Gigi memiliki peranan penting dalam proses cerna makanan maupun sebagai salah satu organ wicara pada anak. Parents mungkin sering mendengar tentang gigi susu dan gigi permanen. Banyak juga yang sering dibingungkan tentang perbedaan gigi susu dan gigi permanen.
Akan tetapi, umumnya sebagian besar orang memahami gigi susu hanya tumbuh pada masa kanak-kanak, sementara gigi permanen merupakan gigi yang tumbuh setelah dewasa. Benarkah demikian?
Mengenai persoalan tersebut, drg. Puspa Dwi Pratiwi, Sp.KGA dari OMNI Hospital Pekayon menjelaskan sejumlah perbedaan utama pada gigi susu dan gigi permanen kepada theAsianparent. Berikut uraian selengkapnya!
Artikel Terkait: 3 Kondisi yang Menyebabkan Gigi Susu Perlu Dicabut
Perbedaan Gigi susu dan Gigi Permanen
Sumber: freepik
Gigi manusia memiliki periode pertumbuhan, yakni periode gigi susu dan gigi tetap. Kedua periode tersebut tentu memiliki sejumlah perbedaan, baik dari segi jumlah, bentuk, dan juga struktur.
1. Perbedaan Gigi Susu dan Gigi Permanen dari Segi Jumlah
Gigi susu dan gigi permanen memiliki jumlah yang berbeda. Gigi susu berjumlah 20 buah gigi, yang meliputi 4 gigi seri depan, 4 gigi seri samping, 4 gigi taring, dan 8 gigi geraham. Sementara itu, gigi permanen terdiri dari 32 buah yang meliputi 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8 gigi geraham kecil (premolar), dan 12 gigi geraham besar (molar).
2. Perbedaan Gigi Susu dan Gigi Permanen pada Bentuk dan Struktur
Gigi susu memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan gigi permanen. Gigi permanen terutama di bagian gigi seri depan atas dan bawah memiliki tonjolan-tonjolan kecil (mamelon) di bagian kunyah. Bentuk bergerigi pada bagian kunyah akan menghilang seiring dengan berjalannya fungsi gigi seri.
Dari segi strukturnya akar gigi susu cenderung lebih tipis dibandingkan gigi permanen. Saat proses pergantian dengan dengan gigi permanen (tetap) akan terkikis oleh gigi tetap yang siap menggantikannya.
3. Perbedaan Gigi Susu dan Gigi Permanen pada Lapisan Gigi
Gigi memiliki tiga lapisan utama, yakni enamel, lapisan dentin, dan ruang syaraf. Enamel pada gigi susu cenderung lebih tipis sehingga gigi susu lebih rapuh. Ketika mengalami gigi berlubang maka prosesnya akan berlangsung cukup cepat.
Sementara pada gigi tetap, lapisan yang lebih tebal justru lapisan gigi kedua, yakni dentin. Hal tersebut menyebabkan gigi permanen berwarna lebih kekuningan ketimbang gigi susu.
4. Periode Tumbuh
Gigi susu umumnya tumbuh pada bayi sekitar usia 6 bulan. Dimulai dari gigi seri bawah, gigi seri kedua pada usia 10 bulan, dan gigi taring susu, kemudian gigi geraham susu. Periode pertumbuhan gigi susu biasanya berakhir pada usia 3 tahun.
“Jadi, orang tua tidak perlu khawatir jika sebelum usia satu tahun masih ada anak yang belum tumbuh gigi serinya tetapi (sebaiknya) sudah mulai diperiksa apabila pada usia 15 bulan anak belum memiliki gigi yang tumbuh,” ungkap drg. Puspa Dwi Pratiwi, Sp.KGA.
Sementara gigi tetap akan mulai tumbuh menggantikan gigi susu pada usia anak 6 tahun. Periode gigi tetap ini berakhir pada usia 17-21 tahun yang biasanya bertepatan dengan tumbuhnya gigi geraham bungsu.
Artikel Terkait: Jangan salah kaprah! Gigi susu berlubang bisa berbahaya bagi anak
Masalah yang Sering Muncul pada Gigi Susu dan Gigi Permanen
Sumber: freepik
Masalah kesehatan pada gigi kerap muncul baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Berdasarkan pengalamannya sebagai dokter gigi, drg. Puspa Dwi Pratiwi, Sp.KGA, mengungkapkan masalah yang paling sering terjadi adalah gigi berlubang atau karies gigi. Beberapa masalah lain juga karena penggunaan botol susu pada anak.
1. Nursing Bottle Caries pada Gigi Susu
Biasanya terjadi pada anak usia 1-2 tahun yang memiliki kebiasaan minum susu menggunakan botol sambil tertidur. Karies gigi tersebut biasanya menyerang gigi seri rahang atas. Sering kali orang tua membawa anaknya ke dokter gigi dalam kondisi grepes dan kehitaman.
2. Karies Rampan
Gigi susu juga kerap mengalami karies rampan yang umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Pada usia tersebut biasanya anak belum bisa menyikat gigi dengan tepat sehingga kondisi ini pun terjadi. Sisa makanan yang menumpuk dan tidak dibersihkan dengan benar menyebabkan pengasaman pada gigi.
3. Perubahan Warna Gigi
Masalah gigi yang sering ditemui pada anak adalah perubahan warna. Perubahan warna pada gigi terjadi karena beberapa faktor. Pertama karena adanya noda sisa makanan (black stain). Noda pada gigi tersebut juga dapat disebabkan oleh bakteri.
Perubahan warna pada gigi juga bisa disebabkan oleh faktor trauma misalnya ketika anak jatuh dan giginya terbentur sehingga mengalami nekrosis (kematian sel). Kondisi tersebut membuat gigi berubah warna menjadi abu-abu.
Selain itu, perubahan warna pada gigi juga bisa disebabkan oleh penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama.
4. Karang Gigi
Selain karies gigi, karang gigi juga menjadi salah satu masalah umum dan paling sering terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Pada karang gigi yang diserang terlebih dahulu adalah jaringan gusinya. Apabila karang gigi dibiarkan menumpuk terus menerus akan menyebabkan gusi menjadi rusak dan pada akhirnya gigi akan goyang.
Artikel Terkait: Mencabut Gigi Susu Anak Menggunakan Benang, Adakah Risikonya?
Tips Merawat Gigi Susu dan Gigi Permanen untuk Mencegah Kerusakan
Sumber: freepik
Banyak masalah kesehatan pada gigi yang kerap menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Sebaiknya orang tua melakukan langkah pencegahan agar kesehatan gigi anak tetap terjaga. Berikut sejumlah cara pencegahannya.
1. Pemeriksaan Gigi Sedini Mungkin
Saat gigi anak sudah mulai tumbuh sebaiknya orang tua sudah mulai membiasakan anak untuk berkunjung ke dokter gigi. Biasanya gigi pertama anak tumbuh pada usia 6 hingga 8 bulan. Hal tersebut bertujuan untuk melihat kondisi gigi anak yang telah tumbuh.
2. Memperhatikan Penggunaan Botol Susu
Bila anak terbiasa minum susu menggunakan botol sebaiknya perhatikan penggunaannya. Usahakan anak tidak minum susu dengan botol lagi setelah sikat gigi malam. Hal tersebut ditujukan untuk mencegah terjadinya karies botol susu.
3. Orang Tua Perlu Membantu Anak Menyikat Gigi
Untuk memastikan kebersihan gigi sebaiknya orang tua memeriksa kembali gigi anak. Bila perlu orang tua juga membantu membersihkannya.
4. Rutin Berkunjung ke Dokter Gigi
Berkunjunglah ke dokter gigi paling tidak enam bulan sekali. Mengunjungi dokter gigi saat sakit sebenarnya adalah hal yang sudah terlambat.
Dokter akan mendeteksi kerusakan dini pada gigi sehingga bisa melakukan langkah pencegahan bila pasien rutin berkunjung. Saat memeriksakan gigi dalam kondisi sehat anak-anak juga akan merasa lebih nyaman.
5. Gunakan Pasta Gigi Berfluoride
Anak-anak yang giginya telah tumbuh sudah diperbolehkan untuk menggunakan pasta gigi berfluoride. Dengan catatan bila anak belum bisa berkumur-kumur, penggunaannya hanya boleh sebatas biji beras.
“Ketika anak sudah bisa berkumur atau biasanya di atas usia 3 tahun, sudah boleh ditambahkan jumlah pasta gigi berfluoride sebesar biji jagung,” jelas dokter gigi yang berpraktik di RS EMC Pekayon itu.
Pasta gigi berfluoride bermanfaat untuk mencegah gigi susu dari masalah gigi berlubang.
6. Sikat Gigi dengan Cara dan Waktu yang Tepat
Untuk menjaga kesehatan gigi susu maupun gigi permanen bisa dilakukan dengan cara dan waktu menyikat gigi yang tepat, yakni pada pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Serta menggunakan kan pasta gigi berfluoride.
7. Pola Makan yang Baik untuk Kesehatan Gigi
Batasi konsumsi makanan manis atau mengandung gula. Ganti dengan makanan yang lebih sehat seperti buah-buahan dan banyak mengonsumsi air putih.
Itulah penjelasan tentang perbedaan gigi susu dan gigi permanen. Laksanakan juga tips yang disampaikan oleh dokter gigi di atas untuk menjaga kesehatannya.
Baca Juga:
Masalah Gigi Anak Bisa Pengaruhi Tumbuh Kembangnya, Ini Tips Perawatannya
Catat! 5 Hal yang Bisa Parents Lakukan untuk Cegah Gigi Anak Rusak
Lakukan Sejak Dini, Ini Tips Merawat Gigi dan Mulut Balita agar Tetap Sehat
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.