“Bun, saya dan suami saat ini masih ingin menunda punya anak. Tapi kemarin tanpa sengaja suami ejakulasi di dalam. Saya jadi was-was, kalau saya hamil bagaimana, ya? Soalnya kami memang belum siap, masih ingin menyiapkan semuanya dengan matang.
Familiar tidak dengan kondisi seperti di atas? Setidaknya curhatan salah satu Bunda di komunitas theAsianparent ini menjadi salah satu bukti bahwa setiap pasangan suami istri tentu pernah merasakan sex emergency atau seks darurat. Kondisi di mana saat pasangan suami istri yang belum berencana memiliki anak namun saat melakukan hubungan intim terjadi ‘kesalahan’ atau mengalami ‘kecelakaan’ kecil yang berisiko terjadinya kehamilan.
Pada dasarnya, kehamilan tentu saja perlu direncanakan dengan matang. Selain kondisi keuangan, ada banyak hal yang perlu disiapkan para suami istri. Salah satunya kesiapan mental, di mana kedua belah pihak, baik suami atau istri sudah memahami tanggung jawab dan kewajiban yang sangat besar.
Bukankah menjadi orang tua merupakan pekerjaan seumur hidup? Mendidik, membesarkan anak penuh cinta tanpa pamrih. Dimulai sejak di masa kehamilan sampai anak tumbuh dewasa. Itulah mengapa kesiapan mental sangat dibutuhkan, melatih orang tua untuk bisa mengelola emosinya dengan baik.
Apabila pasangan suami istri mengalami sex emergency atau sex darurat, tak mengherankan menimbulkan rasa was-was.
Berikut beberapa kondisi yang bisa sebabkan terjadinya sex emergency atau sex darurat. Apa saja?
Sex Emergency
1. Terbawa Suasana
Tidak bisa dipungkiri, ya, meski belum berencana memiliki anak, tidak semua pasangan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi dan memilih cara yang alami. Nyatanya, ada momen di mana pasangan yang terbawa suasana sehingga terjadi ejakulasi di dalam. Kondisi ini umumnya bisa terjadi pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh atau long distance marriage.
2. ‘Tumpah di dalam’
Salah satu metode KB alami yang cukup banyak dipilih masyarakat Indonesia adalah menggunakan withdrawal, di mana sang suami memutuskan tidak melakukan ejakulasi di dalam namun dengan metode megeluarkan di luar. Istilah ini pun kerap disebut sebagai cabut singkong.
Faktanya, 1 dari 5 pasangan yang menggunakan metode ‘keluar di luar’ atau cabut singkong ini akan mengalami kehamilan (Kost K et al, 2008). Kondisi ini bisa terjadi karena suami, atau pria mengalami kesalahan pada saat ‘mencabut’ penis dari vagina. Jika semua ingin mengeluarkan di luar, namun justru ‘tumpah di dalam’.
3. Terjadi ‘kecelakaan’ saat menggunakan alat kontrasepsi
Kondom bocor. Ya, ini bisa menjadi salah satu ‘kecelakaan’ yang bisa dialami oleh pasangan mana pun juga. Jika kondom robek, tentu fungsinya menjadi tidak optimal. Biasanya, kondom robek bisa dikarenakan berbagai sebab, mulai dari kondom yang sudah melewati batas masa pakai atau kadaluwarsa, ukuran kondom yang tidak pas, atau saat digunakan robek karena tidak hati-hati saat membukanya. Selain kondom robek, ‘kecelakaan’ lain juga bisa dikarenakan kondom yang terlepas di dalam.
4. Lupa Minum pil KB
Disiplin dan konsisten. Dua kata ini harus dilakukan bagi pasangan yang memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi pil KB. Jika mengonsumsi pil KB dilakukan dengan benar, efektivitas pil ini dilaporkan bisa mencapai 99 persen. Syaratnya, pil KB ini wajib diminum secara teratur setiap hari di jam yang sama. Jika lupa mengonsumsinya, kemudian melakukan hubungan intim tentu risiko kehamilan bisa terjadi,
5. Lupa Siklus Menstruasi yang Tepat
Salah satu cara KB alami yang kerap dipilih masyarakat Indonesia adalah dengan metode mencatat siklus menstruasi di kalender. Dengan mengetahui jadwal atau masa subur, maka pasangan suami istri yang belum berencana memiliki anak bisa menghindar untuk melakukan hubungan intim.
Dengan sistem kalender ini sebenarnya tidak hanya mencegah kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual selama masa subur, namun juga bisa membantu pasangan istri menentukan kapan peluang terbesar untuk bisa hamil.
Namun, jika pencatatan pada kalender ini tidak tepat, tentu hasilnya akan tidak akurat. Bahkan tidak mampu melacak riwayat menstruasi untuk memprediksi kapan masa ovulasi (pelepasan sel telur). Jika ini terjadi, risiko kehamilan tentu saja bisa terjadi.
6. On Off dalam Melakukan Hubungan Intim
Menikah belasan atau puluhan tahun, tidak sedikit pasangan suami istri yang mengeluhkan bahwa aktivitas seksual tidak sehangat dan sesering pada masa awal menikah. Kondisi ini pula yang pada akhirnya membuat pasangan suami istri memutuskan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi.
“Ah, toh, jarang melakukan hubungan seks. Buat anak pakai KB,” dalihnya. Faktanya, meski tidak sering melakukan hubungan intim, peluang terjadinya kehamilan tentu saja masih ada. Pada saat hasrat kembali menggebu, kemudian terjadi ejakulasi di dalam, bukan tidak mungkin beberapa pekan mendatang Anda dan pasangan melihat dua garis biru di test pack.
7. Mengalami Seks yang Tidak Diinginkan
Hubungan seksual sejatinya memang dilakukan atas rasa dasar dan keinginan kedua belah pihak. Sayangnya, ada kalanya hubungan seksual terjadi tanpa persetujuan dan keinginan kedua belah pihak.
Meskipun peristiwa non-konsensual seks ini tidak diinginkan terjadi, namun kenyataannya memang bisa dialami seseorang. Jika hal ini terjadi tentu saja perlu penangan medis yang lebih lanjut untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan
Upaya Pencegahan dengan Pil Kontrasepsi Darurat
Kondisi kehamilan tak diinginkan sebenarnya bisa dicegah. Termasuk pada saat mengalami sex emergency. Caranya, dengan mengonsumsi Postpil atau pil kontrasepsi darurat.
Pil Kontrasepsi Darurat ini bisa memberikan perlindungan terbaik dari kehamilan yang tidak diinginkan.
Penting untuk dipahami bahwa kehamilan tidak terjadi begitu saja setelah aktivitas seksual dilakukan. Perlu waktu atau jeda- jeda untuk terjadinya pembuahan. Di sinilah saat yang tepat melakukan pencegahan kehamilan dengan mengonsumsi Pil Kontrasepsi Darurat.
Pil Kontrasepsi Darurat merupakan pilihan tercepat dan termudah untuk mencegah kehamilan setelah Anda melakukan hubungan seksual tanpa pengaman. Kedua tablet Pil Kontrasepsi Darurat harus diminum ‘Secepat Mungkin’ setelah berhubungan seks tanpa pengaman tetapi masih bisa digunakan dalam waktu hingga 3 hari atau 72 jam.
Prinsipnya, semakin cepat tablet diminum akan semakin efektif. Untuk itulah jika Anda dan pasangan mengalami seks darurat, jangan ragu menggunakan secepatnya untuk mendapatkan efektivitas terbaik dan mengurangi kemungkinan hamil.
Upaya pencegahan kehamilan dengan Postpil sebagai Pil Kontrasepsi Darurat ini penting untuk dilakukan. Sebab, jika kehamilan terjadi tanpa perencanaan yang matang sangat berkaitan erat dengan peningkatan risiko masalah bagi ibu dan bayi, baik selama hamil, persalinan, hingga ke depannya.
Dengan mengonsumsi pil kontrasepsi darurat hal ini bisa dicegah. Bahkan. Pil Kontrasepsi Darurat ini menjadi solusi termudah dan tercepat untuk situasi darurat seks (sex emergency) yang direkomendasikan oleh WHO.
Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar Pil Kontrasepsi Darurat, Anda bisa juga melakukan konsultasi secara langsung ke WhatsApp Halo DKT dengan nomor 08111-326-459 atau klik bit.ly/halodktwhatsapp.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.