“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang mata” sepenggal lirik lagu tersebut sangat menggambarkan perjuangan seorang ibu yang sungguh luar biasa. Begitu juga dengan ibuku, beliau orang yang kuat, tangguh, mandiri, dan apa adanya.
Jika menengok lagi ke belakang, bapakku jarang sekali memberi ibu uang. Dahulu sebelum merantau, bapak memang tidak bekerja, ia terkadang berkebun, merumput, atau tukang mebel. Begitu merantau, kalau kirim uang untuk biaya sekolahku atau renovasi rumah.
Hal itu membuat ibuku berusaha sendiri untuk keperluan sehari-hari dengan berkebun. Lahan ditanami jahe, kunyit, cabai, nilam, dan lainnya. Kadang jual daun cengkeh, tetapi kadang dapat dari hasil panen cengkeh yang enggak banyak.
Perjuangan Seorang Ibu, Tampak Kuat di Hadapan Orang Lain
Gambar hanya ilustrasi.
Di kehidupannya, berbagai ujian rumah tangga ibu lalui dengan sabar, ibu pun tetap bertahan demi anak-anak meski sakit. Di depan orang-orang ibu terlihat biasa dan ceria, seakan tidak ada apa pun yang terjadi.
Begitu malam tiba, anak-anak sudah tidur, aku dengar ibu menangis Ya Allah, hatiku sangat sakit. Begitu berat ujian yang ibuku jalani. Bagiku ibu adalah sosok yang sangat hebat.
Sekitar 12 tahunn yang lalu, ibu melahirkan adikku seorang diri tanpa ditemani siapa pun, berjuang melahirkan sendirian. Membayangkannya saja aku tak sanggup, bahkan ketika mengingat kembali, aku pasti menangis. Sebab, sewaktu aku melahirkan tidak bisa ditemani suami saja rasanya nyesek banget, sampai sekarang anak sudah 8 bulan.
Kala itu masih jam 4 pagi, bapak masih tidur dan aku tidur di rumah kakakku. Begitu adik sudah lahir, bapak baru dipanggil, terus ditinggal lagi untuk menjemput kakakku dan dukun anak. Ya, zaman dahulu melahirkan masih dibantu dengan paraji.
Tiba di rumah, masyaallah adikku lahir. Ia masih di lantai dapur dengan tali pusat masih utuh, tetapi sudah dipakaikan kain jarik. Ibu juga masih lemas di lantai dan menunggu dukun anak.
Tak Lelah Mengurus Anak dan Rumah
Gambar hanya ilustrasi.
Esok harinya ibu sudah berkegiatan seperti biasa, masak, nyuci, dan lainnya. Hari-hari yang ibu lalui semakin repot. Mulai jam 4 pagi masak, apalagi zaman dahulu masak nasi masih repot, masih menggunakan tungku. Setelah masak, ia lanjut beberes rumah, nyuci, mencari daun cengkeh, sembari momong 2 orang anak. Semua dilakukan sendiri.
Aku baru bisa membantu ibu menjaga adik saat sore hari, karena paginya aku harus sekolah, sedangkan bapak jarang banget mau gendong adik-adik. Ya Allah, tidak terbayang bagaimana lelahnya ibu waktu itu, enggak ada apa-apanya dibanding yang aku rasakan sekarang.
Gambar hanya ilustrasi.
Masak nasi sudah ada ricecooker, masak sudah ada kompor gas, walau begitu sering kali aku mengeluh capek. Sungguh begitu besar ibu. Aku berdoa semoga beliau selalu diberi kesehatan, umur yang panjang.
Dari contoh kisah perjuangan seorang ibu ini, kita tersadar kalau semua perempuan itu memang hebat dengan caranya masing-masing. Mungkin para perempuan itu lebih lemah secara fisik, tetapi hati perempuan bisa jadi lebih kuat. Salam hangat untuk seluruh Bunda, semoga kebaikan selalu menyertai kita semua. Aamiin.
Ditulis oleh Rita Ta
Baca juga:
Punya 2 Vagina dan 2 Rahim, Ibu Ini Selalu Kesakitan Luar Biasa saat Haid
Alami Depresi Pascamelahirkan & Dirikan Mother Hope Indonesia, Nur Yana: "Ibu Depresi Bukan Ibu Kejam"
Kisahku Menjadi Relawan COVID-19, Tiap Malam Selalu Terbayang Senyum Anak di Rumah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.