Belum lama ini, media sosial tengah riuh dengan kasus pelecehan anak di Twitter yang diduga dilakukan oleh pemilik akun bernama @taupikarisandy. Usai adanya laporan yang masif dari warga Twitter, pelaku telah diamankan pihak kepolisian.
Akan tetapi, bayang-bayang akan kasus serupa masih menghantui segenap orangtua lainnya. Berikut kronologi kasus tersebut, serta tips atau cara mencegah anak kita terhindar dari kasus kekerasan seksual.
Viral Kasus Pelecehan Anak di Twitter, Pelaku Diamankan Polisi
Sumber: Shutterstock
Twitter sering jadi tempat untuk mengungkapkan berbagai hal, mulai dari berbagi referensi, curhat, hingga mengomentari isu terkini. Namun, kini Twitter pun menjadi tempat mengungkapkan kasus kejahatan. Contohnya seperti kasus pelecehan seksual pada anak yang diduga dilakukan akun @taupikarisandy.
Kasus tersebut bermula saat akun @taupikarisandy mengunggah foto-foto sensual anak di bawah umur. Ia juga menuliskan komentar tidak senonoh pada setiap unggahan fotonya. Hal ini memicu kegeraman warganet. Mereka kemudian ramai-ramai melaporkan akun tersebut kepada pihak Twitter.
Tak hanya itu, warga Twitter juga menyebut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dittipidsiber Bareskrim Polri, dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) untuk menindaklanjuti kasus tersebut.
Alhasil, kasus tersebut pun viral hingga membuat polisi bergerak cepat menanganinya. Tak berapa lama kemudian, pihak Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan di Kabupaten Tapin berhasil mengamankan pelaku.
“Pelaku sudah ditangkap, Komnas Perempuan berkoordinasi dengan Kominfo untuk take down konten pelecehan anak. Komnas Perempuan mengapresiasi dan berterima kasih untuk jajaran Polri yang sudah gerak cepat,” kata Rainy Hutabarat, Komisioner Komnas Perempuan, Minggu (21/2/2021), mengutip dari Kompas.
Jangan Sebar Foto Korban Jika Ada Kasus Serupa
Sumber: Shutterstock
Meski kasus ini viral berkat bantuan dari warga Twitter, tetapi Rainy juga menyayangkan warganet yang ikut menyebarkan foto-foto korban. Jika ada kasus serupa, ia menyarankan agar foto korban disensor atau tidak perlu dibagikan sama sekali untuk menjamin identitasnya terlindungi.
“Hal ini untuk melindungi anak perempuan yang menjadi korban di kemudian hari, mencegah dampak buruk konten yang disebarluaskan pelaku terhadap korban,” kata Rainy.
Lalu, bagaimana jika kasus serupa terjadi? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan apabila kasus pelecehan seksual pada anak di media sosial kembali terjadi, di antaranya adalah:
- Melaporkan akun yang melakukan tindak pelecehan ke penyedia layanan media sosial yang bersangkutan seperti Twitter, Instagram, Facebook, dsb.
- Melayangkan bukti kejahatan, yakni bisa dengan melampirkan tangkapan layar (screenshoot) atau merekam konten yang bersangkutan.
- Melapor kepada Dittipidsiber Bareskrim Polri.
- Mengadu ke lembaga pengadaan layanan seperti Komnas Perempuan atau KPAI.
- Meminta Menkominfo untuk take down akun dan konten media sosial yang dilaporkan.
3 Cara Mencegah Anak Jadi Korban Pelecehan Seksual
Sumber: Shutterstock
Rainy mengungkapkan, anak perempuan sangat rentan menjadi korban pelecehan seksual. Ia juga menyebut bahwa kasus pelecehan seksual ibarat gunung es, di mana kasus yang muncul ke permukaan hanya sedikit sementara kasus lainnya banyak yang tidak terdeteksi karena berbagai macam faktor.
“Korban tidak melapor pelecehan yang dialaminya bisa saja karena tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya, enggan atau takut melapor karena diancam oleh pelaku,” kata Rainy.
Ia pun mengingatkan orangtua bahwa pelecehan seksual bisa menimpa siapa saja dari berbagai kalangan. Bahkan, pelecehan seksual juga bisa terjadi di lingkungan berbasis religius dan tak ada kaitannya dengan pakaian atau fisik korban.
Untuk mencegah kasus serupa, Rainy mengimbau kepada orangtua agar membekali anak-anaknya dengan pemahaman atas otonomi tubuh. Selain itu, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mencegah anak-anak kita menjadi korban pelecehan seksual, yaitu:
1. Jelaskan Otonomi Tubuh
Beritahu anak, siapa saja yang boleh memegang tubuhnya, yakni hanya dirinya sendiri, ibu, serta perawat atau dokter ketika pemeriksaan kesehatan. Selain mereka, tak ada yang boleh menyentuh tubuh tanpa izin darinya. Orangtua perlu menjelaskan tentang apa itu otonomi tubuh.
2. Jelaskan Bagian Privat Tubuh
Jelaskan bahwa tubuhnya tidak boleh dipegang sembarang orang, siapa pun itu. Apabila ada yang memaksa maka ajari anak untuk mengatakan tidak. Jelaskan pula mana daerah privat seperti organ intim dan buah dada yang harus dilindungi dan tak boleh dipegang oleh orang lain.
3. Bekali dengan Pendidikan Seks Usia Dini
Bekali anak-anak dengan pendidikan seksual usia dini. Ini adalah hal yang mutlak untuk diajarkan agar mereka tahu mengenai organ intim mereka dan fungsi-fungsinya. Orangtua perlu berpikiran terbuka agar anak mendapatkan informasi mengenai seksualitas sejak dini.
Nah, Parents, demikian kronologi kasus dugaan pelecehan anak di Twitter. Semoga kasus di atas bisa menjadi pelajaran bagi orangtua untuk lebih berhati-hati, ya. Jaga anak kita dari predator seksual. Bekali anak-anak dengan pendidikan seks usia dini.
Baca juga:
Hati-hati child grooming, modus pelecehan baru pada anak! Ini yang perlu Parents ketahui
Cara mendeteksi anak mengalami pelecehan seksual, cacat ya!
Mengapa pelecehan seksual jarang dipolisikan? Ini sebabnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.