Pernah mendengar penyakit Mysthenia gravis? MG merupakan penyakit autoimun langka yang menyebabkan kelemahan pada otot-otot tertentu.
Umumnya, ada beberapa otot-otot yang sering terdampak, yaitu:
- Otot kelopak dan sekitar mata. Bila hanya mengenai otot-otot ini, maka disebut sebagai MG okular. Sekitar 50 persen penderita MG memiliki tipe ini.
- Otot-otot rahang.
- Otot-otot lengan atau tungkai bawah.
- Otot-otot yang membantu fungsi pernafasan seperti otot dinding dada dan diafragma.
Oleh karena melibatkan otot-otot tersebut, pemburukan kondisi dapat membuat penderitanya kesulitan untuk bergerak, berbicara, menelan, hingga bernapas. Ini umumnya terjadi bila penyakit tidak segera diobati.
Myasthenia gravis paling sering dialami oleh wanita berusia kurang dari 40 tahun dan pria di atas usia 60 tahun meski sebetulnya dapat menyerang individu dari segala kelompok usia. Pada sebagian besar kasus, kondisi ini tidak bersifat diturunkan dan terjadi pada individu tanpa riwayat penyakit serupa dalam keluarga.
Artikel Terkait: Myasthenia Gravis, Penyakit Auto Imun yang Mengincar Saraf Anakku
Gejala Myasthenia Gravis
Gejala utama yakni kelemahan otot yang bersifat hilang timbul dan semakin memburuk saat beraktivitas. Gejalanya akan membaik setelah beristirahat, tetapi dapat muncul kembali di kemudian hari.
Gejala yang muncul tergantung otot-otot yang terdampak:
- Gangguan pada otot mata menimbulkan menutupnya salah satu atau kedua kelopak (ptosis), penglihatan buram atau ganda (diplopia).
- Gangguan pada otot wajah, rahang, dan tenggorok menimbulkan kesulitan dalam menunjukkan ekspresi wajah, bicara cadel, suara parau, sulit mengunyah dan menelan makanan.
- Gangguan pada otot pernapasan menimbulkan kesulitan bernapas, napas pendek dan terasa sesak.
- Gangguan pada otot leher menyebabkan nyeri otot leher dan kepala terasa berat atau sulit ditegakkan.
- Gangguan pada otot lengan dan tungkai bawah menimbulkan kesulitan saat mengangkat lengan, tungkai bawah, atau saat meregangkan jari-jari tangan.
Penyebab Myasthenia Gravis
Myasthenia gravis tergolong penyakit autoimun. Sesuai namanya, kondisi ini terjadi akibat sistem kekebalan menyerang tubuh itu sendiri. Pada individu dengan MG, tubuhnya menghasilkan antibodi yang menghambat atau menghancurkan reseptor asetilkolin di persambungan saraf dan otot.
Bila asetilkolin tidak berikatan dengan reseptornya, maka kontraksi otot tidak akan terjadi. Otot akan menerima lebih sedikit stimulasi saraf sehingga timbul kelemahan dan kelelahan otot.
Artikel Terkait: Jenis-Jenis Penyakit Autoimun Yang Sering Menyerang Wanita
Penyebab pasti dari MG belum diketahui, namun adanya kelainan pada kelenjar timus diduga menjadi pemicu. Kelenjar timus adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berperan sebagai penghasil antibodi. Beberapa penderita MG ditemukan mengalami gangguan pada kelenjar timus akibat tumor (thymoma) atau pembengkakan kelenjar.
Pada kasus yang jarang, MG diturunkan dari ibu dengan kondisi serupa. Ini disebut dengan MG neonatal. Bila diobati, anak yang terlahir dengan MG dapat pulih dalam waktu dua bulan setelah lahir. Sebagian anak dapat mengalami sindrom myasthenia kongenital, yakni sebuah kelainan genetik pada persambungan saraf-otot.
Diagnosis untuk Menentukan Penyakit MG
Untuk menentukkan apakah seorang individu mengalami myasthenia gravis, dokter akan melakukan wawancara mendalam terkait gejala yang dialami dan pemeriksaan fisik berikut untuk menilai kondisi otot dan saraf:
- Uji refleks dan respon tubuh terhadap sentuhan.
- Pemeriksaan kekuatan dan massa otot.
- Penilaian keseimbangan dan koordinasi tubuh.
Untuk mengonfirmasi temuan dan menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Pemeriksaan darah untuk melihat kadar antibodi abnormal pada MG.
- Elektromiografi (EMG) atau rekam otot untuk melihat apakah saraf membawa sinyal elektrik secara normal dan apakah otot berespon dengan baik terhadap sinyal-sinyal tersebut.
- Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendeteksi keberadaan tumor dan kelainan pada kelenjar timus. Ada kalanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI kepala untuk melihat ada tidaknya kondisi lain yang menyebabkan gejala.
Pengobatan yang Bisa Dilakukan
Artikel Terkait: Kisah Inspiratif: Berdamai Dengan Penyakit Autoimun
Hingga saat ini, belum ditemukan cara efektif untuk mengobati myasthenia gravis. Namun, pengobatan yang diberikan dapat membantu meredakan gejala, meningkatkan fungsi otot, dan mencegah kelumpuhan otot pernapasan yang bersifat fatal.
Pengobatan myasthenia gravis disesuaikan dengan usia, tingkat keparahan, dan seberapa cepat perkembangannya. Jenis pengobatan mencakup:
- Obat-obatan untuk mengatasi kelemahan otot, seperti pyridostigmine. Obat ini termasuk penghambat kolinesterase sehingga meningkatkan komunikasi antara saraf dan otot.
- Obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh, seperti prednisone dari golongan kortikosteroid atau azathioprine dari golongan imunosupresan.
- Obat suntikan intravena kerja cepat untuk mengobati gejala yang memburuk tiba-tiba. Obat ini dapat digunakan sebelum operasi atau terapi lainnya. Obat-obatan dalam kelompok ini mencakup imunoglobulin intravena (IVIG) dan plasmaferesis, yakni ‘pencucian darah’ dari antibodi yang menyerang saraf dan otot.
- Pembedahan untuk mengangkat kelenjar timus (timektomi). Jenis pengobatan ini disarankan bila penderita MG mengalami pembesaran kelenjar timus dan berusia lebih dari 60 tahun.
Myasthenia gravis yang menyerang otot-otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan pernapasan berat, sehingga membutuhkan perawatan di ruang perawatan intensif.
Bisakah Penyakit Ini Dicegah?
Sayangnya, Myasthenis gravis memang tidak bisa dicegah, tetapi perburukan gejala dapat dihindari dengan cara-cara berikut:
- Memilih makanan yang bertekstur lunak. =
- Memasang pegangan tangan atau pagar di tempat yang membutuhkan penyangga (seperti samping bak mandi atau anak tangga).
- Menjaga kebersihan lantai dan gunakan karpet alas.
- Bersihkan jalan, trotoar, dan jalan masuk dari obyek yang dapat membuat tersandung.
- Gunakan alat elektronik yang dapat meringankan aktivitas.
- Memakai penutup mata saat istirahat bila mengalami penglihatan ganda agar mata tidak terlalu lelah.
Semoga informasi terkait dengan penyakit myasthenis gravis ini bisa bermanfaat.
Baca Juga:
Minum Paracetamol dan Ibuprofen Secara Bersamaan, Boleh Tidak Sih?
Jangan Remehkan Gusi Bernanah, Ini Gejala yang Perlu Diwaspadai
10 Obat Penurun Kolesterol yang Efektif dan Bisa Didapat di Apotek
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.