Sudah menjadi rahasia umum bahwa mengonsumsi gula secara berlebih dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes, jantung dan stroke. Karena itu, banyak orang beralih untuk mengonsumsi pemanis buatan yang konon katanya tidak menimbulkan efek samping lebih berbahaya dibandingkan dengan gula biasa. Benarkah demikian?
Sebelum membenarkan pernyataan mengenai pemananis buatan atau artificial sweeteners lebih baik dibandingkan dengan gula alami, mari kita ketahui terbuat dari apakah pemanis buatan itu.
Artikel terkait: Ingin pencernaan sehat? Konsumsi 7 makanan kaya probiotik ini
Apa itu pemanis buatan atau artificial sweeteners?
Mengutip dari Mayo Clinic, artificial sweeteners ialah bentuk lain gula yang terbuat dari bahan sintetis. Pemanis buatan ini memiliki rasa manis yang berkali-kali lipat dibandingkan gula, namun tidak memiliki kalori yang tinggi seperti gula alami. Sedangkan gula alami merupakan bentuk sederhana dari karbohidrat.
Saat ditemui dalam acara Heavenly Blush Tummy Yogurt “Bahaya Gula untuk Pencernaan”, dr. Marya Haryono, M Gizi, SpGK juga sempat menjelaskan mengenai perbedaan artificial sweeteners dengan gula alami. Menurutnya, gula artifisial dibuat dengan serendah mungkin kalori.
Artikel terkait: Suka makanan/minuman manis? Waspadai bahaya konsumsi gula berlebih
“Gula itu sebenarnya identik dengan karbohidrat, gula itu karbohidrat tapi dia kelompok karbohidrat yang simpel. Bentuknya seperti gula pasir, gula merah, palm sugar, itu termasuk simpel sugar. Bahkan yang ada di minuman-minuman yang biasa kita konsumsi itu adalah katagorinya simpel sugar atau gula alami.
Nah, kalau gula artificial adalah bahan tertentu yang dibuat dengan serendah mungkin kalori, tetapi tetap menimbulkan sensasi manis. Untuk menjawab kebutuhan konsumen yang kadang-kadang tidak mau simpel karbohidrat tapi pinginnya manis, jadi dibuatlah gula artificial,” jelas dr. Marya.
Apakah pemanis buatan lebih baik dari pada gula alami?
Bila dibandingkan, gula pasir atau gula yang terbuat dari tebu memiliki rasa yang paling enak, dibandingkan dengan pemanis buatan. Karena ada beberapa artificial sweeteners yang meninggalkan after taste rasa pahit.
Akan tetapi, gula pasir yang umumnya kita gunakan mengandung kalori yang lebih banyak, yaitu sekitar 37 kalori dalam satu sendok makan. Sedangkan pada pemanis buatan, mayoritas tidak memiliki kalori, seperti yang telah dikatakan oleh dr. Marya.
Tak hanya mengandung sedikit kalori, pemanis buatan cenderung tidak meningkatkan kadar gula darah, karena memang bukan termasuk karbohidrat seperti simpel sugar yang telah dijelaskan di atas.
Bagaimana dampaknya untuk sistem pencernaan kita?
Dikatakan dr. Marya, sebenarnya gula pasir atau gula yang terbuat dari tebu dapat memberi makan terhadap bakteri di usus.
“Yang mau kita jaga adalah keseimbangan bakteri baik dan jahat. Kalau kebanyakan gula, bakterinya tetap makan dong, tapi sayangnya keseimbangannya akan terganggu. Gula dalam darah jadi tinggi, kalori bertambah,” tukas dr. Marya.
Sedangkan untuk artificial sweeteners sendiri, belum diketahui bagaimana batas keamanannya untuk kesehatan.
“Kalau artificial sugar, gula yang dibuat ini sedang diteliti bagaimana batas keamanannya terhadap kesehatan maupun terhadap keseimbangan bakteri baik dan jahat di usus,” lanjut dr. Marya.
Namun ada penelitian yang mengaitkan risiko mengonsumsi artificial sweeteners ini dengan risiko kanker. Misalnya pada penelitian tahun 1970, yang diujicobakan pada tikus. Ditemukan, tikus yang diberi sakarin (salah satu jenis pemanis buatan), dalam dosis tinggi menderita kanker kandung kemih.
Pada penelitian lain tahun 2005 menyebutkan bahwa tikus yang diberi pemanis buatan jenis aspartam dengan dosis tinggi (kurang lebih setara dengan 2000 kaleng soda diet) memiliki risiko tinggi terhadap leukimia. Perlu diingat, keseluruhan penelitian ini masih belum diketahui dampaknya terhadap tubuh manusia.
Tak hanya itu, pemanis buatan juga dikaitkan dengan kenaikan berat badan, meskipun memiliki jumlah kalori yang sedikit. Mengutip dari Harvard Health Publication, dr. Ludwig, seorang profesor di bidang kesehatan anak mengatakan kalau ada kemungkinan pemanis buatan dapat menstimulasi pembentukan sel lemak baru, sehingga memicu kenaikan berat badan.
Untuk itu, diharapkan tetap bijak bila memilih untuk mengonsumsi pemanis buatan.
Berapa takaran gula yang aman dikonsumsi per hari?
Terakhir, dr. Marya menyarankan untuk mengurangi konsumsi gula, yang berasal dari simpel sugar atau pemanis buatan, sebanyak 1,5 sendok per hari.
“Sebaiknya dianjurkan kurang dari 10% gizi kita sehari. Ambil rata-rata, sehari 150o kalori lalu dikalikan 10% maksimal datangnya dari gula. Kalau disetarakan dengan sendok 1,5 sendok saja, 15 atau 20 gram gula, termasuk gula di dalam masakan, dan gula di dalam minuman,” tutup dr. Marya.
Nah, sudah berapa sendok gula yang Anda konsumsi hari ini?
***
Baca juga
5 Penyakit Akibat Konsumsi Gula Berlebih, Bukan Diabetes Saja
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.