Menjadi ibu sekaligus berprofesi sebagai tenaga kesehatan bukanlah hal yang mudah bagiku, terlebih di masa pandemi. Aku merupakan seorang perawat di salah satu rumah sakit di Salatiga. Saat pandemi masuk ke Indonesia, aku ditunjuk menjadi relawan COVID-19 di rumah sakit.
Kaget, takut, gelisah, panik, semua jadi satu di dalam batin ini. Apa yang aku takutkan? Jawabannya adalah anak-anak aku. Sebab, sudah pasti aku harus berada di rumah sakit dan tidak akan pulang untuk waktu yang lama.
Pada akhirnya aku lalui semua dengan sabar, anak-anak diasuh oleh ayah dan neneknya. Sedangkan aku berjuang di rumah sakit dengan memakai alat pelindung diri selama beberapa jam, menahan panas, haus, lapar, dan lelah yang luar biasa.
Menjadi Relawan COVID-19 Adalah Tanggung Jawabku!
Shift pagi, shift siang, shift malam menjadi pekerjaanku setiap hari. Menjaga kondisi tubuh agar tidak sakit, minum vitamin, makan makanan bergizi. Mengingat ada beberapa pasien yang aku rawat bersama teman-temanku.
Seperti apa, sih, gejala COVID-19? Dari beberapa pasien, ada yang mempunyai gejala batuk, pilek, sesak napas, diare, anosmia (hidung tidak bisa membau), bahkan ada yang OTG (orang tanpa gejala).
Orang pengidap COVID-19 diberikan terapi berupa antibiotik, vitamin, minum susu, makan-makanan bergizi, selalu memakai masker, berjemur. Pun jangan takut selalu mengecek kesehatan di rumah sakit, agar kita tahu kesehatan kita.
Menjadi pasien COVID-19 memang harus kuat. Sebab, banyak yang menilai itu buruk hingga mengucilkan kita. Namun, aku sebagai nakes selalu memberikan semangat untuk semua pasien.
Mereka menerima saran yang diberikan. Semangat mereka pun tidak pernah padam dan berkeinginan untuk sembuh. Bukan hanya aku yang menahan rindu kepada keluarga, para pasien juga sangat menahan rindu kepada keluarga mereka karena lamanya waktu isolasi mandiri di rumah sakit.
Sepulang kerja berada di tempat asing, membuatku tidak nyaman. Setiap malam teringat senyum anak-anak di rumah, aku hanya bisa bersua melalui video call. Anak-anak yang awalnya senang dan tersenyum melihatku, akhirnya menangis juga karena rindu.
Tidak tega sebenarnya hati ini, ada rasa ingin berhenti cukup di sini. Namun tidak bisa, ini pekerjaanku sudah menjadi tanggung jawabku sebagai tenaga medis, mengingat dahulu aku disumpah untuk bisa membantu orang lain.
Diperbolehkan Pulang, Akhirnya Aku Bertemu Anak-anak
Setelah 1 bulan dilalui, satu persatu pasien sembuh dengan hasil swab negatif. Aku serta teman-teman yang menjadi relawan COVID-19 diperbolehkan pulang mememui anak anak dan keluarga, tetapi terlebih dahulu kita melakukan pemeriksaan rapid.
Membayangkan bisa bertemu keluarga di rumah membuat hati ini semakin tidak karuan. Air mata menetes meluapkan rasa rindu kepada mereka. Aku bahagia bisa bekerja dan bisa pulang dengan tenang. Kala lelah sepulang kerja, anak-anak menghiburku, menghilangkan rasa lelahku.
Jangan Takut Vaksinasi dan Tetap Patuhi Prokes!
Sekarang sudah ada vaksin yang aman buat kita untuk meminimalkan terkena Virus Corona. Yuk, jangan takut untuk divaksinasi, insyaallah aman dan sangat bermanfaat untuk kita.
Walaupun sudah vaksin, kita harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Selalu jaga kesehatan dan patuhi protokol kesehatan 5M! Doaku semoga pandemi ini bisa segera berakhir.
Parents, itulah kisahku saat menjadi relawan COVID-19. Dari pengalaman ini, pesanku adalah kita semua bisa menjadi perempuan kuat dan selalu berguna untuk semua orang di dunia.
Ditulis oleh Ria Ersalina
Baca juga:
Positif COVID-19, Ibu Ini Melahirkan Bayinya Saat Koma
Tok! Presiden Jokowi Gratiskan Vaksinasi COVID-19 untuk Masyarakat Indonesia
Bumil Sudah Tahu? Ini 6 Keuntungan Melahirkan Saat Pandemi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.