan Busui Harus Membatalkan Puasa
Bagaimanakah Hukum Bayar Puasa bagi Ibu Hamil dan Menyusui?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.