Sawiningtyas atau yang akrab disapa Win merupakan seorang ibu hebat dari Samarinda, Kalimantan Timur, yang ingin berbagi pengalamannya sebagai penyitas kanker payudara. Dalam proses pengobatan kanker, Win, diberikan anugerah kehamilan oleh Tuhan.
Coba bayangkan, bagaimana perasaan Parents saat tahu bahwa dokter mendiagnosis kanker? Tentu akan campur aduk rasanya. Itu juga yang dialami oleh Win. Beberapa tahun lalu, saat masih dalam proses menyusui anak keenamnya, ia didiagnosis terkena kanker payudara.
Di balik rasa khawatir atas kondisi kesehatannya, ia diberikan nikmat dan rezeki hamil anak ke-8. Padahal, pengobatan baru selesai dijalani dan dokter menyatakan kehamilannya sangat berisiko dengan kesehatannya. Bahkan dokter pun bilang, kehamilannya bisa membuat sel kankernya muncul kembali.
Lantas bagaimana Win menjalani kehamilan kedelapannya hingga proses persalinan dengan sehat bahagia? Inilah cerita yang dibagikan Win kepada kami.
Cerita Ibu Penyitas Kanker Payudara dan Hamil Setelah Menjalani Pengobatan
Cerita Awal Perjalanan Win Ketika Didiagnosis Kanker Payudara
Mengalami kondisi kesehatan dan diagnosis sebuah penyakit yang menjadi pemicu kematian tertinggi tentu menjadi sebuah penerimaan yang tidak mudah. Begitu pun dengan Win. Ia bercerita, bahwa saat itu, setelah berhenti menyusui si kecil, tiba-tiba di bra yang ia kenakan ada bercak darah yang keluar dari puting susu.
“Dengan tangan gemetar, deg-degan, saya buka Google, dan membuka hallo dokter, lalu berusaha menuliskan kata bercak darah dari payudara. Ternyata, banyak sekali keterangan di situ. Dengan tanda itu bisa disimpulkan bahwa saya menderita kanker. Tapi saya berhusnudzon Billah, berharap itu tidak benar,” cerita Win.
“Kemudian keesokan harinya, saya memulai periksa ke medis, awalnya ke puskesmas, kemudian di rujuk ke RS tipe C. Lanjut di rujuk ke RS tipe A,” sambungnya.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, mulai dari test darah laboratorium, USG, foto thorax, dan FNAB, akhirnya dokter menyimpulkan bahwa dirinya positif kanker.
Perasaan Win Saat Didiagnosis Kanker Payudara dan Bagaimana Respons Keluarga?
“Sangat terkejut tentunya, berusaha menyangkalnya, rasanya bumi seperti berhenti bergerak, kaki tak lagi menapak di atasnya. Saya kaget, begitu pun suami dan anak-anak. Kami menangis bersama.
Bahkan 2 hari saya tidak bisa tidur sama sekali. Seolah-olah umur tak lagi panjang. Khawatir tentang anak-anak yang saat itu masih kecil-kecil. Juga belum siap rasanya jika harus di panggil Tuhan secepat itu,” ungkap Win.
Adakah Stigma Negatif dari Masyarakat Soal Kanker Payudara Diderita?
Untuk stigma negatif ini, Win mengaku ada yang merasa ketakutan akan tertular. Bahkan ada yang menduga penyakit tersebut merupakan sebuah kutukan.
Akan tetapi, dirinya tetap bersyukur. Sebab, banyak sahabat dan sanak saudara yang memberikan dukungan kepadanya.
Hal Apa yang Membuat Drop?
Win bercerita bahwa ia pernah berada di keadaan terburuk saat mengetahui kondisinya saat itu. Ia berpikir bahwa terkena kanker itu adalah kematian terdekat.
Lalu, yang membuatnya drop adalah harapan sembuh tidak ada. Proses pengobatan yang panjang dan merelakan anggota tubuh terpenting pada perempuan, sudah tidak sempurna.
Ketakutan pun dirasakan tidak terkendali. Apalagi saat menjelang operasi. Saat tersadar, ia harus menerima kehilangan “barang” berharga. Di mana kebanyakan perempuan menganggapnya sebagai simbol kecantikan dan daya tarik, tetapi yang ia punya harus hilang.
Kondisi tersebut yang membuat Win merasa sangat takut. Ketakukan akan pasangan yang tidak mau menerima kekurangannya. Bayangan anak-anak yang masih terlalu kecil. Semua itu seakan hadir silih berganti dalam pikirannya. Membuat dirinya begitu terpuruk dan merasa sesak menerima kenyataan.
Kisah Win Saat Didiagnosis Kanker Payudara dan Dinyatakan Hamil Anak Kedelapan
Kepada theAsianparent, Win menceritakan bahwa sebetulnya kehamilan kedelapan tersebut terjadi setelah selesai menjalani pengobatan
“Saya sudah operasi Mastektomi (angkat payudara), sudah menjalani kemoterapi sebanyak 6 kali, sudah selesai minum obat selama 18 bulan. Namun memang berisiko jika memaksakan kehamilan.
Sebab risiko kekambuhan sangat tinggi. Apalagi kanker saya ini karena Her2 positif3. Di mana secara medis susah di kendalikan, berbeda dengan yang karena hormonal,” ujar Win.
Win mengaku, dirinya ketahuan hamil setelah sebulan selesai minum obat antikanker. Bahkan efek dari obat tersebut pun masih dirasakan. Kuku-kukunya yang rusak belum sembuh, kulit masih menghitam. Ia pun merasa khawatir dengan kondisi kehamilannya saat itu.
“Tentu saya khawatir dengan kondisi calon bayi saya. Namun, dokter lebih mengkhawatirkan kondisi saya. Jadi setelah saya yakin kalau hamil, saya cerita dengan dokter onkologi saya. Beliau bukan yang mengobati saya, tapi kami saat itu sudah seperti teman.
Jadi saya nyaman konsultasi atau ceritaan dengan beliau. Dokter pun agak marah saat itu, karena risiko tinggi kekambuhan jika saya paksakan tetap hamil,” cerita Win lebih lanjut.
Seperti Apa Dukungan Keluarga dan Orang Terdekat Win?
Saat itu, Win mengungkapkan reaksi suami baik-baik saja, dan kalau keenam anaknya malah antusias. Namun dokter kandungan dan onkologi yang menangani kesehatannya terlihat panik dan khawatir.
Jika mengikuti aturan atau prosedur medis, kehamilan itu tidak boleh terjadi, bahkan disarankan untuk digagalkan atau tidak dilanjutkan. Apalagi saat itu usia kehamilannya baru 6 minggu.
Akan tetapi, Win tetap ingin mempertahankan kehamilannya. Win juga mengaku, saat menjalani kehamilan kedelapannya, ia tidak pernah mengekspos. Sebab, akan terjadi pro dan kontra dengan kehamilan dan kondisi kesehatannya.
Ia baru berani mengekspos ketika si kecil lahir dengan sehat dan selamat. Tidak ada hal yang mengkhawatirkan selama kehamilan sampai dengan proses persalinan.
Motivasi Sawiningtyas Mempertahankan Kehamilan dengan Kondisi Kesehatannya
Ketika dinyatakan hamil, Win memang sudah tidak menjalani pengobatan untuk kankernya. Hanya saja, ia masih harus berobat untuk mengurangi rasa sakit karena efek samping dari obat antikanker yang pernah dikonsumsinya. Misalnya, pengobatan terhadap ujung-ujung kuku yang terluka dan nyeri tulang juga persedian yang dikeluhkannya.
Win mengakui, alasan mempertahankan kehamilan adalah rasa sayang dan cintanya terhadap calon buah hati di dalam kandungan. Support dari keluarga dan keenam anak yang begitu excited menerima kehadiran calon adik mereka.
Itulah menjadi penyemangat dirinya untuk terus mempertahankan kehamilannya.
Tantangan yang Dirasakan Win Menjalani Kehamilan sebagai Penyitas Kanker Payudara?
“Hambatan saat kehamilan hampir tidak ada, saya mengalami morning sickness seperti kehamilan yang lainnya. Hanya saya diharuskan kontrol kandungan per 2 minggu. Pengobatan kanker sudah tidak lagi saya jalani, hanya kontrol untuk mengecek kondisi sel kanker saya per 3 bulan.
Padahal saya masih ada nodul tiroid di leher. Harusnya saat itu saya konsentrasi untuk si nodul, tetapi karena hamil jadi fokus teralihkan untuk proteksi kehamilan,” ujar Win.
Hal Apa yang Paling Ditakuti Saat Hamil sebagai Penyitas Kanker Payudara?
Hal yang paling ditakutkan oleh Win adalah kankernya kambuh atau terjadi sesuatu kepada bayi dalam kandungannya akibat efek samping obta kanker yang benar-benar belum hilang.
Walau demikian, Win bersyukur dipertemukan dengan team onkologi yang sangat support dan memberi semangat. Hingga ketakutan pada dirinya bisa diatasi dan tidak mendominasi.
Alasan Kekuatan Sawiningtyas Menerima Kenyataan Didiagnosis Kanker Payudara?
Win menceritakan bahwa kekuatan terbesarnya saat kondisi tersebut adalah anak-anak yang masih membutuhkannya. Selain itu, ia selalu bersyukur atas pertolongan Tuhan. Bahwa dengan jenis kanker yang diidapnya, Allah masih memberikan kemudahan dan jalan kesembuhan.
Ia pun selalu bersyukur respons terhadap pengobatannya sangat baik. Sebab, banyak dokter yang menyatakan hal ini sebuah keistimewaan, melihat jarangnya para pasien kanker payudara jenis Her2 positif3 bisa mengalami kesembuhan seperti dirinya.
Pesan untuk Parents yang Sedang Mengalami Kondisi Kesehatan Seperti Win?
“Tetaplah semangat, berpikir positif, berhusnudzon Billah yakin jika Allah akan memberikan pertolongan. Hamil merupakan rezeki dari Allah, sewajarnya kita menyambut dengan bahagia, apa pun keadaannya. Yakin setiap kesedihan dan kesakitan yang kita alami, Allah memberikan kesenangan dan kebahagiaan yang lebih besar,” pesan Win.
***
Parents, itulah kisah seorang ibu penyitas kanker payudara, di mana saat baru selesai pengobatan, Tuhan memberikan rezeki kehamilan. Namun, dengan segala risikonya ia tetap mempertahankan buah hati yang sudah dicintai dan disayangi semenjak dalam kandungan. Semoga kisah ini menambah rasa syukur atas nikmat sehat yang Tuhan berikan, ya, Parents.
Baca juga:
id.theasianparent.com/menjadi-relawan-covid-19
Berdasarkan Pengalaman, Ini 5 Hal yang Menjadikan Setiap Perempuan Hebat
17 Ciri Anak Alami Stres Selama Pandemi, Parents Perlu Mengenalinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.