Belum lama ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan obat radang sendi dengan kandungan kortikosteroid untuk tekan risiko kematian pada pasien COVID-19. Keputusan ini diambil setelah penelitian dan data dari sekitar 11 ribu pasien menunjukkan, obat tersebut bisa mengurangi risiko kematian akibat penyakit menular tersebut.
Meski begitu, WHO menekankan bahwa obat ini tidak disarankan untuk digunakan dalam menangani pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau di awal infeksi, karena terbukti tidak bermanfaat. Bahkan dalam beberapa kasus, penggunaannya justru berpotensi membahayakan.
Penggunaan obat ini dilakukan dengan tujuan menekan risiko kematian pada pasien COVID-19 bergejala berat. Pihak WHO juga menekankan bahwa obat ini bukanlah untuk menyembuhkan seseorang dari infeksi virus tersebut.
Lantas, sebenenarnya apa itu obat kortikosteroid sendiri? Apa saja manfaatnya? Serta, adakah dosis dan efek samping yang perlu diperhatikan saat penggunaannya? Menjawab pertanyaan tersebut, berikut kami rangkum ulasan selengkapnya.
Obat Kortikosteroid – Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya
Kortikosteroid dikenal sebagai obat multifungsi yang bisa mengatasi masalah kesehatan. Oleh karena itu, banyak yang menyebut bahwa ini adalah salah satu obat sejuta umat. Obat yang termasuk kategori kortikosteroid sendiri cukup banyak, yakni dexamethasone, prednison, metilprednisolon, hidrokortison, betametason, dan triamsinolon.
Istilah kortikosteroid sendiri sebenarnya merupakan sekumpulan hormon yang diproduksi oleh tubuh manusia di kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Hormon ini berfungsi dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, regulasi cairan tubuh, dan pembentukan tulang.
Untuk obat ini sendiri, biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan produksi hormon oleh kelenjar adrenal yang mengakibatkan tubuh kekurangan hormon steroid.
Tak hanya itu, ada juga beberapa kondisi yang bisa diobati dengan obat ini. Di antaranya adalah:
- Kulit bengkak
- Gatal-gatal
- Reaksi alergi
- Flu
- Pegal-pegal
- Nyeri sendi
- Konjungtivis atau mata merah
- Penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis
- Peradangan sistemik seperti lupus
- Pembengkakan otak
- Obat suntik jerawat, dan lainnya.
Adapun bentuk dari obat ini juga bervariasi. Ada yang berbentuk tablet, sirup, inhaler, nasal spray, krim, gel, hingga injeksi.
Obat ini sendiri bekerja dengan cara masuk ke dinding sistem sel imun untuk mematikan zat yang bisa melepaskan senyawa yang menjadi pemicu peradangan.
Dosis dan Hal yang Perlu Diperhatikan
Meski tergolong obat sejuta umat, tetapi penggunaan obat ini tidak boleh digunakan secara sembarang dan jarang sekali dijual bebas.
Penggunaan dan dosisnya perlu disesuaikan dengan petunjuk dan resep dokter. Menambah atau mengurangi dosis dari obat ini tanpa petunjuk dari dokter bersangkutan juga tidak disarankan.
Obat ini jarang dijual bebas. Pasalnya, jika digunakan secara berlebihan apalagi tanpa resep dokter, obat ini akan menimbulkan efek samping yang lumayan panjang pada penggunanya.
Pemakaian obat kortikosteroid sendiri juga perlu hati-hati diberikan, terutama pada seseorang dengan beberapa kondisi tertentu. Selengkapnya, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini:
- Bagi ibu hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat jenis ini.
- Hati-hati bila Parents mempunyai penyakit jantung, gangguan fungsi hati, tukak lambung, diabetes, epilepsi, atau mengalami gangguan pada kulit seperti infeksi, jerawat, atau luka terbuka.
- Apabila sedang mengonsumsi obat lain, konsultasikan juga ke dokter. Hal ini dikhawatirkan penggunaannya dengan obat lain bisa menimbulkan reaksi tak diinginkan.
- Jangan menghentikan penggunaan obat ini secara tiba-tiba jika telah digunakan untuk jangka panjang.
Efek Samping Obat Kortikosteroid
Efek samping yang timbul biasanya tergantung pada jenis obat kortikosteroid yang digunakan. Biasanya, efek samping juga muncul apabila penggunaan obat lebih dari 2-3 bulan. Beberapa kondisi yang bisa dirasakan dari pemakaian obat ini adalah:
- Adanya penumpukan lemak di pipi
- Meningkatnya kadar gula darah
- Timbulnya masalah kulit
- Pelemahan fungsi otot
- Perubahan mood dan perilaku
- Tukak lambung
- Tubuh kekurangan kalium
- Kelemahan otot
- Pada kasus lebih berat, penggunaan obat ini dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan sindrom cushing dan peningkatan risiko infeksi pneumonia pada pasien penyakit paru obstruktif kronik
Apabila setelah menggunakan obat ini dan muncul gejala overdosis atau alergi seperti mual, muntah, kram perut, pusing, hingga sesak napas dan hilang keseimbangan, segera periksakan diri ke dokter atau unit gawat darurat.
Nah, Parents, itulah penjelasan mengenai obat kortikosteroid. Meski manfaatnya beragam bahkan dijuluki obat multifungsi, selalu ingat bahwa penggunaan obat ini memerlukan resep dokter dan tidak boleh dikonsumsi secara sembarang, ya.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
id.theasianparent.com/disartria
4 Masalah yang Sering Muncul Terkait Gigi Bungsu, Kapan Perlu Dicabut?
Mengenal Ekstraksi Vakum untuk Membantu Proses Kelahiran Normal
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.