X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru

Bacaan 5 menit
Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru

Ada dua gejala baru COVID-19, yakni parosmia dan phantosmia. Penasaran apa bedanya? Simak dalam artikel ini.

Bertambah lagi gejala-gejala infeksi COVID-19. Dua di antaranya parosmia dan phantosmia. Sebenarnya, apa perbedaan parosmia dan phantosmia?

Kedua penyakit ini digolongkan sebagai ‘dysosmia’, yaitu gangguan kualitatif dari indra penciuman manusia, di mana penderitanya mengalami mispersepsi aroma.

Pengajar senior Universitas Portsmouth Lorenzo Stanford dalam artikelnya di Independent menuliskan bahwa orang dengan phantosmia juga sering mengalami kondisi yang berkaitan erat dengan parosmia.

Untuk tahu lebih lengkap mengenai perbedaan parosmia dan phantosmia, mari baca ringkasannya di bawah ini.

Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru

Pengertian Parosmia

Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru

Parosmia sebagai istilah medis untuk kondisi distorsi indra penciuman –salah dalam mengenali aroma. Orang yang menderita parosmia akan mengalami kehilangan intensitas aroma di mana ia tidak bisa mendeteksi aroma –lebih ke bau tak sedap- di sekitarnya.

Orang yang mengidap parosmia mendeteksi bau yang ada dengan salah. Misalnya, bau harum dari roti yang baru dipanggang dicium sebagai bau busuk yang menyengat.

Hal ini sering kali membuat orang tersebut tidak nyaman. Distorsi bau ini bisa terjadi dari skala ringan hingga parah, dan bisa terhadap benda tertentu atau semua benda.

Artikel terkait: Ini Kuncinya! Cara Memulihkan Penciuman Terganggu Akibat Covid-19

Apa Itu Phantosmia?

Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru

Sedangkan phantosmia merupakan istilah untuk halusinasi penciuman atau bau misterius yang muncul tanpa kemunculan benda atau bau apa pun. Distorsi ini bisa bermanifestasi sebagai bau yang ‘normal’ atau tidak enak. Misalnya, mencium bawang putih saat tidak ada bawang putih di dekatnya.

Kedua gangguan penciuman ini digolongkan sebagai ‘dysosmia’, atau gangguan kualitatif dari indra penciuman.

Yang Terjadi pada Pasien Parosmia dan Phantosmia

Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru

Mekanisme terjadinya parosmia dan phantosmia belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga sebagai akibat dari kerusakan neuron pendeteksi aroma atau reseptor penciuman telah rusak karena virus atau kondisi kesehatan lainnya. Neuron-neuron ini melapisi hidung dan memberi tahu otak cara menafsirkan informasi kimiawi yang membentuk bau atau mendeteksi molekul bau. Kerusakan neuron ini mengubah cara bau mencapai otak.

Selain itu, bisa jadi ada kerusakan pada area sistem penciuman seperti umbi olfaktorius. Umbi olfaktorius yang berada di otak depan bagian bawah menerima sinyal dari neuron-neuron ini dan memberikan sinyal kepada otak Anda tentang aroma: apakah itu menyenangkan, memikat, membangkitkan selera, atau busuk. Umbi penciuman ini bisa rusak dan bisa menyebabkan parosmia.

Artikel terkait: Kenali Ciri-ciri Anak Mengalami Gangguan Sensorik Berikut Ini!

Penyebab Parosmia

Selain virus, parosmia dan phantosmia bisa juga disebabkan oleh hal lainnya.

perbedaan parosmia dan phantosmia

  • Cedera otak traumatis (TBI). Meskipun durasi dan tingkat keparahan kerusakan bergantung pada cedera, tinjauan literatur medis menunjukkan bahwa gejala parosmia setelah cedera otak traumatis tidak jarang terjadi. Trauma otak juga bisa disebabkan oleh kerusakan akibat kejang, yang menyebabkan parosmia.
  • Infeksi bakteri atau virus. Infeksi saluran pernapasan bagian atas dapat merusak neuron penciuman. Ini biasanya lebih sering terjadi pada manula.
  • Merokok dan paparan bahan kimia dalam waktu lama bisa merusak sistem penciuman.
  • Efek samping pengobatan kanker. Radiasi dan kemoterapi dapat menyebabkan parosmia yang kemudian menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi.
  • Kondisi neurologis. Salah satu gejala pertama penyakit Alzheimer dan Parkinson adalah hilangnya indra penciuman. Lewy Body Demensia dan penyakit Huntington juga menyebabkan hal yang sama.
  • Tumor di umbi sinus, korteks frontal, dan di rongga sinus juga menyebabkan perubahan pada indra penciuman Anda.

Gejala yang Dialami Penderita Parosmia

perbedaan parosmia dan phantosmia

Sebagian besar kasus parosmia baru jelas setelah pasiennya sembuh dari infeksi. Tingkat keparahan gejala bervariasi dari kasus ke kasus.

Gejala yang paling sering dialami adalah merasakan bau busuk yang terus-menerus, terutama saat ada makanan. Selain itu, sulit mengenali atau memperhatikan beberapa bau di lingkungan sekitarnya yang diakibatkan kerusakan neuron penciuman.

Intinya, aroma yang tadinya Anda anggap menyenangkan menjadi sebaliknya.

Artikel terkait: 15 Gejala COVID-19 yang Sudah Ditemukan, Jangan Anggap Remeh!

Cara Mendiagnosis Parosmia

perbedaan parosmia dan phantosmia

Jika Anda mengalami gejala di atas, segera periksakan ke ahli otolaringologi atau dokter THT (telinga-hidung-tenggorokan). Dokter akan memeriksa penciuman Anda untuk menentukan tingkat keparahannya. Dokter juga akan bertanya tentang riwayat penyakit keluarga dan kondisi kesehatan Anda terakhir kali, gaya hidup, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

Jika dokter mencurigai bahwa penyebab parosmia Anda mungkin neurologis atau terkait kanker, mereka mungkin menyarankan pengujian lebih lanjut. Ini bisa termasuk rontgen sinus, biopsi daerah sinus, atau MRI.

Baik parosmia dan phantosmia cenderung terjadi setelah hilangnya indra penciuman, jadi pengobatan apa pun untuk penyebabnya dapat membantu. Kabar baiknya adalah gejala kedua kondisi tersebut berkurang seiring waktu.

Cara Mengobati Parosmia

Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru

Tidak semua kasus parosmia dapat diobati dengan mudah, tergantung penyebabnya. Biasanya yang bisa disembuhkan dengan cepat yang disebabkan oleh faktor lingkungan, pengobatan, pengobatan kanker, atau kebiasaan merokok.

Pada kasus yang serius, seperti polip atau tumor, pembedahan justru diperlukan.

Cerita mitra kami
Selain Menjaga Kebersihan, Ini Upaya Lain yang Dapat Dilakukan untuk Mencegah Hepatitis A
Selain Menjaga Kebersihan, Ini Upaya Lain yang Dapat Dilakukan untuk Mencegah Hepatitis A
Mengenal Lebih Jauh Gejala Hepatitis A
Mengenal Lebih Jauh Gejala Hepatitis A
Diare dan Dehidrasi pada Anak
Diare dan Dehidrasi pada Anak
Faktor Risiko Hepatitis A: Seseorang Lebih Mudah Terkena Hepatitis A Jika Memiliki Kondisi Ini
Faktor Risiko Hepatitis A: Seseorang Lebih Mudah Terkena Hepatitis A Jika Memiliki Kondisi Ini

Dan untuk perawatan sehari-hari Anda butuh mengonsumsi zinc, vitamin A, dan antibiotik. Jangan lupa juga untuk selalu menutup hidung Anda guna mencegah bau yang tak sedap tercium.

Parosmia bukanlah kondisi yang permanen. Neuron dapat memperbaiki dirinya sendiri seiring waktu, tergantung gejala, penyebab, dan pengobatan. Jika penyebabnya virus atau infeksi, indra penciuman Anda dapat kembali normal tanpa pengobatan. Namun rata-rata, 60% penderitanya butuh waktu antara 2-3 tiga tahun.

Demikian informasi seputar perbedaan parosmia dan phantosmia yang jadi gejala baru COVID-19.

Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita Permatasari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Baca juga:

Penyakit demensia bisa dideteksi sejak dini dengan indra penciuman, ini alasannya!

6 Cara sederhana mencegah pikun di masa tua, perlu dicoba!

Anak sering ingusan bisa jadi sakit polip? Ketahui gejala dan penanganannya!

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Ester Sondang

Diedit oleh:

dr.Gita Permatasari

  • Halaman Depan
  • /
  • Penyakit
  • /
  • Perbedaan Parosmia dan Phantosmia, Dua Gejala COVID-19 Terbaru
Bagikan:
  • Mirip tapi tidak sama! Ini perbedaan gejala covid-19, flu, dan pilek

    Mirip tapi tidak sama! Ini perbedaan gejala covid-19, flu, dan pilek

  • 15 Gejala COVID-19 yang Sudah Ditemukan, Jangan Anggap Remeh!

    15 Gejala COVID-19 yang Sudah Ditemukan, Jangan Anggap Remeh!

  • 7  Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

    7 Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

  • Mirip tapi tidak sama! Ini perbedaan gejala covid-19, flu, dan pilek

    Mirip tapi tidak sama! Ini perbedaan gejala covid-19, flu, dan pilek

  • 15 Gejala COVID-19 yang Sudah Ditemukan, Jangan Anggap Remeh!

    15 Gejala COVID-19 yang Sudah Ditemukan, Jangan Anggap Remeh!

  • 7  Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

    7 Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.