Pemerintah telah memulai program vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan. Berikut kumpulan pengalaman dokter yang telah divaksin COVID-19.
***
Indonesia telah resmi memulai program vaksinasi COVID-19 . Untuk saat ini, vaksin diprioritaskan untuk tenaga kesehatan dan pelayan publik yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 1,3 juta tenaga kesehatan ditargetkan dapat menerima vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech Ltd. bersama PT. Bio Farma ini.
Cara Dokter Mendapatkan Vaksin COVID-19
Pengalaman dokter yang telah divaksin COVID-19 tentu saja tidak sama. Namun pada dasarnya, untuk bisa mendapatkan vaksin, dokter-dokter yang bekerja di fasilitas kesehatan perlu mengisi data yang dikirimkan ke Kementerian Kesehatan. Data ini sudah diserahkan sebelum program vaksinasi dimulai.
Setelah resmi dimulai, yakni tanggal 13 Januari 2021, Kementerian Kesehatan mengirimkan SMS ke nomor ponsel dokter yang telah didaftarkan. SMS ini berisi pesan agar dokter penerima segera mendaftar ulang untuk mendapatkan vaksinasi. Pendaftaran ulang dilakukan melalui aplikasi PeduliLindungi atau Chatbot Whatsapp Kementerian Kesehatan di nomor 081110500567.
Nur Chandra Bunawan, dokter ahli penyakit dalam di RSUD Kramat Jati, Jakarta Timur mengatakan bahwa proses pendaftaran ulang sangat mudah. “Prosesnya sangat mudah, hanya tinggal daftar ulang lewat aplikasi atau website pedulilindungi.id. Tidak ada kendala sama sekali,” katanya.
Namun demikian, sebagian dokter sempat mengalami kendala. Seperti yang dialami oleh William Wahono, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.
“Ada sedikit kendala waktu mendaftar ulang. NIK saya terdaftar, tapi tempat penyuntikkan di RS lain. Saya minta ganti tempat dan diarahkan untuk menghubungi call center Kemenkes. Sampai beberapa hari jawabannya tidak jelas. Akhirnya mungkin dari pihak pemerintah dan rumah sakit berkoordinasi ulang. Yang penting NIK-nya sudah terdaftar jadi setelah itu bisa melakukan vaksin di mana saja,” ujarnya.
Pengalaman Medha Satyarengga, dokter Indonesia yang berkarier di Amerika Serikat, tidak jauh berbeda. “Di sini, para dokter tidak perlu mendaftar ulang. Semua tenaga kesehatan otomatis mendapat vaksin dari tempat kerjanya,” paparnya.
Ia pun menambahkan bahwa Amerika Serikat juga sudah mulai melakukan vaksinasi untuk warga senior berusia 65 tahun ke atas. “Kalau untuk masyarakat umum, harus mendaftarkan diri ke dinas kesehatan setempat secara online,” pungkasnya.
Artikel Terkait : Divaksinansi Justru Bikin Positif COVID-19? Ini Penjelasan Dokter!
Pengalaman Dokter yang Telah Divaksin COVID-19 Ungkap Efek Samping yang Dirasakan
Tahun 2020 sesungguhnya menjadi tahun yang memprihatinkan bagi profesi kesehatan. Hingga kini, COVID-19 telah merenggut nyawa 626 tenaga kesehatan di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sendiri mencatat sudah 237 dokter yang meninggal karena penyakit ini.
Tantangan seakan tidak ada habis-habisnya. Di luar jam kerja yang panjang, setiap hari para dokter yang berpraktik harus menghadapi kenyataan akan risiko tertular COVID-19 di tempat kerja, atau menularkan anggota keluarga di rumah. Berita tentang kolega atau keluarga/kerabat yang positif COVID-19 menjadi makanan sehari-hari yang makin membuat dokter lelah secara emosional. Belum lagi kalau sampai kehilangan orang-orang terdekat karena COVID-19 .
Bagi para dokter, dimulainya program vaksinasi cukup memberi angin segar yang menyejukkan hati dan pikiran.
“Saya merasa lebih tenang sesudah divaksin,” ujar William yang baru menerima satu dosis vaksin CoronaVac. Hal senada juga disampaikan oleh Nur yang telah menerima dua dosis vaksin CoronaVac, “Lebih tenang sih, meski sebenarnya masih bisa terkena COVID-19 . Tapi kan tidak sampai memerlukan perawatan.”
Medha, yang sudah menerima satu dosis vaksin buatan Moderna menyampaikan bahwa sebelum divaksin, selalu ada kekhawatiran apakah suatu hari akan positif dan sakit.
“Yang paling ditakutkan adalah menularkan ke pasien dan keluarga di rumah. Setelah divaksin, kekhawatiran masih ada tapi sudah jauh berkurang. Hidup dan praktik lebih terasa normal, walaupun belum 100 persen,” lanjut dokter spesialis endokrinologi dan diabetes yang berpraktik di University of Maryland Shore Regional Health ini.
Apakah Efek Samping Vaksin Mengganggu?
Berdasarkan laporan uji klinis, efek samping vaksin COVID-19 rata-rata ringan dan tidak mengganggu. “Vaksin ini disuntikkan ke dalam otot, jadi hanya terasa sedikit pegal di lokasi penyuntikan. Ya, kurang lebih 5-10 menit saja,” pungkas Nur yang juga berpraktik di RSIA Kemang Medical Care, Jakarta Selatan.
Hal serupa juga disampaikan oleh William, “Sehabis disuntik, diobservasi dulu 30 menit untuk melihat ada tidaknya efek samping. Yang saya rasa pegal di lengan dan rasa mengantuk. Tapi besoknya sudah hilang.”
Efek samping ini sebetulnya merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh bekerja. Bila ringan dan tidak mengganggu, tidak perlu diobati. Bila cukup mengganggu, boleh mengonsumsi parasetamol untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
Mendapat vaksinasi, Tetap Wajib Jalankan Protokol Kesehatan
Vaksinasi memang bisa membantu mengendalikan pandemi COVID-19 , tetapi ini bukanlah cara yang terakhir dan satu-satunya. Perlu cukup orang yang divaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok sehingga pandemi akhirnya bisa berakhir. Tapi tentu ini memakan waktu. Sampai saat ini pun, belum ada kejelasan apakah orang-orang yang telah divaksin akan benar-benar kebal terhadap infeksi COVID-19 .
“Harus diingat bahwa efektivitas vaksin tidak 100 persen, artinya masih ada kemungkinan terkena COVID-19 dan juga menularkan ke orang-orang terdekat,” kata Medha.
Oleh sebab itu, pertahanan tidak boleh kendur. Untuk menghindari virus Corona, sangat penting untuk tetap menjalani protokol kesehatan 5M seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi. Apalagi, angka rawat inap dan kematian karena COVID-19 masih terus meningkat di Indonesia.
Bila masyarakat abai dengan protokol kesehatan, sistem kesehatan akan kolaps, dokter-dokter pun semakin banyak yang bertumbangan. Kalau sampai demikian, tentu akan semakin sulit untuk mencari pertolongan medis.
“Di awal tahun ini, justru pandemi sedang parah-parahnya. Unit gawat darurat rumah sakit selalu penuh. Pasien-pasien COVID-19 yang ada di situ biasanya harus menunggu sekitar 2-3 hari baru bisa dirawat. Paling baik ya, jangan sampai sakit. Meski sudah ada vaksin, jangan lengah, protokol kesehatan yang ketat tetap harus dilakukan. Jangan lupa 5M-nya,”ujar William yang juga berpraktik di Klinik Fertilitas Bocah Indonesia, Primaya Hospital Tangerang.
Harapan dengan Adanya Vaksinasi COVID-19
“Seluruh rakyat Indonesia harus berupaya agar bisa ikut berpartisipasi dalam program vaksinasi. Jika tidak yakin, konsultasikan dengan dokter Anda,” tegas Medha, yang keluarga besarnya ada di Indonesia.
Ia pun menambahkan bahwa program vaksinasi ini penting dijalankan dengan serius untuk mengurangi risiko sakit berat. Harapannya, juga dapat memutus rantai penularan dan mengakhiri pandemi secepatnya. “Semoga pandemi bisa segera terkendali dan bahkan Indonesia bisa bebas Covid-19,” imbuh William.
“Vaksin bukan hanya tentang kita, tapi tentang orang-orang lain sekitar kita,” ujar Nur. Dengan divaksin, sesungguhnya Anda tidak hanya memberikan perlindungan terhadap diri sendiri, tetapi juga secara tidak langsung melindungi orang-orang yang belum atau tidak bisa divaksin.
Nur pun mendorong agar masyarakat mendukung program ini agar sukses. “Tidak perlu ragu untuk divaksin. Soal keamanan, sudah keluar EUA dari BPOM. Soal status halal sudah keluar sertifikasi dari MUI. Vaksinnya gratis. Pak Presiden dan sebagian pejabat publik telah menjadi contoh sebagai yang pertama divaksinasi dan terbukti aman. Jadi, tidak ada alasan untuk menolak vaksinasi,” pungkasnya.
Perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia sangat melejit di awal tahun ini, dengan rekor tertinggi kasus positif harian mencapai 14.158 kasus. Program vaksinasi bisa membantu mengakhiri pandemi ini. Bila giliran Anda tiba, tak perlu ragu untuk menerimanya.
Dengan berpartisipasi, Anda memberikan kontribusi yang aktif agar COVID-19 bisa benar-benar dihilangkan dari bumi ini.
Baca juga :
8 Fakta dan Hoax Vaksin COVID-19, Jangan Sampai Salah Informasi!
Memahami Angka Efikasi Vaksin COVID-19
Vaksin COVID-19 untuk Lansia, Apakah Aman Diberikan?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.